Kresek.

Deg!

(Nama) berhenti. Ingin rasanya dia segera berlari, namun sayangnya kakinya menolak. Setelah ia bisa mengendalikan ketakutannya, kali ini rasa penasaran mulai menyerang (Nama). Tidak ingin membuang waktu lama, dia akhirnya memberanikan diri untuk menoleh ke asal suara.

Dari tempatnya berdiri, (Nama) bisa melihat penjaga sekolah tengah membersihkan beberapa barang yang ada di luar gudang.

(Nama) menghembuskan nafas lega. Melihat penjaga sekolah yang berada di sekitar sana, membuat (Nama) berkeinginan untuk menghampiri. Selain ingin menyapa, dia juga ingin melihat seperti apa, isi gudang yang katanya menyeramkan.

"Pak," sapa (Nama).

Penjaga sekolah menoleh. "Eh, Neng (Nama)," katanya sambil tersenyum. Penjaga sekolah itu sudah mengenal (Nama) karena sering bertemu dan bertegur sapa.

"Ngapain pak?" tanya (Nama). Dia melongok ke dalam gudang yang gelap. Tak terlihat apa pun di sana kecuali kegelapan.

"Ini bersihin barang-barang yang mau diloakkan," kata penjaga sekolah ramah, seperti biasa.

(Nama) melihat barang-barang dimaksud. Ada kursi, meja, kipas angin, komputer, televisi dan masih banyak lainnya. Hingga mata itu tertuju pada benda unik yang terletak tidak jauh darinya. Ia tertarik pada televisi berukuran mini. Bentuknya mirip dengan oven listrik dengan dua antena yang terpasang. Televisi itu pastinya sudah sangat kuno sekali.

"Neng (Nama) mau yang mana?"

"Hah?" kaget (Nama).

"Barang-barang ini sebenarnya masih berfungsi lo. Cuma, karena banyak yang karatan dan sudah kuno, jadinya ditaruh gudang. Bapak yang rawat biar gak rusak," jelas penjaga sekolah.

"Tapi kok ditawarin ke saya?" heran (Nama).

Penjaga sekolah kembali tersenyum. "Ini sudah jadi milik saya. Pak Kepsek yang ngasih."

(Nama) tersenyum, dia ingin memiliki televisi tadi, tapi dia merasa tidak enak.

"Tidak usah pak. Terimakasih," tolak (Nama).

"Neng, mau televisinya kan? Bawa saja. Itung-itung sebagai rasa terimakasih karena sudah sering dikasih makanan," kata penjaga sekolah lagi.

Gadis itu memang sering membawakan makanan untuk penjaga sekolah. Kata ibunya, itu sebagai ungkapan terima kasih karena sudah diijinkan lewat pintu belakang.

"Gak usah pak. Bapak jual saja."

"Bapak akan jual yang lain. Masih banyak kok di dalam. Bawa saja."

Mendengar ucapan penjaga sekolah membuat (Nama) mengangguk. Dia tidak mau memberi alasan lagi untuk menolak. Lagipula dia memang sangat tertarik dengan televisi unik itu.

"Makasih ya pak," kata (Nama) sambil membopong televisi tua itu. Cukup ringan. Terlebih, (Nama) sudah terbiasa membantu ibunya untuk mengangkat galon atau membeli gas dengan isi lima kilogram dari warung tetangga menuju rumahnya.

"Sama-sama," jawab penjaga sekolah.

Mengingat sudah waktunya untuk pulang, (Nama) pamit pergi.

(Nama) bersenandung dengan tangan yang sibuk membawa televisi tua. Sampai akhirnya di pintu sekolah, (Nama) melihat orang yang tidak asing dan berhasil membuat Bulu kuduknya merinding.

"Bapak penjaga!" Pekik (Nama), tangganya mulai bergetar.

Penjaga sekolah saat ini sedang berbicara dengan penjual bakso.

"Eh, Neng (Nama). Ada apa kok teriak-teriak?"

"Bapak... bapak kan tadi bersihin gudang," kata (Nama) sambil ketakutan.

Old Television [Kuroko No Basuke X Reader]Where stories live. Discover now