Setelah sepuluh menit, piring keduanya telah kosong, hanya terdapat garpu dan bekas bumbu dari spagheti tadi.

Fia mengambil piring Angelo lantas menumpuknya di atas piringnya. Saat gadis itu hendak berdiri, tangan kekar Angelo memegang lengan miliknya, membuat Fia tersentak kaget lantas menoleh ke sang pemilik tangan itu. "Biar gue aja yang cuci piringnya, lo kan udah masakin makanannya. Lo juga masih sakit, mending lo duduk aja" ucapan Angelo itu membuat Fia hanya diam mematung, namun pipinya memerah dan jantungnya makin berdebar hingga gadis itu tidak dapat menyetrilkan debarannya. Pertama kalinya Angelo peduli kepada dirinya.

Angelo menautkan kedua alisnya, "Lo alergi udang?" Tanyanya dengan wajah yang masih datar. Fia menggeleng cepat. "Kok pipi lo merah sih?" Pertanyaan itu membuat Fia membulatkan matanya lalu dengan cepat ia menutup kedua pipinya dan menggeleng cepat.

"I-ni kar-na..." Angelo masih menunggu lanjutan dari ucapan Fia dengan menatap gadis itu, membuat Fia salah tingkah.

"Lama lo" kata Angelo memecah kenerveousan Fia. Cowok itu lantas berdiri dan berjalan ke tempat pencucian piring milik Fia lantas mulai mengambil spons dan sabun dan menggosokannya ke piring putih itu.

Fia mengambil dan membuang nafasnya berkali-kali, malu karena salah tingkah di depan Angelo. Mata gadis itu lantas mengarah ke arah jam dinding yang berada di atas televisinya. Matanya membulat saat melihat benda itu telah menunjukkan angka enam dan sembilan yang artinya waktu solat magrib akan segera habis. Gadis itu berdiri dari duduknya lantas berlari menuju sebuah keran yang dibuat oleh Papanya khusus untuk mengambil air wudhu yang berada di dekat dapur.

Angelo yang baru menyelesaikan kegiatan cuci piringnya pun mengernyit bingung melihat Fia yang terburu-buru menuju keran.

"Pasti pipinya makin panas" tebaknya dengan kedua tangan yang ia lipat di dada. Namun, tidak lama kemudian gadis itu telah menyelesaikan wudhunya.

"Ngapain lo?" Fia menoleh ke arah Angelo. "Ambil wudhu, belum solat magrib" Angelo melotot lalu melihat jam di pergelangan tangannya. "Mampus!" Ucapnya sambil berlari ke arah keran itu, namun saat melewati Fia, lengannya bersentuhan dengan lengan Fia yang membuat wudhu gadis itu batal.

"Ya allah Angelo, gue harus wudhu lagi ini" ucapnya dengan kesal namun cowok jangkung itu tidak memperdulikan ucapannya.

Saat keduanya telah mengambil wudhu, Fia memberikan sarung dan sajadah kepada Angelo. Gadis itu memakai mukenanya lantas hendak menuju kamar orang tuanya, namun suara berat milik Angelo memberhentikan langkahnya.

"Lo mau kemana?"

Fia menunjuk kamar kedua orang tuanya. "Ngapain?" Tanya Angelo bingung.

"Solat" balas gadis itu dengan tampang polosnya.

"Sini bareng gue, gue yang jadi imamnya" ucapan Angelo membuat gadis itu melotot tak percaya, jantungnya kini makin berdebar sangat kencang, melebihi kecepatan mobil balap milik Rio Haryanto. Lagi-lagi rona merah di pipi Fia muncul, gadis itu sangat senang Angelo ingin menjadi imam solatnya, ia pasti lebih senang lagi jika cowok jangkung itu menjadi imam rumah tangganya suatu saat nanti-ini memang sedikit lebay. Sangat lebay-

"Cepetan! Waktunya udah mau habis" suara milik Angelo membuyarkan lamunan Fia. Gadis itu segera menggelar sajadah tepat di belakang Angelo.

Angelo berbalik sebentar menatap Fia, membuat gadis itu mengangkat alisnya. "Gue lupa. Kita bukan muhrim"

"Oh. Berarti harus jadi muhrim dulu biar bisa solat bareng?" Tanya Fia dengan tampang polosnya.

"Ya iyalah bego" balasnya.

"Ya udah, gue tungguin lo jadi muhrim gue" ucap gadis pendek itu lalu mengedipkan satu matanya seperti gadis-gadis penggoda, namun dalam hati gadis itu, ia tak henti-hentinya beristighfar memohon ampun kepada Allah karena sifat centilnya ini. Fia sendiri juga tidak tahu mengapa dirinya bisa jadi secentil ini.

Angelo melotot hingga kedua bola matanya hendak keluar. "Najiss!! Jauh-jauh lo dari gue" ucapnya dengan ekspresi jijik, membuat Fia tertawa. Namun, entah mengapa mendengar ucapan gadis itu, jantung Angelo berdebar kencang.

"Ya allah, gue salah apa coba?" ujar Fia sambil mengelus dadanya dengan tampang yang dibuat-buat teraniaya.

Fia segera mengangkat sajadahnya lalu berjalan masuk ke dalam kamar orang tuanya untuk melaksanakan solatnya yang tertunda.

Keduanya pun melaksanakan solat dengan khusyuk.

•••••

Maaf kalau part ini menjijikkan dan lebay :v

Makasih udah baca sampai sejauh ini❤️

Angel(o)Where stories live. Discover now