Chapter One - Prolog

10.4K 303 0
                                    

Hei, semua... Kembali dengan saya didunia akun orange ini. Cerita kembali saya buat untuk anda. Gayanya, thor. Oke, tidak panjang-panjang langsung aja ye.

Keep Reading...

🌸🌸🌸

Phoenix,
5 Tahun Lalu...

Dikota Phoenix berdiri sebuah perusahaan besar yang bergerak dalam bidang business, safety, dan fashion telah berdiri selama 25 tahun berdasarkan upaya dan kerja kerasnya selama ini.

Dia, laki-laki sedang duduk disebuah kursi putar dengan wajah menghadap salah satu karyawannya yang menjelaskan sesuatu masalah yang terjadi diperusahaannya.

"Maaf. Saya ingin memberitahu apa yang terjadi ketika anda sedang berada di New York beberapa hari lalu, sir." Kata salah satu karyawannya, Wetty Adnisond.

Laki-laki itu mengangguk, "Katakan saja apa yang terjadi, Adnisond?" Balas pria sebagai pimpinan perusahaan tersebut.

Wetty menghela napas pendek sebelum melanjutkan, "Perusahaan telah diambil oleh pihak pemilik perusahaan grup Wattson, sir. Kemarin salah satu pegawai disini sudah menandatangani sebuah berkas."

Mendengar masalah yang dijelaskan oleh salah satu pegawainya membuat pria itu berdiri, "Apa katamu, Adnison! Atas dasar apa perusahaan Wattson mengambil alih perusahaan ini! Atas dasar apa, Adnison?" Tanya dia dengan nada meninggi pada salah satu tangan kanannya.

Melihat nada meninggi dan marah membuat Wetty menjawab, "Katanya perusahaan kita telah menipu perusahaannya juga perusahaan Arnold, dan perusahaan ini mulai besok...tidak beroperasi lagi." Lanjutnya dengan nada pelan diakhirnya.

Pria itu segera duduk, tetapi karena pikirannya sedang pusing memikirkan perusahaannya yang tiba-tiba jatuh tanpa sebab membuat dia jatuh terduduk.

"Sir!" Segera pegawainya itu membawanya kembali duduk ke kursi putar.

"Aku sudah bekerja keras untuk perusahaan yang sudah berdiri selama bertahun-tahun ini. Kenapa bisa mereka bilang perusahaan ini menipu mereka? Bagaimana aku bisa menghidupi istri dan putriku, Adnison." Kedua tangannya yang diatas meja sudah terkepal erat. "Bagaimana?!" seru laki-laki itu terlihat jelas putus asa.

"Tuan Browning, jangan berputus asa. Saya yakin anda bisa menghidupi keluarga anda dengan pekerjaan lain dan saya merasa anda-lah yang terbaik dari perusahaan lainnya."

Perkataan salah satu pegawai kepercayaannya membuat dia menatapnya merasa bersalah, "Maaf jika anda merasa saya mengecewakanmu, Adnison." Katanya lirih.

Wetty menggeleng, "Anda tidak mengecewakan saya sama sekali, sir. Saya percaya dengan anda." Katanya tersenyum tipis.

⚫⚫

New York,
5 Tahun Kemudian...

Setelah sampai ditujuan yang dia inginkan segera perempuan muda tersebut menarik kopernya menuju suatu penginapan kecil, apartemen. Diperjalanan menuju apartemen tersebut dia harus menaiki bus dua kali untuk sampai ke apartemen yang sudah dia pesan beberapa hari sebelumnya.

Setiba didepan apartemen itu yang berada di New York, dia segera menaiki tangga biasa untuk menuju lantai dua. Beginilah kehidupan sederhana yang dia jalani setelah biasa menggunakan lift-lift diperusahaan, mall, dan mansion milik ayahnya.

Didepan ruangannya yang bertuliskan '201' tersebut dia sudah melihat pemilik apartemen tersebut.

"Kamu yang menyewa ruangan ini, benar?" Tanya wanita berumur itu padanya.

Segera Susan mengangguk, "Benar, saya yang menyewa." Jawabnya tersenyum kecil.

Melihat senyuman gadis didepannya membuat wanita berumur pemilik apartemen tersebut tersenyum.

'Betapa cantiknya senyuman gadis ini, siapa orang tuanya?' batin wanita berumur dihadapannya. "Ini kuncinya, Nona Susan." Ucapnya sambil menyerahkan kunci ruangan kamar ke Susan.

Susan tersenyum, "Cukup panggil saya Browning saja, Nyonya." Ucapnya sopan sambil mengambil kunci ruangannya.

"Saya pemilik apartemen ini. Jadi, terserah saya memanggil anda Nona Susan, mengerti?" kata wanita berumur tersebut kekeuh.

Susan mengangguk pada wanita berumur yang tidak mau mengalah itu, "Baiklah, Nyonya." Katanya mau-tidak mau menurut.

Wanita berumur itu mengangguk, "Semoga nyaman disini." Sebelum pergi dia melanjutkan, "Oh, ya cukup panggil saya Hanna saja. Saya tidak suka dipanggil Nyonya."

Susan hanya mengerutkan kening, bingung kenapa dia harus memanggilnya seperti itu. Tidak berpikir lama, dia masuk ke apartemennya.

**

To Be Continued
Voments, please?
😘😘

Selasa, 25 Juli 2017
At 11.58 PM

MAFIA CEO #1 - BE AS ONE ✅Where stories live. Discover now