Ternyata, aku telah 'mampir' ke alam yang salah

36 9 1
                                    

Para rombongan mulai menunggangi kudanya. Suara ketukan sepatu kuda mendatangi hutan pegunungan yang lebat dan menyongsong datangnya fajar.

Kami berangkat dari gunung keajaiban sekitar dini hari. Suhu udara sangat dingin sekali. Tak ada penghangat di sini yang mampu mengalahkan angkuhnya kedinginan itu.

"Hai ketua kurcaci lama! Apakah engkau tidak mengantuk sama sekali?" Tanyaku

"Hah? Mengantuk? Hal apakah itu?"

Dalam hati, aku terheran.

"Mengantuk itu suatu keadaan dimana kita lelah dan akan segera tidur." Paparku.

"Hmmmm. Dalam dunia kami, dunia kurcaci, tidur adalah aktivitas yang hanya membuang waktu saja. Kami telah terbiasa untuk tidak tidur. Waktu yang paling lama untuk tidak tidur biasanya sekitar satu tahun dan yang paling cepat yaitu 2 bulan lebih." Jelasnya.

"Lalu, apa yang akan terjadi jika salah satu diantara kurcaci tidur dengan sengaja?" Tanyaku.

"Oh, akibatnya tak rumit. Jika ia tidur dengan sengaja, ia akan diusir dari negri ini dan dibuang ke dimensi lain. Jangankan sengaja, tak sengaja pun akan kami usir."

Aku tertegun. Ini artinya jangan sampai aku tertidur di negri ini.

"Berarti, selama kita dalam perjalanan ini, tak ada waktu istirahat?" Tanyaku.

"Iya."

Aku khawatir karena aku adalah pribadi yang mengantuk. Intinya, aku harus selalu membuka mata lebar-lebar agar aku tak tertidur dengan segera.

*****

Setelah berada di puncak gunung, sekarang kami sedang menuruni lereng gunung yang cukup terjal. Kondisi itu diperparah lagi dengan kondisi batuan di sekitar yang banyak ditumbuhi lumut sehingga menjadi licin. Tak sampai di situ, kami harus berkonsentrasi penuh karena sering terjadi longsoran tanah atau batu yang siap membuat kami 'pipih'.

Lama kelamaan, cahaya mentari mulai nampak. Uniknya, negri kurcaci ini tidak ada yang namanya pagi hari. Karena, saat 'matahari' terbit, panasnya langsung terasa dan tidak ada perbedaan ketika terbit atau terbebam.

Tiba-tiba...

"Grudukkkkk"

Ada batu yang tiba-tiba jatuh dan menimpa rombongan kami.

Rombongan terhenti karena sebagian rombongan di belakang terpental ke dalam jurang.

"Hai kalian! Cepat! Tak usah melihat kebelakang. Bergegaslah untuk melanjutkan perjalanan!" Seru pemimpin kurcaci yang lana.

Tak lama kemudian, rombongan yang tersisa segera melanjutkan perjalanan.

Hampir setengah dari rombongan kami yang selamat. Untung, aku terhindar dari kejadian itu.

"Kalau seperti ini, aku ingin cepat-cepat bangun agar aku tak mati di sini. Oh ya, tenanglah diriku, ini semua hanya mimpi. Nikmatilah mimpi dan berpetualanglah di dalamnya."

*****

Rombongan kami sudah datang di lembah bumps. Lembah ini sangat luas. Di sini juga banyak terdapat sungai-sungai yang luas. Di antaranya, terdapat satu sungai yang menjadi tempat bermuara sungai-sungai lainnya, yaitu sungai aaaaa.

Rombongan kami mulai berjalan dari tepi lembah.

"Aaaauh!" Jeritku.

Aku terhisap oleh endapan lumpur di sekitar tepi lembah. Lumpur hisap tersebut tersembunyi di bawah belukar yang menjalar di tanah.

Aku mencoba untuk bangkit, namun sangat sulit rasanya walau tubuhku besar dan bidang hisap lumpur ini hanya sekira luas permukaan meja belajar biasa.

Tak lama kemudian, rombongan mencoba untuk menolongku. Walau awalnya susah, berkat kerja sama, akhirnya aku bisa terbebas dari hisapan lumpur tersebut.

"Huffffft! Hampir saja." Gumamku.

"Oh ya hidup, di sini perlu hati-hati karena banyak rintangan. Salah sedikit saja, engkau tak akan kembali selamanya!" Ujar kurcaci.

Aku bergidik

"Hmmmm. Oh ya! Kan engkau tahu jika aku adalah makhluk yang sedang berkelana di dunia mimpi. Jika aku mati di alam mimli ini, yaitu alam kurcaci, apakah aku tidak bisa hidup lagi dan akan terperangkap di dunia mimpi?"

Kurcaci itu tersenyum.

"Hah? Ada apa wahai kurcaci?" Tanyaku.

Rasa takut dalam diriku perlahan demi perlahan meningkat. Aku takut jika aku tidak bisa bangun dari mimpi ini. Aku takut jika aku tak bisa bertemu lagi dengan ibuku. Aku takut jika aku tak bisa bertemu lagi dengan pelajaran psikologi di sekolahku. Aku takut jika aku lenyap dalam mimpi yang tak masuk akal ini.

Kurcaci tersebut menghembuskan napas. Dan memiringkan kepalanya. Seraya berkata,

"Engkau sudah kami angkat menjadi pemimpin kami. Jadi, engkau tidak bisa kembali lagi ke dunia asalmu."

Pikiranku hilang. Pandanganku kosong seperti daun yang terombang-ambing di udara setelah mendengar perkataannya.

Kemudian aku bertanya lagi,

"Bagaimana jika aku tiba-tiba bangun di alam kenyataan. Dengan begitu, aku pasti akan kembali ke dunia nyata."

Lagi, kurcaci tersebut tersenyum.

"Jangankan engkau bangun dari mimpi ini, engkau tertidur di sini --dan membentuk lapisan mimpi baru-- saja tidak bisa meninggalkan alam ini."

Aku termenung dengan perkataannya.

"Oh, ayolah! Lanjutkan perjalanan ini! Sebentar lagi kita akan sampai di sungai aaaaa. Di sana kita akan mencari makanan untuk menjadi bekal perjalanan kita sehari kedepan." Ucap kurcaci.

Dengan tatapan kosong, aku berusaha mengembalikan konsentrasiku untuk berjalan.

Pasrah.
Ya, pasrah.

Kata-kata itulah yang memenuhi anganku sekarang.

Namun, entah dari mana, ide yang sangat cemerlang baru datang dari anganku.

"Oh ya! Bagaimana jika aku tidur secara diam-diam agar aku bisa pindah ke dimensi mimpi lain?" Gumamku.

"Hmmmmm, tetapi bukannya aku sadar penuh jika aku sekarang sedang bermimpi. Jika begitu ya sudah, aku tinggal menyuruh jati diriku yang sedang tertidur di alam nyata untuk segera bangun dari tidurnya. Dengan begitu, aku terbebas dari mimpi di negri aneh ini."

Tetapi...

"Zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz"


Bersambung


Voment ☝

*) sangat memerluksn kritik dan saran agar saya bisa lebih baik kedepannya.

DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang