Setiap waktunya berharga bagi Alceo sekarang. Ia tidak ingin terjadi hal-hal buruk pada Megan. Setidaknya, tidak ada yang boleh melakukan apapun pada Megan selain dirinya, termasuk menggoda Megan.

***

Megan menemukan batu besar di pinggir jalan. Setelah berjalan selama 1 jam dari waktu terakhirnya beristirahat, Megan memutuskan untuk kembali mengistirahatkan kakinya di batu besar itu.

"Berapa jauh lagi...." keluh Megan. Matahari yang tadinya bersemangat mengejeknya juga sekarang sudah turun untuk menerangi belahan dunia lainnya, berganti dengan bulan dan angin malam.

Apa mungkin aku akan mati hari ini? Malam ini? Semuda ini? Dengan cara seperti ini? Megan kembali menangis untuk kesekian kalinya.

Mungkin kalau airmatanya bisa membentuk sebuah aliran menuju ke Las Vegas, ia sudah hampir sampai di Las Vegas sekarang. Bukan stuck pada papan pemberitahuan kalau Las Vegas masih 150miles lagi.

"Kenapa aku bisa sesial ini? Kenapa harus aku?" Tanya Megan untuk kesekian kalinya.

Ciiiiiiiiiiiitttttttttt

Sebuah mobil yang melaju cepat melewati Megan mendadak berhenti menimbulkan bunyi decitan yang membuat Megan terkejut. Bahkan ban mobil itu meninggalkan jejak kehitaman di atas Aspal akibat rem mendadak yang dilakukan.

Megan menoleh dan spontan berdiri untuk melihat mobil yang berhenti sedikit jauh darinya.

"Setidaknya kalau aku harus mati hari ini, jangan biarkan aku tertabrak mobil," pintanya sambil mengelus dada. Membayangkan kalau mobil itu menabrak dirinya tadi dan membuat seluruh tulangnya patah kembali membuatnya merinding.

"Sepertinya aku sangat dehidrasi sampai aku tidak lagi bisa berpikir jernih," keluhnya memutuskan untuk duduk bersandar lagi di batu besar tadi. Ia berharap kalau nantinya akan ada manusia yang kasihan melihat dirinya dan menawarkan tumpangan. Ia tentunya masih belum siap untuk meninggalkan dunia ini seperti omong kosongnya sejak tadi.

Baru sedetik ia menarik nafasnya dan bokongnya menempel di bebatuan, Megan kemudian merasakan tubuhnya di tarik hingga kembali berdiri.

Ia mungkin benar-benar sudah dehidrasi hingga berhalusinasi. Di tengah jalan panjang dan lahan luas yang bercampur pasir dan rerumputan kering, dimana kemungkinannya bertemu dengan binatang buas lebih tinggi, ia malah membayangkan melihat laki-laki menyebalkan yang mungkin juga adalah penyebabnya mendapat karma hingga luntang lantung di jalanan seperti ini.

Bisa saja diluar imajinasinya, sosok di depannya adalah hidung belang yang sedang mencoba menggodanya?

Wah, Megan benar-benar kagum dengan otak cemerlangnya disaat genting seperti ini.

Disaat daya imajinasinya dan akal sehat sedang bertarung, kesadaran Megan lebih dulu mengambil tindakan dengan melakukan aksi menyelamatkan diri dari tindak asusila yang mungkin terjadi.

Dalam hitungan pertama, Megan melayangkan tendangan ke kemaluan laki-laki di hadapannya, -dimana Megan mempelajari kalau disana adalah titik terlemah laki-laki, dan itu cukup memberikan Megan waktu untuk kabur-.

"AUHHHHHHH.... HOLYCRAP!!! F**K! FREAKING STUPID WOMAN WHAT DID YOU DO?!" Teriak laki-laki itu yang secara spontan mengaduh, hingga berjongkok. Tangannya yang tadi menyentuh bahu Megan kini berpindah ke arah kemaluannya.

Sedangkan Megan yang baru akan melakukan aksi kaburnya, berhenti begitu menyadari kehebatan daya imajinasinya yang bahkan bisa dengan tepat mengingat suara Alceo.

"Auh... masa depanku, kebanggaanku..." ringis laki-laki itu kesakitan. Kemudian laki-laki berwajah mirip Alceo itu mengadah, menatap Megan dengan kesal. "KAU MAU BERTANGGUNG JAWAB KALAU KEJANTANANKU TIDAK MEMILIKI MASA DEPAN NANTINYA?! BODOH!!!"

"M-mister Tyler?" Gumam Megan tidak percaya. Mendengar ringisan Alceo, barulah Megan sadar kalau ia tidak berhalusinasi. Yang baru ia tendang adalah benar-benar Alceo! "HOLYSHIT, MR.TYLER WHAT HAPPEN?!"

"KAU MASIH BERTANYA?!"

"M-maksudku, maaf... aku tidak... t-tapi apa yang kau lakukan disini? Aku kira aku sedang berhalusinasi karena dehidrasi," lirih Megan.

"Aku mencarimu, Bodoh!!!" Gerutu Alceo. "Kalau tahu ini yang akan kudapatkan, lebih baik aku membiarkanmu kedinginan di sini sampai besok pagi!"

Bukannya merasa kesal, Megan justru merasa lega. Jantungnya berdebar sedikit lebih cepat dari biasanya. Ia juga tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tersenyum.

"Penyesalan selalu datang belakangan, huh, Mister?" Sindir Megan. "Ayo aku bantu. Kau bisa berjalan?" Megan menawarkan pundaknya.

"Aku bisa sendiri," tolak Alceo. Ia berjalan lebih dulu menuju ke mobilnya diikuti oleh Megan yang langsung berjalan di sisinya.

Malam itu dingin. Namun hal yang dirasakan kedua orang yang tengah berjalan berdampingan itu hanyalah kelegaan dan juga rasa aman.

Laki-laki itu cukup lama terdiam, membalas kesunyian yang sedang disuarakan oleh gadis di sampingnya.

Mungkin banyak yang bisa menjelaskan kepanikannya beberapa waktu yang lalu, namun Laki-laki itu masih belum cukup berani mengakuinya.

Mendengar gadis di sampingnya menghilang begitu saja di tempat entah berantah tanpa membawa apapun bersamanya akibat kecerobohan gadis itu, mampu membuat laki-laki itu tidak bersikap profesional juga mempertahankan kharismanya di depan seluruh karyawannya.

Jika salah satu keluarganya melihat apa yang baru terjadi padanya, ia hanya akan dijadikan lelucon seumur hidup dan di tertawakan. Karena pada akhirnya, hidup Alceo Marvello Tyler, mampu dibuat seberantakan itu hanya karena seorang perempuan.

Alceo membuka suaranya tanpa menghentikan langkahnya. "Aku lega, kau baik-baik saja."

Langkah gadis itu terhenti mendengar ucapan tidak terduga Alceo barusan setelah hening yang cukup lama di tengah gelapnya malam.

Alceo sadar kalau langkah gadis itu terhenti. Maka ia menghentikan langkahnya dan berbalik. Tanpa bisa ia kendalikan, kedua tangannya terentang meraih bahu gadis itu dan membawanya ke pelukannya. Ia menghembuskan nafas lega yang dapat di dengar gadis itu dengan baik.

"Siapa kau sebenarnya, Meg? Kenapa kau bisa membuatku setakut ini?" Bisiknya.

***

Tbc

Bad Boy CEO And I [#MFFS 3]Where stories live. Discover now