🌹Chapter 16🌹

28 5 0
                                    

"Mana Ahreum? Tadi ia bersamamu, kan?"

"Pergilah."

Ahreum melebarkan kedua matanya mendengar jawaban Jeonghan. Pergi? Untuk saat ini? Dengan tidak yakin Ahreum bertanya, "Apa kau bilang?"

"Pergilah. Pergilah sebelum kau menyesal, Ahreum."

Ahreum menatap lurus-lurus mata Jeonghan, dan dari sana ia mengetahui bahwa laki-laki itu serius. Namun, ia menggeleng.

"Kau tahu itu tidak mungkin," balas Ahreum. "Tiga jam lagi dramanya akan dimulai. Rumah sakitnya terlalu jauh. Lagi pula, aku juga harus bersikap profesional, Jeonghan. Aku tidak bisa meninggalkan drama ini begitu saja."

Ya, Ahreum merasa bahwa ia tidak bisa seenak dirinya sendiri setelah melihat kalau yang berjuang bukanlah dirinya sendiri, melainkan juga puluhan mahasiswa lain.

"Ini juga ujian akhir. Kalau tokoh utamanya saja tidak ada, bagaimana dramanya bisa berjalan? Pikirkan juga teman-teman yang lain. Mereka sudah berusaha—"

Ahreum tidak sempat menyelesaikan kalimatnya karena tiba-tiba saja Jeonghan meletakkan jari telunjuknya tepat di bibir Ahreum. "Aku tidak bilang kau harus meninggalkan drama, Ahreum," ujar Jeonghan sambil tersenyum.

Mata Ahreum yang tadinya menyiratkan kepanikan, langsung melembut ketika melihat Jeonghan tersenyum. Meskipun laki-laki itu tampangnya sudah persis seperti Si Buruk Rupa, namun kehangatan dibalik senyumannya itu masih tetap terasa.

"Pergilah sekarang, Ahreum. Selama masih ada waktu. Berdoa saja di sepanjang jalan, supaya ibumu baik-baik saja dan jalanan tidak padat, supaya tidak menghambat waktu. Soal teman-teman dan Park-seonsaengnim, biar aku saja yang mengurus mereka."

Ahreum sudah membuka mulut lagi hendak protes, namun Jeonghan langsung menyahut. "Tolonglah, Ahreum. Aku tidak ingin kau kehilangan ibumu sama seperti aku yang telah kehilangan ibuku."

Ahreum terdiam mendengarnya. Kini, ia tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Ia kembali melihat jam di ponselnya, pukul empat lewat sepuluh menit. Ia kembali menatap Jeonghan lalu tersenyum, dan kini ia telah memutuskan.

"Baiklah, aku pergi dulu."

Dan ia harap ia tidak akan menyesali keputusannya itu.

Setelah itu, Ahreum beranjak dari sofa dan melangkah menuju pintu keluar. Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti, dan kemudian ia berbalik menatap Jeonghan yang juga tengah menatapnya. Tanpa disangka-sangka, Ahreum menghampiri Jeonghan kembali, dan dengan sebuah gerakan cepat, gadis itu membawa Jeonghan ke dalam sebuah dekap.

"Terima kasih, Jeonghan. Aku pasti akan kembali, aku berjanji," bisik Ahreum di dekat telinga laki-laki itu, dan kemudian ia langsung melapaskan pelukannya dan berlalu pergi.

Jeonghan tersenyum kecil melihatnya dan mengehela napas. Ia bersandar pada sofa, dan kini ia hanya benar-benar bisa berharap.

Berharap agar semuanya akan tetap baik-baik saja.

Lamunan Jeonghan buyar saat ia menyadari ada yang duduk tepat di sebelahnya. Ia menoleh, dan menatap Wonwoo yang kini juga telah selesai dirias. "Mana Ahreum? Tadi ia bersamamu, kan?" tanya Wonwoo.

Jeonghan tersenyum sekilas. "Ke toilet."

-oOo-

Setelah membayar taksi yang ditumpanginya dan mengucapkan terima kasih, Ahreum berlari, melesat masuk ke dalam rumah sakit. Ia kembali membuka ponselnya dan jam sudah menunjukkan pukul lima lewat lima menit.

A Story of Beauty and the Beast [SEVENTEEN's Jeonghan]Kde žijí příběhy. Začni objevovat