The past

8 2 0
                                    

[The Past]
Author: Agnes M. D. C
Part: 1/1
Genre: Romance, horor

One-shoot
=======================================

Bodoh
Aku hanya ingin lebih mengerti
Tentang dirimu
Dan aku menyadarinya
Untuk pertama kali bahwa ini cinta

Akan kubuat kau melihatku
Ku tahu harus menunggu lama
Tapi aku tak akan menyerah karena—

—Aku Menyukaimu.

Aku melihatnya
Aku tetap melihatnya.
Bahkan saat bel pulang berbunyi; aku pergi ke loker dekat tempatnya —yang sebenarnya lokerku terletak jauh dari lokernya— hanya untuk melihat siluetnya.
Apakah aku menyukainya? Tentu saja!
Aku sudah menjadi secret admirernya sejak kelas 1 dan berlanjut sampai kelas 12 ini.

Baiklah, aku akui jika aku penakut, pengecut, atau apalah sebutan yang menurut kalian pantas untukku. Namun, aku memang benar-benar mencintainya! Meskipun kita terpisah oleh kelas —dan ia (mungkin) tidak mengenalku; aku tetap akan berpegang teguh pada perasaan ini.

Aku terlalu melamun, sampai-sampai tidak menyadari bahwa dia tersenyum dan memanggil namaku. Benar! Dia memanggil namaku! Astaga, apakah aku bermimpi? Aku mohon jika aku bermimpi aku tak mau bangun selamanya, biarkan aku menikmati ini sebentar saja meskipun hanya di dalam mimpi.

"Hei Yanjie, apa yang kau lamunkan? Aku sudah memanggilmu 5 kali dan kau tetap tidak meresponku." Ah! lihatlah bibirnya yang mengerucut itu. Astaga, jantungku berdebar kencang.

Aku sedikit memaksakan senyum dan membalas, "Y-ya, maaf tadi aku melamun sebentar. Ada apa memanggilku?"

Dia tersenyum —lagi. "Aku hanya ingin mengajakmu bersenang-senang hari ini, kau mau?"

Senyumku mengembang, "Tentu saja bisa, kapan? Dimana? Jam? Aku jemput ya?"

Dia tertawa. Astaga! Apakah aku tadi melakukan hal yang memalukan? Aku terlalu gugup untuk berada sejajar dengannya. Aku hanya bisa memperlihatkan senyum canggung —bercampur malu.

Dia berusaha meredakan tawanya, kemudian menjawab, "Nanti pulang sekolah. Jam 7 malam. Boleh, aku tau kamu mengetahui alamat rumahku. Baiklah sampai bertemu nanti malam!" dan ia segera berlalu dari hadapanku.

Sedikit terkejut, ternyata dia tahu apa yang selalu kulakukan. Aku memandang kepergiannya; tidak sabar menunggu malam tiba.

19.00

Aku sudah sampai di depan rumahnya tepat waktu ketika dia sedang menutup pintu rumahnya. Aku tersenyum tipis; menyodorkan helm, "Sudah siap?"

"Tentu. Ayo." ujarnya seraya mengambil helm dan menaiki motor unguku. Segera menstarter motor ku; meninggalkan rumahnya pergi ke alun-alun kota.

Perjalanan yang kulalui selama 30 menit terasa lebih cepat dari biasanya. Entah karena hatiku yang terlalu bermarathon ria, atau karena gadis dibelakangku ini —Chichu, atau karena suasana euforia yang berada disekeliling aku dan dia.

Sampai di alun-alun kota, tersaji pemandangan yang menyejukkan mata, suara-suara gembira pun sayup-sayup kudengar. Aku menoleh ke sebelah kananku, nampak Chichu tidak nyaman dengan suasana ini. Segera kutarik tangannya ke sebuah tempat yang aku tahu pasti sepi.

Sampai disana, Chichu terlihat senang, iris aquamarinenya bergerak-gerak seakan-akan tidak akan bisa melihat ini semua lagi. Tiba-tiba Chichu mengarahkan pandangan matanya padaku; seakan-akan ingin berbicara serius denganku.

Namun sepertinya itu hanya ilusi mataku saja. Ia langsung mengajakku pulang ketika melihat jarum jam tangannya menunjukkan pukul 20.30, padahal masih sore –baiklah malam.

The StoryWhere stories live. Discover now