Serendipity

25 2 0
                                    

Bunyi alarm jam weker membangunkanku dari tidur nyenyak. Kududukkan tubuhku di ranjang kecil yang sudah kumiliki sejak kelas 1 SMP. Dulu ranjang ini memang dibeli lebih besar dari ukuran tubuhku masa itu. Tetapi siapa sangka aku akan tumbuh setinggi ini dalam jangka waktu 3 tahun. Kubuka jendela kamarku, membiarkan angin pagi berkibas diwajahku. Ditengah keheningan udara pagi, suara ibu memanggil dari lantai bawah

"Jax! Ayo bangun! Kami mau berangkat!"

Aku duduk di pojok meja makan dekat jendela. Seperti biasa, ruang makan ini dipenuhi orang-orang bermuka asing. Bukan karena mereka memang orang asing, tetapi aku yang tidak mampu mengenali mereka. Prosopagnosia. Ya, penyakit aneh ini memang benar-benar ada. Penyakit dimana seseorang tidak dapat menghafal wajah orang lain meskipun sudah mengenalnya sejak lama. Bahkan sejak lahir. Aku tidak mampu mengenali wajah orangtuaku. Memang mereka tidak kemana-mana memakai kartu nama tertempel didahi mereka agar aku mengenalinya. Karena mereka tidak tahu tentang ini. Aku juga tidak pernah memastikannya dengan periksa ke dokter. Kenapa? Karena aku belum siap menerima kenyataan ini.

"Sayang, siapkan bekalmu sendiri ya!"

Aku sibuk melihat kearah jendela luar.

"Jax! Aku berbicara kepadamu!" aku menoleh kearahnya. Seorang wanita sedang menatap mataku sambil menunjukkan jari pada lemari tua di sudut ruangan. Wanita itu berambut lurus panjang merah kecoklatan yang menutupi punggungnya. Wanita itu adalah ibuku. Siapalagi perempuan dewasa dirumah ini selain ibu? Ia juga selalu memakai kalung yang diberikan ayah pada saat mereka berbulan madu di Paris.

"Iya ma.." jawabku sambil menghela nafas panjang.

"Ibu dan ayah berangkat duluan ya, semoga hari pertama sekolah kalian menyenangkan!"

Hari ini adalah hari pertamaku masuk SMA, sedangkan adikku masuk SMP. Hari ini memang salah satu hari yang tidak ingin kulewati. Bertemu teman-teman baru, dan bertemu teman-teman lama yang rasanya juga seperti bertemu teman baru bagiku. Meskipun aku bisa menghafal ciri khas, tidak semua orang memiliki ciri khas yang menonjol dari mereka.

"Jax, bekalmu sudah siap. Aku berangkat duluan" kata adik kecilku.

"Oke, Mel" jawabku singkat.

Jangan sangka kami menyiapkan bekal satu sama lain karena memang berbaik hati. Dirumah ini kita memiliki jadwal siapa-siapa yang akan menyiapkan bekal dihari apa. Dan hari ini giliran Melissa untuk menyiapkannya.

Karena sekolah kami dekat dengan rumah, kami terbiasa memakai sepeda atau berjalan kaki.

Aku terdiam sejenak didepan gerbang sekolah. Menghirup nafas dalam-dalam.

Ini hanya hari yang sama seperti hari lain, jangan merasa terbebani, jangan salah fokus, jangan melakukan hal-hal yang memalukan, bersikaplah normal seperti biasa, jangan terlalu banyak tersenyum kepada semua orang, karena itu hanya akan membuatnya menyapamu dan membuatmu bertanya-tanya dirinya siapa. Gumamku dalam hati.

Aku memberanikan diri untuk melangkahkan kakiku masuk ke sekolah. Sambil memasang muka tanpa ekspresi, aku menjalani lorong penuh dengan orang-orang yang tidak terlalu kuperhatikan siapa adalah siapa.

"Bro! Apa kabar lu?"

Kugerakkan bola mataku kearah suara itu berasal. Ia mengelus rambut pirangnya sambil membenarkan posisi ransel yang hanya ia pakai di pundak kanannya.

Chegaste ao fim dos capítulos publicados.

⏰ Última atualização: Sep 05, 2017 ⏰

Adiciona esta história à tua Biblioteca para receberes notificações de novos capítulos!

13_NauraAvni_Serendipity_XIS4Onde as histórias ganham vida. Descobre agora