Rasa itu Menusuk Dadaku

9 1 4
                                    

  "Eunjin? Kamu hari ini gak sibuk kan? Kalo gak ayo, ikut aku mengitari kota dengan sepedaku ini".

   Ajaknya bersemangat di waktu pagi.

   "Aku gak ada kesibukan hari ini, jadi aku mau ikut kamu naik sepeda itu Kyungsoo :))".

    Jawabku dengan penuh semangat juga.

    Dikayuhnya sepeda yang terus membawa kami ketengah keramaian kota, tak perlu kemewahan bagi kami untuk sekedar menghabiskan waktu bersama. Karena hanya dengan menaiki sepeda berdua saja, kami sangat merasa senang.

     Sesampainya di tengah kota, kami melihat banyak sekali pedagang-pedagang mulai dari asongan, hingga kaki lima. Pikirku.. tak lengkap rasanya jika aku tak membawa buah tangan untuk keluarga ku di rumah, meski hanya jajanan sederhana.
 
  "Kyungsoo? Kamu tunggu disini sebentar, aku akan membeli beberapa makanan kecil. Kamu jangan kemana-mana, ok?".

   Aku bergegas menuju kesalah satu lapak untuk membeli beberapa camilan, sekembalinya aku membeli makanan. Kulihat Kyungsoo sudah tidak ada di tempat dimana dia duduk tadi, agak sulit memang memberi pengertian kepada Kyungsoo terlebih lagi dia memiliki sedikit penyakit mental.

   Akhirnya, mau tidak mau aku harus mencari Kyungsoo sampai ketemu. Jika tidak, akan berbahaya baginya jika ia tak tahu jalan pulang. Dengan napas ku yang sedikit terengah-engah aku mempercepat sedikit langkahku, ya.. harus dengan susah payah ku berjalan karena alat penopang tubuhku tak bisa diajak untuk berjalan lebih cepat.

   Di perempatan jalan yang lumayan sepi, kulihat sepeda Kyungsoo tersandar dipinggir jalan. Tapi aku tak melihat keberadaan Kyungsoo di tempat itu, setelah aku melihat seorang wanita yang tak lain itu adalah tetangga ku dan teman main Kyungsoo.

   "Hei...! Tunggu! Tunggu sebentar! Aku ingin bertanya sesuatu padamu...". Ku hampiri dia dengan agak tergesa-gesa.

  "Hai Kyoora!... apakah kau tadi melihat Kyungsoo?". Tanyaku dengan penuh harap ia mengetahui dimana Kyungsoo berada.

  "Oh.. Hai Eunjin!... iya aku tadi lihat Kyungsoo di sebelah sana (menunjukkan tangannya kesudut jalan), sepertinya ia sedang berdebat dengan seseorang".

  "Berdebat? Dengan siapa? Apa yang mereka perdebatkan?.." Tanya ku bertubi-tubi.

  "Entahlah Eunjin.., akupun juga tidak tahu dia berdebat dengan siapa dan memperdepatkan apa". Jawabnya terus terang.

   "Oh.. baiklah Kyoora, terimakasih atas bantuannya". Jawabku sambil tersenyum.

   "Iya sama-sama, maafkan aku tak bisa mengantarmu ke tempat itu". Sautnya begitu ramah.

  "Iya tak apaaa!..". Jawabku agak berteriak karena aku sudah agak menjauh.

   Setelah aku berada di sudut jalan yang di tunjukkan oleh Kyoora, memang benar ada yang sedang berdebat disana. Dan benar saja, yang sedang berdebat disana adala Kyungsoo dan seorang bapak-bapak berbadan kekar.

    Melihat kejadian tersebut, aku ingin melerai perdebatan sengit mereka. Namun, aku juga takut dengan bapak-bapak yang tak ku ketahui identitasnya itu.

    Nampaknya, Kyungsoo dan bapak itu sedang memperebutkan sesuatu. Tak mampu bebuat apapun, aku hanya bisa terdiam dengan perasaan cemas dan hanya bisa mendengarkan adu mulut mereka.

    Tak kehabisan akal, akupun berjalan mencari bantuan. Siapa tahu, perkelahian mereka bisa teratasi.

     Belum sempat aku jauh melangkahkan kaki ku, seorang wanita yang hampir sebaya dengan orang tua ku datang.

   "Sudah! Lepaskan wanita itu!..". Teriaknya yang masih tak bisa ku mengerti maksudnya.

    "Tidak! Aku tidak akan melepaskannya!, aku sangat menyayanginya!...". Jawab seorang lelaki yang tak lain, itu adalah Kyungsoo. Dan muncul sesosok wanita cantik dibalik punggung Kyungsoo.

     Seketika ku terdiam, aku tak mampu berkata apapun lagi. Dan tanpa kendali, tubuhku terhuyung jatuh ketanah. Mendengar suara kret yang ku punya terjatuh, Kyungsoo dan semua yang terlibat dalam perdebatan itupun menghentikan perdebatan mereka.

      Memandang kearahku, Kyungsoo pun langsung berlari menghampiriku.

    "Eunjiiiiiiiiin!!....". Teriaknya begitu lantang sambil mempercepat langkah kakinya.

      Cepat-cepat akupun kembali bangkit dari jatuhku, mengambil kret ku dan segera berlari menghindari Kyungsoo. Namun, apalah dayaku sekeras apapun aku berusaha untuk bergerak lebih cepat tetap saja aku tak lebih cepat dari gerakan langkah kaki Kyungsoo.

    "Eunjin!... eunjin... tunggu... tunggu, aku.. aku.. aku..". Tanyanya dengan napas yang begitu sesak dan tangannya yang ia sandarkan kebahuku. Namun, belum sempat ia melanjutkan kata-katanya, aku cepat-cepat menyambar pembicaraanya yang terengah-engah dan terbata-bata  karena lelah berlari.

    "Apa?!... apa?!... Kamu mau jelasin apa?! Kamu mau jelasin apa ke aku Kyungsoo?!!!..". Tanyaku dengan nada mengeras, akupun menyingkirkan kedua tangan Kyungsoo yang ia letakkan di kedua bahuku dengan kasarnya.

    "Mulai sekarang, jauhi aku Kyungsoo.. Jangan pernah kamu berhadapan dengan ku lagi..". Pintaku dengan suara lamat-lamat.

    Kyungsoo terdiam, di saat itulah aku mengambil kesempatan untuk bergegas menjauh dari Kyungsoo. Entah apa yang aku lakukan itu benar atau tidak, tetapi rasa yang saat itu menyiksaku membuat aku ingin segera pergi dari tempat itu.

   Aku meninggalkan Kyungsoo di tempat itu, sambil sesekali ku berdo'a semoga Kyungsoo tidak tersesat di jalan. Rasa sakit ku memang memuncak saat itu, namun dengan tindakan yang aku lakukan terhadap Kyungsoo dengan meninggalkannya sendiri aku tetaplah merasa cemas.

    Tetapi sekali lagi, aku sangat-sangat merasa sakit. Seperti ada ribuan duri dan jarum yang menusuk di dalam dadaku.

Miracle In LoveWhere stories live. Discover now