2. Shock

125 16 2
                                    

SELAMAT MEMBACA CERITA INI

JANGAN LUPA SHARE, VOTE SAMA KOMEN YA!

***

Lalita berlari kembali menuju kantin, dimana tadinya gadis itu meninggalkan Devita sendiri.

Memasuki kantin, dengan keringat membasahi wajahnya, Lalita berjalan menghampiri Devita yang tampak terkejut melihat kedatangan sahabatnya itu kembali.

"Ta? Lo kenapa?" Tanya Devita dengan nada yang sedikit panik.

"Kun--ci-i gu-gue Dev," sahut Lalita ngosngosan.

"Kenapa kunci lo?"

"Kunci loker gue hilang Dev," Lalita menutupi wajahnya dengan tissue.

"Hah? Kok bisa sih? Tadi lo taruh dimana?"

"Gue taruh di kantung rok gue. Pas gue mau ngambil kunci itu ternyata gak ada. Duh gimana dong," terlihat guratan kekhawatiran di wajah Lalita.

"Coba deh lo cari dulu. Siapa tau ketemu."

"Mama kunci Lita Mama," Lalita merengek kembali.

Devita menghembuskan napasnya,"Kalau lo terus-terusan begitu, kunci loker lo gak bakal ketemu Ta. Mending di cari dulu. Gue bantuin."

"Iya, tapi cari nya nanti aja ya."

"Sekarang Ta."

"Enggak! Nanti aja ya Dev, gue mau mandangin kak Kim dulu deh. Cari kuncinya di tunda dulu ya. Gue kangen liat senyumnya kak Kim yang menggoda hati," balas Lalita menampilkan Puppy eyes andalannya.

"Kak Kim kan gak pernah senyum. Kapan lo liat kak Kim senyum?"

"Pernah kok! Setiap hari malah, tapi dalam mimpi. Hehehe,"

"Anjay, hahaha."

Lalita dan Devita kompak tertawa. Annan berada di seberang meja kedua gadis itu menghentingkan gerakan sendoknya. Lalu menatap mereka berdua, tapi lebih terfokus menatap Lalisa yang nampak selalu manis.

Rendy menyipitkan kedua matanya, menatap Lalita yang kini tersenyum, namun tak menyadari jika Sahabatnya—Annan—yang memperhatikan Lalita juga.

"Gila! Lalita makin cantik aja," gumam Rendy menyeruput es Jeruk milik Annan.

Annan menolehkan kepalanya menatap Rendy dan gelas berisi minuman es jeruknya yang kini tersisa setengah gelas."Ren, minuman gue."

Rendy menatap Annan, lalu menyengir tanpa dosa."Sorry brother, tadi gue gak liat itu minuman punya lo."

"Lo punya mata, jadi gak mungkin lo gak liat."

Rendy menggaruk kepalanya yang tak gatal."Slow mas. Slow but sure,"

"Masih aja itu mulut ngeluarin es."

"Mulut gue. Terserah gue."

"Annan yang baik hati, KAYAKNYA. Dengan segenap hati dan jiwa raga, Rendy memohon maaf pada Annan si mulut es, karena telah meminum minuman lo."

"Alay. Oke."

"Oh tuhan terima kasih kau telah mengabulkan doa hamba." ujarnya mengusap pelan wajahnya seperti orang selesai berdoa.

Annan mengembuskan napasnya berat. Memiliki sahabat seperti Rendy membuat cowok itu kepikiran. Kapan Rendy tidak alay seperti itu.

"Nan. Lalita cantik ya," celetuk Rendy lalu menatap Lalita kembali, sambil melipat kedua tangannya di depan dada bidangnya.

Promise✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt