Prolog

19.9K 1.7K 500
                                    

"(Nama), kau tau, sekolah kita itu ternyata dulunya bekas rumah sakit jiwa."

(Nama) melotot mendengar cerita dari teman sebangkunya. Baru saja jam pelajaran berakhir, temannya itu sudah memberinya cerita yang membuat bulu kuduk merinding.

"Jangan nyebarin cerita yang gak masuk akal deh," ucap (Nama), lebih tepatnya (Nama) menolak untuk mempercayai hal itu.

"Ih, gak percaya. Ada anak kelas sebelah yang habis ngeliat penampakan kakek-kakek tua," kata teman (Nama) berapi-api. Cerita seram seperti itu memang harus dibagi dengan orang lain.

(Nama) kembali merinding. Dia takut, tapi juga penasaran. Siapa sih yang tidak penasaran dengan cerita hantu di sekolah?

"Dulu itu, banyak pasien yang disiksa sampai mati. Terus, dikuburnya di bawah gudang sekolah kita."

Glek!

Menelan ludah dengan kasar, (Nama) mendadak panas dingin. Meskipun cerita seram itu masih simpang siur, tapi (Nama) tetap merasa takut. Apalagi, rumahnya tepat di belakang gedung sekolah. Setiap hari dia lewat pintu belakang, yang artinya harus melewati gudang yang katanya bekas kuburan itu.

"Udah deh, aku gak mau denger cerita kayak gitu," kata (Nama). Mengakhiri perbincangan yang semakin lama semakin tidak baik untuk jantungnya.

Teman sebangkunya tertawa. "Kamu takut?" tanyanya dengan meremehkan. Tidak akan ada yang menyangka bahwa (Nama), gadis pintar itu akan takut dengan cerita horor.

(Nama) diam. Mencoba untuk mengubah suasana, (Nama) mengambil ponselnya.

"Eh, kamu tahu anime olahraga yang mau tamat itu?" tanya (Nama) untuk mengalihkan pembicaraan dan tentunya berhasil. Temannya mulai tertarik dengan arah obrolan yang telah ia buat. Mereka berdua adalah penggemar anime, terutama anime yang memilik tokoh 'cowok ganteng'.

"Tahu. Kenapa?"

(Nama) menyadarkan tubuhnya di punggung kursi, ia mulai dengan imajinasi gilanya. Membayangkan wajah tokoh dambaannya yang ada di dalam anime, membuat (Nama) tersenyum.

"Mereka itu keren banget. Cakep-cakep. Coba aku bisa ketemu mereka," kata (Nama) sambil menerawang langit-langit.

"Ngayal mulu!" teman (Nama) memukul kepalanya dengan penggaris yang sejak tadi tergeletak di atas meja.

(Nama) meringis kecut. Menghayal? Tentu saja. Apalagi yang dia bisa lakukan selain mengkhayal tentang manusia dua dimensi yang selalu membuat jantungnya berdetak. Kadang kenyataan memang menyakitkan. (Nama) tidak pernah menyukai seseorang, sekali tertarik dengan orang lain, mereka berbeda dimensi.

(Nama) memperhatikan wallpaper ponselnya. Tampak wajah dari tokoh anime favoritnya terpampang dengan manis disana.

Klik.

(Nama) mematikan layar ponselnya.

~~~

"Bye!" seru teman (Nama) padanya saat jam sekolah berakhir.

"Sampai besok," balas (Nama).

(Nama) melangkahkan kakinya dengan cepat. Jika biasanya sang ibu marah karena ia selalu berjalan dengan santai, bahkan saat bel sekolah sudah berbunyi, maka kali ini ibunya pasti bangga melihatnya berjalan dengan kecepatan penuh. Alasan yang membuat (Nama) menjadi atlet jalan cepat dadakan, karena ia teringat pada cerita temannya tadi. Apalagi sekolah sudah mulai sepi, terlebih lorong dekat gudang yang letaknya di bagian belakang sekolah. Tidak ada tanda-tanda manusia di sana.

Saat (Nama) mendekati gudang, udara dingin tiba-tiba menghembus tubuhnya. Jantung (Nama) terasa berdetak tak karuan. Keringat dingin mulai menetes dari pelipisnya.

Old Television [Kuroko No Basuke X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang