29 : Awal Rencana

103K 6.9K 464
                                    

"Hati ini mudah memaafkan, tapi otak ini tak mudah melupakan"

🌿🌿🌿🌿

Seperti hari-hari biasanya, pelajaran olahraga adalah pelajaran yang disukai oleh Resha. Gadis itu selalu saja berlari kesena kemari untuk merebut bola basket yang di lemparkan oleh lawannya.

Venus sendiri duduk di pinggir lapangan dengan raut wajah cemas. Jika Resha dalam keadaan sehat, Venus akan berteriak menyemangatinya, namun berbeda dengan sekarang. Sekarang yang ada di pikiran Venus adalah supaya Resha tetap sehat dan tidak pingsan.

"Resha, oper bolanya ke sini!" teriak Dini. Resha mengangguk, lalu melempar bola itu ke arah Dini. Namun sedetik kemudian, gadis itu sudah sempoyongan.

Kepalanya kembali pusing.

"Sha, ini bolanya, masukin ring!" pekik Lasti dari arah samping. Resha menoleh, namun bukannya menangkap, gadis itu justru jatuh.

Teman temannya langsung mengerubuninya. Menepuk pipi Resha. Berharap gadis itu akan tersadar.

"Sudah, bawa saja Resha ke UKS" ujar pak Soleh ke arah Vigo, laki-laki yang kebetulan adalah salah satu anggota PMR.

Vigo mengangguk, lalu mulai menggendong Resha, dan membawa gadis itu ke UKS.

Venus berlari mengejar Vigo, khawatir akan keselamatan gadis yang berada di gendongan Vigo itu.

✴✴✴✴

"Dim"

Dimas menoleh dan melihat Devina tengah menatapnya dengan tatapan sendu. Menyiratkan sebuah beban yang di alami oleh Devina saat ini.

"Kenapa?"

"Jangan marah sama gue lagi ya, gue sendiri sekarang. Gue nahan beban hidup gue sendiri sekarang" isak Devina.

"Kenapa gitu? Tante Tasha emang gak ngurusin lo?" tanya Dimas.

Tangisan Devina pecah. "Gue takut Dim, sangat takut"

Dimas mengeryitkan dahinya heran. Tidak paham dengan maksud Devina.

"Maksud lo apaan sih Dev? Gue gak ngerti maksud lo apa" ujar Dimas kesal.

Devina menyeka air matanya. "Pulang sekolah, temui gue di taman belakang sekolah. Ini penting" ujar Devina seraya meninggalkan Dimas dengan segala pertanyaan yang bersarang di otaknya.

✴✴✴✴

"Akhirnya lo sadar juga Sha, gue udah khawatir banget sama keadaan lo" ujar Venus ketika Resha membuka matanya dan tersenyum ke arahnya.

"Maaf ngerepotin ya Ven.." lirih gadis itu.

"Makanya kalo dikasih tau jangan ngebandel. Dibilang jangan ya jangan. Gimana kalau tante Evi tau? Mampus lo" ujar Venus geram.

Resha terkekeh. "Iya iya mbak Venus, janji gak akan gini lagi" ujar Resha.

"Hkm"

Baik Resha dan Venus menoleh ke sumber suara dan melihat Vigo,  dengan nampan di tangan laki-laki itu.

"Minum dulu" ujar laki- laki itu datar, tanpa ekspresi.

Go Away [Completed]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें