R 001

22.3K 1.3K 64
                                    

Jeani POV

Aku bergegas menuju kelas, karena kelas sebenatar lagi akan dimulai. Saat melewati koridor, mahasiswa berlalu lalang dan sepertinya sedang asik melihat sesuatu di handphone mereka. Mungkin sedang ada yang viral.

"Jean, Jimin ganas ya?" Ujar seseorang sambil cekikikan.

Memangnya Jimin kenapa? Kenapa dibilang ganas? Jimin bukan macan, fyi.

Aku tidak perlu banyak memikirkan hal yang tidak jelas seperti itu, toh sudah biasa mendengar pujian-pujian tenyang Jimin. Aku terus berjalan menaiki satu per satu anak tangga menuju lantai 2. Sesampainya di kelas yang masih sepi, aku langsung duduk di barisan depan.

"Semakin hari, Jimin semakin keren saja ya Jean," ucap Nana, teman sekelas yang luamyan dekat denganku.

Ya, lumayan dekat. Karena sejauh ini, rasanya aku tidak memiliki teman dekat, seperti sahabat sejati? Nagiku itu bisa merepotkan. Berteman bisa dengan siapa saja dan tidak perlu terlalu dekat.

"Iya menurutmu begitu, tapi menurutku dia begitu-begitu saja, menyebalkan," cibirku mengingat kelakuan Jimin beberapa hari ini.

"Nih lihat!" Nana menunjukkan video Jimin sedang menari bersama Hoseok dan Jungkook. Hmm okay, itu keren, tapi mengingat aku ceritanya lagi sedikit merajuk jadi bagiku biasa saja, sudah sering juga melihatnya menari seperti itu.

"Ganas banget ini mah. Haduh lidahnya pakai dimainin lagi." Heboh Nana.

Puk!!!

Satu pukulan tepat di kepala Nana, biar bagaimana pun, Jimin kekasihku. Aku akan risih jika ada seseorang yang terlalu lapar saat melihatnya.

"Sakit, Jean!" Kesal Nana.

***

Akhirnya jam 5, kelas pun berakhir. Aku meregangkan ototku yang rasanya kaku semua. Huh capek. Aku membereskan buku dan alat tulis, lalu keluar menunggu Jimin. Biasanya dia yang jemput, tapi tadi pagi aku lupa memintanya.

17.10
Kang Jeani
Kamu bisa jemput aku tidak?

17.13
Park Jimin
Otw

17.14
Kang Jeani
Ok hati-hati
(Read)

Aku menunggu Jimin, kebetulan rumahnya tidak jauh dari kampus, hanya berlawanan arah dengan rumahku.

Aku sudah menunggunya sekitar 10 menit, mobilnya berhenti di depanku. "Masuk!" Ucapnya setelah menurunkan kaca mobilnya.

Ya begitu saja, aku jarang dibukakan pintu seperti adegan di drama-drama romantis itu. Tanpa banyak pikir, aku masuk ke mobilnya. Takut-takut Jimin marah juga karena aku bertele-tele.

"Dance-nya keren," puji ku untuk membuka percakapan. Aku sudah menonton videonya selagi menunggunya tadi.

"Thanks," respon Jimin.

Aku mengangguk dan mengambil handphone untuk membuka akun sosial media dan stalk akun Jimin. Tidak ada yang aneh, Jimin tetaplah Jimin yang social butterfly, dan berubah wujud menjadi kekasih yang emosian untukku.

"Eh iya, itu aku bawain cheese cake buat kamu," ucap Jimin.

Refleks aku menoleh. "Mana?"

"Belakang," ujarnya sambil menggerakkan kepalanya, mengisyaratkan letak kue kesukaanku itu.

Aku langsung mencari keberadaan kue itu ke belakang. Benar ada satu box kue bertulisan toko yang sering kami kunjungi dan satu buket mawar.

Aku menatap wajah kekasihku dengan mata yang dijamin sudah sangat berbinar, pipiku juga terasa panas. Itik satu ini bisa saja membuatku tidak jadi merajuk.

My BoyfriendOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz