Diantara Petir

5 1 0
                                    


Aku penasaran, ada apa dibalik pohon rindang itu. Aku bingung, seperti apa wujudnya. Apakah dia indah? Ataukah semua itu hanyalah bayangan belaka? Semua orang berkerumun, membicarakan tentangnya. Semua orang bergumam, mengatakan, bahwa ialah pohon yang tersambar petir. Tak berwujud, tak berwarna, bahkan tak terlihat. Tapi ada juga yang berkata, bahwa ialah perisai yang baru.

Tik Tok, wajtu berlalu. Semakin lama ia semakin mendekat. Apa dia? Siapa dia? Semua masih tak pasti. Putih bersinar dan juga menyilaukan. Aku rasa aku buta. Aku berusaha melupakannya dan membuat rajutan dari bongkahan permataku. Benang yang kugunakan, membuatku mendambakan pelangi di atas awan.

Tik Tok Tik Tok. Aku bahagia. Aku bahagia bisa berdiri dan bahkan berjalan. Aku bahagia bisa melompat dan menopang tubuhku. Ingin aku berdansa bersama mawar di taman surga. Tapi, aku mendengar langkah kaki dibalik senar itu. Senar? Ialah rumput diujung sungai. Aku penasaran ada apa disana. aku menanti suara langkah itu keluar menghadapiku. Semua ini karena aku penasaran. Tak kusangka, ia menunjukkan dirinya. Melihatnya, membuat awan mendung diatas langit. Semua gelap tanpa sepercik cahaya. Hitam dan gelap. Ia menghilang sekejap dari hadapanku. Lalu ia menampakkan dirinya lagi. Petir menyambar dari segala penjuru. Gunung meluapkan emosinya. Dan laut? Laut meluap membanjiri langit. Menghancurkan bangunan pencakar langit. Rajutanku? Ia masih di tanganku.

Aku menangis karena aku sendiri. Aku merasa keputusasaan memenuhi diriku. Aku membuka mataku dengan perlahan. Apa ini? Dunia berubah. Semua orang memeluk permata mereka. Permata dengan cahaya bergemilau. Permataku? Cahaya dari permataku mulai meredup. Dan perlahan ia menghilang dari genggamanku. Apa ini? Kemana permataku? Tadi aku melihatnya. Kemana permataku? Siapa benda tadi? Benda yang tadi muncul dari balik rumput. Siapa dia sebenarnya? Apa dia mengambil permataku? Untuk apa?

Klok Klok Klok. Aku melihat bintang di atas awan. Ia bersinar tanpa angin yang berhembus. Aku melihat ada banyak darah di tubuhnya. Darah itu? Bagaimana bisa darah itu melambangkan sebuah permata? Itu sangat mustahil. Aku membayangkan aku bisa memetik satu bintang. Dan aku berharap, aku bisa menemukan permataku. Tapi itu semua tidak mudah. Gurun pasir diatas samudra itu menusukkan duri di seluruh tubuhku. Semua tampak berbeda. Apa ini? Aku lelah terus berada di tempat ini. Untuk apa aku hidup? Mereka semua berusaha membunuhku. Aku rasa, aku tidak mampu menghindar.

Aku terbangun. Langit membangunkanku. Aku melihat benda mungil disampingku, dan ia bernyanyi. Aku merasa, ia selalu menemaniku.

Api telah padam. Apa aku harus berlari lagi?

Tok Tik Tok Tik Tok. Andanganku teralihkan. Aku melihat cahaya yang sangat menyilaukan. Sebentar, aku pernah melihatnya. Itu dia! Dia yang mengambil permataku! Aku berlari mengejarnya. Aku hampir mendapatkannya. Tapi, duri-duri itu kembali muncul di tubuhku. Aku lelah. Aku rasa aku benar-benar akan mati. Dalam sekejap, aku terjatuh.

Aku kembali terbangun. Kunang-kunang indah mengelilingiku. Tunggu! Dia bukan kunang-kunang. Dia bercahaya. Tapi, dia bukan cahaya yang mengambil permataku. Aku rasa aku pernah melihatnya. Aku rasa, dia bintang yang pernah kulihat sebelumnya. Darah itu, masih memenuhi seluruh tubuhnya. Bagaimana bisa dia tersenyum saat banyak luka di tubuhnya? Aku menghampirinya. Tapi dia menghilang dari pandanganku. Aku berlari mencarinya. Dan aku berhasil menemukannya. Apa yang dia lakukan? Ia terlihat sibuk. Aku memperhatikannya dari kejauhan. Apa itu? Apa yang dia lakukan? Apa dia bodoh? Aku takut melihatnya! Aku menutup mata dna telingaku. Aku tidak sanggup melihat semua ini. Tangannya terus meneteskan darah. Apa dia bodoh? Dia membuat permata! Dia membuat permata dari runtuhan matahari. Darah dari tubunya sudah membentuk lautan. Dia benar-benar bodoh! Aku takut dengan semua ini. Aku menyesal telah mengejarnya. Aku takut. Kiu harap permataku segera kembali.

Perlahan, aku mendengar seseorang memanggilku. Menyebut namaku dengan alunan nada yang indah? Siapa dia? Perlahan, aku membuka mataku. Aku menatap kedua matanya. Ia sangat cantik. Ia sangan menawan. Dan ialah bintang yang berlumur darah. Ia menghampiriku dan memberikan permata yang tadi dibuatnya. Permata yang jauh indah dari milikku sebelumnya. Dan permata itu juga memiliki arti yang berbeda dari sebelumnya.

Kini, aku memiliki permataku yang baru. Teruntuk siapapun yang mengambil permata lamaku. Terimakasih karena kau merebutnya dariku. Aku tak takut jikalau kehilangan permataku lagi. Kini, aku dapat memetik bunga indah dari langit dan mengukirnya menjadi permata yang jauh lebih indah. Bahkan, aku akan memenuhi dunia ini dengan ukiran bertabur permata walaupun aku harus terluka.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 15, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Diantara petirWhere stories live. Discover now