Victoria's Past 2

3.8K 377 40
                                    

The Queen of Ice
Part 43

"Mommy...."

"Daddy...." teriak seorang gadis kecil memanggil kedua orang tuanya tanpa putus asa. Tangan mungilnya yang kotor digunakan untuk mengucek matanya yang terus dibanjiri oleh air mata.

Entah sudah berapa lama gadis kecil itu berdiri sambil menangis di antara reruntuhan bangunan akibat gempa dan orang-orang yang berlalu lalang tanpa menghiraukan keberadaannya. Seolah-olah dia adalah makhluk tak kasat mata.

Hingga seorang wanita yang diperkirakan berusia 20an dan berpakaian putih-putih seperti perawat menghampirinya lalu membawanya segera ke rumah sakit untuk mengobati luka-luka yang ada di tubuh gadis kecil itu.

"Siapa namamu, Nak?" tanya si perawat setelah membersihkan tubuh gadis kecil berambut coklat itu dan mengganti pakaiannya yang kotor dengan pakaian yang bersih.

Anak itu hanya diam saja. Tidak menanggapi pertanyaannya sehingga si perawat memutar otak agar si anak mau membuka mulutnya agar dia bisa mendapatkan informasi siapa anak itu.

"Apa Ayah dan Ibumu yang mengajarkan untuk tidak berbicara dengan orang asing?"

Dan, anak itu tetap diam. Bergeming di tempatnya seraya menunduk. Isak tangisnya sudah berhenti namun jika ada sedikit saja yang menyulut emosinya maka dapat dipastikan anak itu akan menangis kembali.

"Ada apa Emma?"

Seorang wanita paruh baya berpakaian khas biarawati menghampiri perawat dan gadis kecil yang masih saja membungkam mulutnya.

"Ahh, suster Agatha," ucapnya seraya menoleh ke arah biarawati itu lalu berdiri dengan tatapan seperti terselamatkan dari masalah. "Anak ini sepertinya terpisah dari kedua orang tuanya. Dari tadi dia terus memanggil mereka namun tak satu pun dari mereka yang menghampirinya. Aku pun terus menanyakan siapa namanya, tapi dia enggan untuk menjawab."

Biarawati bernama Agatha mengamati sosok gadis kecil di hadapannya yang tampak ketakutan dan sedih.

"Biar aku yang urus gadis ini. Sebaiknya kamu urus korban yang lain. Mereka pasti membutuhkan bantuanmu."

Tanpa berpikir panjang lebar, perawat bernama Emma segera menghindar untuk membantu korban gempa lainnya yang butuh penanganan darinya setelah mengucapkan terima kasih kepada biarawati itu.

Suster Agatha menatap anak itu dengan senyum lembut khas keibuan. "Namaku suster Agatha. Siapa namamu kalau aku boleh tahu?" tanyanya seraya menyodorkan tangan. Namun, gadis kecil bermata biru itu hanya menatap gamang tangan yang terulur.

Suster Agatha kembali tersenyum. "Baiklah, jika kamu masih merasa takut untuk berbicara denganku. Tapi, aku perlu tahu siapa namamu untuk memudahkanku mencari kedua orang tuamu, Nak," ucapnya seraya membelai rambut gadis kecil itu.

Seketika wajah gadis kecil itu mendongak. Menatap suster Agatha dengan penuh pengharapan. Namun, binar itu langsung pupus. Wajahnya berubah pias saat dia tidak mengetahui siapa namanya.

Anak itu menggeleng sambil menundukkan kepalanya lagi. Merasa takut dengan sekitarnya. Dia pun membentengi dirinya dengan menaruh kedua tangannya di depan dada.

Suster Agatha menarik napas lelah sekaligus mendesah. Hari ini, dia sangat disibukkan untuk membantu mengurusi para korban gempa bumi yang hampir meluluhlantakkan sebagian kota Ebreichsdorf, Austria.

Lelah dan pusing harus bagaimana dengan gadis kecil yang masih diam seribu bahasa, akhirnya suster Agatha memutuskan untuk membawa gadis kecil itu ke tempat di mana anak-anak korban berkumpul. Di tempat itu banyak sekali anak-anak dari berbagai usia. Sebagian besar dari mereka pada menangis. Menangis karena terpisah dari keluarganya dan ada yang menangis karena luka-luka yang terdapat di tubuh mereka atau karena keduanya.

The Queen of Ice [ The Dark Series #2]Where stories live. Discover now