Pantas

11.9K 1.1K 215
                                    

Semenjak si hanyou ada dalam jarak yang dekat, pikiran sang InuDaiyokai menjadi kacau. Intuisi liar yokai dalam tubuh berulang kali mengharapkan untuk bertemu pasangan mereka.

Sesshomaru selama ini memang haus akan lawan yang dapat mengalahkan atau setidaknya memberi perlawanan berat. Setelah dipikir, memang Inuyasha yang selama ini cocok dengan apa yang ia cari.

Pergerakan yokai dalam tubuh sang raja dataran barat semakin resah. Sesshomaru tetap diam menatap seseorang yang pernah diklaim saat dalam kondisi setengah sadar. Tiga hari, adiknya belum juga menunjukkan jika ia akan bangun.

Gobodo-sama mengatakan ia harus menyalurkan energi yokai miliknya pada Inuyasha.

Sesshomaru masih berdiri diam di samping sosok yang menarik napas dengan sulit. Wajah segar kini menjadi pucat. Perut berbalut haori merah pun makin menggembung.

Inuyasha adalah tanggung jawab yang ia lalaikan. Sejak adik hanyou ditemukannya di hutan, ia meninggalkan sang adik. Tak peduli sama sekali.

Kini melihat ulah yang ia lakukan justru menyiksa kehidupan sang hanyou, ada perasaan aneh dalam dada. Mungkin harga diri atas tindakan yang telah dilakukan. Ia telah dewasa, sudah saatnya mengemban tugas sebagai raja. Sebagai pemimpin ia harus mampu memberi keputusan terbijak.

Diangkatnya Bakusaiga tinggi.

Apa yang ia mengerti adalah lebih baik memberi Inuyasha keringanan dari rasa sakit yang ditanggung. Satu tebasan pada leher putih sang adik akan menyelesaikan semuanya. Sesshomaru bersiap mengayunkan pedangnya, namun satu pergerakan menggeliat dari Inuyasha menghentikannya.

Sang adik menggerang. Tangan bercakar meremas tempat tidur.

Sesshomaru mengamati sesaat. Dengan pertimbangan, ia menyarungkan Bakusaiga. Langkah InuDaiyokai pelan menuju sang adik. Kedua tangan Inuyasha dicengkeram kuat.

"Hanyou," panggil Sesshomaru. Tubuh yang ia cekal semakin kuat meronta. Kedua mata Inuyasha terbuka, iris cokelat madu yang diharapkan ternyata tak ada. Sepasang mata merah memadang garang pada raja dataran barat.

Begitu kuat perlawanan sang hanyou, membuat Sesshomaru tertegun sesaat. Energi yokai sang adik seharusnya diambang kepayahan. Bibir pucat membuka lebar, taring Inuyasha berulang kali berusaha mengenai leher Sesshomaru.

"Hanyou," panggil Sesshomaru sekali lagi. Kedua tangan makin mengerat pada pergelangan sang adik. Inuyasha justru mengerluarkan suara-suara dari tenggorokan. Seolah geraman atau ancaman.

Inuyasha masih memberi perlawanan. Kaki mulai digunakan untuk menyingkirkan sang Inuyokai. Iris mata emas Sesshomaru berkilat sesaat. Aneh, gestur kasar yang ditunjukan adiknya membawa rasa senang dan bangga. Menggunakan moko-moko, Sesshomaru mengikat kaki Inuyasha.

Mulut sang hanyou terbuka sedikit, namun taring masih dipertontonkan dengan suara desisan keluar.

Mungkin ini yang membuat Sesshomaru ragu membunuh Inuyasha. Sang adik selalu dapat melebihi ekspektasi yang dipasang olehnya. Membawa keterkejutan setiap kali mereka berpapasan.

Energi yokai milik Sesshomaru berdetak kuat. Monster dalam tubuh sang Daiyokai meminta keluar untuk memberi pelajaran pada pasangan mereka yang membangkang. Warna merah mulai menutupi iris Sesshomaru, namun ia mengambil kontrol dengan cepat. Tak ingin kejadian beberapa bulan lalu terulang.

Tubuh Inuyasha menggeliat dalam cengkeramannya. Untuk sesaat ia menilik perut besar sang adik. Memikirkan apakah pergerakan ini akan mempengaruhi calon penerusnya.

Memilih untuk menghilangkan resiko, ia membelitkan moko-moko keseluruh kaki Inuyasha. Kemudian mengangkat kaki yang terikat ke udara.

Sesshomaru terkejut tatkala rambut putih keperakan miliknya yang jatuh menutupi wajah dan pundak saat ia mencondongkan tubuh ke arah Inuyasha, kini tengah digigit oleh sang adik. Kedua mata merah menatap penuh tantangan. Satu senyum kecil terpasang pada wajah tampan InuDaiyokai. Ia membiarkan Inuyasha membalas kekalahan dengan mencoba mengunyah rambutnya.

Benih [Mpreg Sudah Dibukukan]Where stories live. Discover now