Tak Diduga

52 9 0
                                    

Langit begitu biru. Tapi biru itu masih muda. Matahari sangat terik siang ini. Bahkan kipas angin masjid pun tidak cukup dingin untuk melawannya. Seperti siswa biasa. Eji juga melaksanakan shalat. Dia juga punya rasa takut kepada tuhannya. Setidaknya memang itulah yang dia rasakan.

Selesai shalat, Eji kemudian keluar untuk memakai sepatunya dan kembali ke kelasnya. Sekolah di SMA negeri memang membosankan. Ya,  mungkin cuma sekarang-sekarang aja. Karena ada full day school. Ada senang, ada juga nggak senangnya. Kalian mengertilah.

Istirahat ke dua tidak seramai istirahat pertama. Tidak tahu kenapa? Mungkin mereka membawa bekal, atau memang habis uang untuk jajan. Eji masih saja berjalan menuju kelasnya. Maklum, masjid dan kelas Eji beerjarak lumayan jauh.

Eji melewati koridor kelas dengan santai. Biasanya dia bareng teman-temannya. Entah kenapa? Sekarang malah tidak. Mungkin mereka sedang sibuk makan atau apalah. Tak usah dipikirin. Nanti hidungmu bisa bolong. Eji selalu terlihat mencolok. Setiap jalan, pasti tangan kirinya dimasukkan ke dalam kantung celana abu-abu nya. Dan tangan kanannya pasti sibuk menggaruk kepala meski tidak merasa gatal. Aneh.

Kenapa Eji selalu menggaruk bagian kepala walau nggak gatal? Harus tahu, dengan melakukan itu memang Eji selalu bisa merasa lebih percaya diri. Kalian juga harus tahu, Eji juga pemalu. Tapi jika kalian melihat Eji di dalam kelas, kalian sedang melihat Eji yang aktif bertanya, belajar, bahkan celetukannya terkadang bisa membuat ledakan tawa. Haha..

Sampailah dia di kelas. Baru saja duduk di bangkunya. Bel berteriak keras. Tapi bel ini beda. Biasanya dia berteriak hanya sekali. Ini malah tiga kali. Ada yang aneh, kemudian...

"Cek, Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh, pemberitahuan untuk seluruh kelas sepuluh dan sebelas, hari ini juga, sekarang juga, kalian diperbolehkan untuk meninggalkan sekolah, karena ada kegiatan kelas dua belas. Terima kasih, wassalam."

Hening.

Hening sejenak.

Lalu, kemudia, stelah itu, teriakan bangga bergemuruh di setiap kelas. Ini membuat sekolah menjadi seperti stadion bola yang ramai dengan nyanyian dan teriakan bangga. Memang tidak terduga.               

*****

"Wah, bener-bener surga ini sih. Haha." Kata Yahya di parkiran sekolah.

Eji selalu pulang dengan Yahya. Alasannya sangat klise. Karena mereka tinggal di kampung yang sama. Ya, walaupun dia kadang menginap di rumah eyang nya. "Naik Ji, kagak sabar euy mau main Point Blank." Lanjutnya.

"Main warnet wae ah, haha, jadi bego tar." Celetuk Eji sambil membenarkan posisi duduknya di atas motor.

"Haha, bodo amat, pan nggak tiap hari." Kata Yahya.

Kemudian motor Yahya melaju membelah jalanan yang ramai oleh murid yang berjalan.

Kita bahas soal Yahya. Di tulisan ini memang ada beberapa orang yang ingin diceritain secara detail. Salah satunya Yahya. Yahya (manusia/laki-laki) adalah manusia yang selalu ngomong ngalor ngidul, penyombong kelas tongkol dan orang baik. Kampungnya sama dengan Eji. Waktu SD, dia cuma berbeda SD dengan Eji. Eji SD 1, sedangkan Yahya ada di SD 2. Mereka memang saudaraan. Tapi jauh. Jauh.

Yahya adalah orang yang selalu berbelit jika berbicara. Bisa dibilang orangnya itu riweuh atau apa ya? Mungkin ribet. Tapi harus tahu, dia itu cucuk kepala sekolah katanya. Baru katanya. Hehe...

Tapi Eji senang dengan dia. Karena dia kawan yang baik dan konyol. Ya, meski kadang dia pun menjengkelkan.

****

Pertigaan memang selalu ramai. Kalian tahu? Semua orang yang melewati pertigaan itu, selalu tidak mau mengalah. Baik mobil maupun motor. Heeh... Mereka selalu berebutan. Belum lagi pak ogah Yang matre. Mendahulukan orang yang ngasih uang banyak dari pada yang cuma ngasih gope. Ah, aing mah... Selalu aja ada pak Ogah.

Yahya terlihat sedang serius mandangin celah di jalanan. Sangat serius malah. Saat matanya menyapu seluruh jalanan. Sebuah motor menyerempet Yahya dan Eji di atas jalanan.

"Woy, goblok! Setan! Lihat-lihat dong!" Teriak Yahya.

"Udah ya, sabar!" Kata Eji.

Eji kaget. Sangat kaget malah. Mungkin sama seperti Yahya. Tapi dari sebuah kejadian pasti ada hikmahnya. Seperti Eji sekarang. Saat dia mungkin menyangga tubuhnya agar tidak jatuh, dia melihat seorang cewek yang sedang memakai headset sedang berdiri di tepi jalanan. Eji seperti penasaran dengannya. Kemudian dia menengok menatap Eji. Mata mereka bertemu. Kemudian Eji menyipitkan matanya. Eji mengangkat tangan. Kemudian dia mengucek-ngucek matanya. Lalu, ternyata, dia kelilipan.

Yahya mulai beraksi lagi dengan beat matic warna merahnya itu. Meninggalkan cewek ber-headset itu. Dan melaju dengan Speedo meter yang sangat tinggi.

*****

Tulisan Buat Eji (Xmipa-4)Where stories live. Discover now