Mendengar helaan nafas itu, Claire malah menyunggingkan senyumnya. "Karena itu juga kau uring-uringan? Karena kau tidak bertemu dengannya?" Ejek Claire memahan kekehannya.

"Tidak!" Elak Megan. "Aku hanya ingin berterima kasih. Itu saja."

"Kau yakin? Kenapa aku tidak yakin? Kau tidak pintar berbohong, kau tahu?" Claire masih menggoda Megan.

Megan memutar bola matanya dan menghela nafas kesal lalu berdiri. "Terserah kau saja. Aku masih harus mendata keperluan untuk Las Vegas nanti." Megan memilih menghindari topik pembicaraan yang sedang Claire gencar bicarakan.

"Meg, hei Meg!" Claire terkekeh sambil mengikuti langkah Megan. "Aku hanya bercanda." Claire menepuk pundak Megan setelah berhasil mengejar langkahnya. "Lagipula, tidak ada salahnya kalau kau kagum pada Mr.Tyler. Dia tampan, kaya, dan muda. Aku juga mengaguminya."

Megan tidak mengerti kenapa Claire bisa tiba-tiba jadi sebawel ini. Apalagi tidak biasanya Claire membicarakan laki-laki disaat ia terlihat belum tertarik memiliki hubungan complicated dengan laki-laki sebelum menyelesaikan studinya.

Megan berhenti melangkah dan memutar tubuhnya kearah Claire. Ia hendak menyanggah kesimpulan Claire yang mengatakan kalau dirinya kagum pada laki-laki itu, namun suaranya tidak kunjung keluar ketika matanya tidak sengaja melihat sosok laki-laki yang sejak seminggu lalu berusaha ia temui baru saja melangkah masuk dari pintu Lobby.

Laki-laki itu tidak sendirian, melainkan berdua bersama seorang wanita cantik bertubuh jenjang. Tangan laki-laki itu bahkan melingkar santai di pinggang ramping wanita itu tanpa rasa canggung di tatapi oleh hampir semua mata yang berada di Lobby saat itu, termasuk Megan.

Laki-laki itu bahkan tidak terlihat risih ketika wanita itu mencium pipinya di depan banyak karyawannya.

Melihat keterdiaman Megan secara tiba-tiba setelah berhenti melangkah, Claire ikut menoleh untuk melihat apa yang sedang dilihat oleh Megan hingga membuat wanita itu tercengang.

"Itu bukannya Mr.Tyler?" Claire bergumam.

Megan hanya bergumam kecil dibelakang Claire. "Sepertinya untuk sesaat, kau -dan juga aku- lupa kalau yang sedang kita bicarakan adalah seorang Hidung belang," ucap Megan seakan sedang mencoba menyadarkan juga meyakinkan dirinya sendiri. Claire berbalik kearah Megan ketika Megan melanjutkan ucapannya, "aku tidak tertarik dengan laki-laki sejenis itu."

Megan melanjutkan langkahnya tanpa menunggu tanggapan Claire.

Keinginannya untuk berterima kasih pada laki-laki itu lenyap seketika.

***

Dinas dadakannya ke New York akibat permasalahan sepele yang kalau menurut Alceo hanya didasari oleh kesalah pahaman antara divisi keuangan dengan HRD, membuatnya secara tidak sengaja bertemu dengan wanita lintah yang pernah ia tiduri.

Padahal selama ini, Alceo tidak pernah berhubungan lagi dengan wanita satu malamnya dalam segi apapun.

Wanita berambut pirang yang baru diketahuinya adalah seorang model, terus menerus menempelinya pagi siang malam selama seminggu penuh dirinya di New York.

Menjelang kepulangannya ke LA, ia mengira kalau dirinya akan terbebas, namun ia salah besar. Wanita itu mengikutinya kembali ke LA.

Phsyco!

Bahkan sampai siang tadi dirinya hendak berangkat ke kantor, wanita itu sudah berada di Lobby Apartemen menunggunya. Entah darimana wanita itu bisa mendapat alamat tempat tinggalnya itu.

Tidak tahu juga sudah berapa kali Alceo mengusir wanita itu secara halus, Barbara, nama wanita itu, selalu berlagak seperti orang tuli.

Aneh memang. Biasanya ia akan dengan senang hati kalau ada wanita yang siap menghangatkan ranjangnya setiap malam seperti Barbara. Tapi sekarang ia malah merasa risih dan tidak tertarik sama sekali. Mungkin ini ada hubungannya dengan rasa penasarannya pada wanita yang selama ini menolak semua pesonanya.

Bad Boy CEO And I [#MFFS 3]Where stories live. Discover now