Tertuju Padamu

35 4 0
                                    

"Kata orang rindu itu indah...
Namun bagiku ini menyiksa...
Sejenak kupikirkan, bila kubenci saja dirimu...
Namun, sulitku membenci...

Melly G.-Bimbang

~¤~

Tring! Tring!!


Bel sekolah berbunyi menandakan siswa-siswi SOPA-School of Performance Art-High School tlah selesai dari aktivitas belajar mereka. Mereka layaknya segerombolan semut yang tengah berpencar dari kejauhan. Devan kini sudah berjalan di keramaian murid murid yang berlalu lalang di koridor, para gadis gadis sibuk melirik sang Ket-Os itu. Berusaha tuk mendapat perhatiannya. Sedangkan yang lain masih menggunjingkannya tentang kejadian di kantin.

"Hei... Bukannya itu Devan si ketua osis yang terkenal itu? "

"Kabarnya ia baru saja ditolak oleh Eva. "

"Benarkah?.. Wah.. Padahalkan ia tampan. Belum lagi kabarnya ia anak orang kaya. Kau tau INDEAN air yang terkenal itu?"

"Yah.. Sepertinya Eva bukanlah orang yang mudah terbuai dengan harta"

"Yah kau benar... Ahahaha.. "

Devan mulai kesal dengan anak perempuan yang menggosipinya itu. Kepalanya terasa penat dan jenuh karenanya.

-memangnya mereka tau apa soal Eva dan aku? Seenaknya saja mereka menyimpulkan- batin Devan.

Meskipun merasa ditolak dia tidak menyerah dengan perasaannya itu. Ia yakin selama Eva belum berkata 'tidak' maka ia masih memiliki kesempatan. Benar bukan?
Dia pun mengambil langkah memutar menuju lapangan. Berharap sahabat karibnya masih latihan untuk pertandingan antar sekolah pekan depan. Kali ini Devan bisa bernafas lega. Matanya kini tertuju pada seseorang yang sedang berusaha membuat three point dari ujung lapangan. Dia terdiam sejenak sebelum melangkah masuk dan duduk di kursi penonton.

Sedangkan lelaki bertubuh tinggi dengan potongan rambut spike dan menggunakan seragam basket bertuliskan nomor punggung 07 itu sedang bersiap untuk mencetak angka. Setalah menarik napas panjang lelaki itupun melompat sambil melemparkan bola ke ring.

Pandangan Devan terus mengikuti pergarakan bola dan... Masuk!!!
Lelaki itu melompat girang kesenangan. Devan melangkah ke arahnya dengan tepuk tangan yang trus ia berikan.

"Whoa.... Tambah keren aja lo,Ti!!" ucap Devan.

Sedangkan lelaki itu-Istikhlas Rasyid-memamerkan giginya yang sudah menyembulkan gingsulnya yang terlihat manis setiap kali ia tersenyum.

"Wow... Sekarang Istikhlas Rasyid dah bisa nembak three point yah. " ucap Devan lagi lalu menghampiri Isti dan ber-tos ala style mereka.
"Siapa dulu dong gurunya?! Devan Alvaro,men.." ucap Isti membangga banggakan Devan. Yang dibanggakan cuma bisa tersenyum malu-malu sambil sesekali tangannya menonjok bahu sahabatnya itu.

"Oh iya,Van. Kok lo gak pulang? " tanya Isti.

"Lah lo sendiri kenapa ga pulang? " tanya Devan kembali.

"Ditanya kok malah balik nanya sih, Van? " Isti tersenyum geli.

"Yah.. Gue.. Gue tadi kebetulan aja liat lo di lapangan lagi berusaha. Jadinya, gue mau bantuin lo gitu biar bolanya masuk dan Alhamdulillah nya berhasil masuk. " jelas Devan panjang lebar.

trust youWhere stories live. Discover now