"Kalau begitu kalian bicara saja. Kebetulan pembicaraan kami sudah selesai," ucap Alceo sambil menatap Ed kali ini.

Kedua orang itu berjabat tangan dengan sangat mencurigakan sambil Ed terus mengucapkan kata terima kasih, sedangkan Alceo berkata seperti senang memiliki Ed di perusahaannya.

Alceo kemudian berlalu menghampiri Megan di ambang pintu. Megan langsung buru-buru menarik tangan dan dirinya dari pintu, mengambil jarak terjauh dari Alceo sambil berusaha mengabaikan pandangan laki-laki itu yang terarah kepadanya.

"Mr.Tyler," sapa Megan tanpa menatap Alceo.

Alceo tersenyum kecil dan mengangguk, "Good Morning, Ms.Penelope."

Hanya satu kalimat itu, Megan kembali menahan nafasnya.

Begitu officeboy yang tadi membawa minuman keluar, Megan melangkah masuk mendekati meja Ed. Ia sedikit bingung ketika melihat Ed nampak sibuk merapikan buku-bukunya dari rak.

"Apa yang mau kau diskusikan? Maaf, tapi aku masih bisa mendengarmu," ucapnya disela-sela kesibukannya.

"Hanya masalah akhir bulan ini," gumam Megan mencoba tidak penasaran dengan apa yang Ed lakukan, namun ternyata tidak berhasil. Akhirnya Megan memutuskan bertanya. "Kenapa kau merapikan barang-barangmu?"

"Ah... ini, Mulai besok Mr.Tyler memintaku pindah ke perusahaan cabang di DC - tapi kau tenang saja, acara minggu depan masih menjadi tanggung jawab-" Ed berbalik ketika mendengar suara benda cukup keras yang terjatuh dan disusul oleh bunyi debam pintu. Megan sudah tidak ada di belakangnya. "Meg? Megan?" Panggil Ed mencari Meg, namun yang ada hanya berkas milik wanita itu yang tergeletak begitu saja di atas lantai. "Kemana gadis itu?"

***

Megan tidak percaya kalau Alceo sekanak-kanakan, ah tidak... Alceo lebih buruk. Ia sangat tidak profesional!

Ed adalah Marketing Manager terbaik yang ia miliki. Ia tidak menyangka kalau 'masalah apapun' yang terjadi di antaranya dan Alceo malah melibatkan pekerjaan Ed yang dinilai Megan sudah sangat cocok.

Maka ketika mendengar penuturan kalau Alceo memindahkan Ed ke cabang di Washington DC, Megan langsung tahu apa yang harus ia lakulan.

Yaitu menjedutkan kepala CEO berotak sempit, pendek, dan picik itu ke benda terkeras yang akan ia temukan nanti.

Ia sudah dalam setengah perjalanan melalui Lift ke lantai 30. Nafasnya memburu. Ia kesal, jelas saja!

Apa ini karena ia tidak menjawab pertanyaan Alceo mengenai Ed? Kalau memang iya, Alceo sangat sangat tidak profesional dengan menyeret korban tidak bersalah kedalamnya.

"Selamat pagi, Miss. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya laki-laki yang memiliki meja kerja tepat di depan ruangan CEO.

Megan sendiri heran, kenapa hidung belang yang nampak tidak pernah puas dengan 1 wanita itu tidak memperkerjakan wanita saja sebagai sekretarisnya? Ah tapi ia juga tidak suka dengan gagasan itu. Menyebalkan!

"Apa hidung bel- maksudku Mr.Tyler di dalam?" Tanya Megan.

"Iya, Mr.Tyler di dalam. Apa anda ada keperluan atau janji sebelumnya?" Tanya Van sambil mengernyit.

Megan meringis. Ia lupa kalau hidung belang itu adalah CEO. Ia tidak bisa seenaknya keluar masuk ruangan itu sebagaimana ia lakukan dengan mudah ketika di ruangan Ed.

Bunyi saluran telepon di meja Van mengintrupsi. Van mengangkat gagang telepon untuk menerima panggilan, kemudian Van mengernyit mendengar perintah bos besarnya dari dalam.

"Miss Penelope?" Tanya Van memastikan begitu gagang telepon kembali ia letakkan. Megan mengangguk sebagai jawaban. "Mr.Tyler meminta anda untuk masuk kedalam."

Bad Boy CEO And I [#MFFS 3]Where stories live. Discover now