"Kau bisa mengumpat apapun padaku. Kau bisa memukuliku sampai puas untuk melampiaskan kekesalanmu itu, hyung. Tapi satu hal yang perlu kau ingat! Jangan pernah meragukan cintaku untuk, Taehyung. Kau ingat itu, hyung," ujar Jungkook serius disela hela napas penuh amarahnya ini.

Jimin mendengus dengan pendangan meremehkan. "Kau pecundang Jungkook. Pada akhirnya kebohonganmu ini akan membawamu pada penyesalan. Kau pecundang karena takut akan kenyataan. Kau menyakiti Taehyung. Kau juga menyakiti Yoongi hyung dengan sikapmu ini. Dan parahnya kau bersikap seolah-olah tidak pernah terjadi apapun di depan Yoongi Hyung selama ini!! Kau brengsek karena tidak menganggap Yoongi hyung!! Kau bajingan, kau--"

"Yoongi hyung sendiri yang memustuskan untuk meninggalkanku, hyung. Bukan aku yang menyakitinya, tapi dia yang menyakitiku, dia yang menyakiti kami," ujar Jungkook pelan namun penuh keyakinan.

Jimin mendengus, "Itu karena kau terlalu pecundang untuk mengetahui alasan dibalik tindakan Yoongi hyung saat itu. Kau terlalu penakut Jungkook."

"Apa yang bisa dilakukan remaja berusia 17 tahun untuk mencegah orang dia cintai pergi meninggalkannya? Apa, Jimin hyung? Katakan padaku? Aku sudah berusaha menyakinkannya untuk tetap tinggal, tapi dia tetap pergi. Yoongi hyung lebih memilih meninggalkanku, hyung. Dia tidak yakin atas cintaku, lalu aku bisa apa, eoh? Harus bagaimana lagi aku menyakinkannya saat itu?" tanya Jungkook miris.

Jimin memalingkan wajahnya kesal, lalu mengusap dengan kasar.

Ayolah Jimin sedang terluka saat ini. Pertama karena secara tidak langsung Yoongi menolak perasaannya. Kedua alasan Yoongi menolaknya adalah karena Jungkook. Namja yang dia anggap sebagai adik sendiri ini--ternyata memiliki masa lalu dengan namja yang dia cintai, dan yang lebih buruk keduanya menyembunyikan hal ini darinya. Jimin merasa dikhianati, ini sakit sekali....kalian harus tau itu.

"Itu menyakitkan, hyung. Aku bahkan berubah jadi brengsek karena hal itu. Nilai-nilaiku sangat buruk saat itu. Appa-ku memindahkan aku ke Daegu dan menyuruhku tinggal dengan supir pribadi eomma. Dan akhirnya aku mengenalmu disana kan, hyung? Kita satu sekolah saat itu," ujar Jungkook dengan senyum mirisnya.

Sementara Jimin masih saja memalingkan wajahnya. "Kau, kau yang pertama kali mengajakku berkenalan. Kau namja yang baik, hyung. Aku bersikap dingin dan kuranghajar padamu, tapi kau membalasku dengan sebuah persabahatan. Aku berterimakasih untuk itu. Dan Taehyung--"

Jimin sedikit melirik ke arah Jungkook, kala Jungkook menghentikan kalimatnya barusan.

Jimin bisa melihat, raut tampan Jungkook yang tengah menerawang, namun bibir itu tertarik begitu tipis. "Taehyung, aku bertemu dengannya karenamu. Dia ternyata sahabatmu, eoh? Ck, pertemuanku dengan Taehyung sangat buruk, hyung. Aku heran padanya, dia tampak bodoh dan idiot. Dia juga ceroboh. Dia tidak pandai dalam bidang akademik, payah dalam bidang olahraga. Dia punya ingatan yang buruk, dan dia bodoh dalam matematika namun sangat pintar dalam menghitung uang. Ck."

Kali ini Jimin melihat Jungkook yang tengah terkekeh pelan. "Dan dia sangat suka bicara. Lalu, bagaimana bisa dengan semua sifat menyebalkannya tadi, aku jadi jatuh cinta padanya? Aku tidak paham, hyung. Tapi saat dengan Taehyung aku merasa hidup. Rasa sakit yang ditorehkan Yoongi hyung perlahan hilang. Taehyung yang menghidupkan perasaanku kembali. Lalu bagaimana bisa kau berkata aku tidak mencintainya? Bagiku Taetae adalah rumahku, dia tempatku pulang. Aku mencintainya, dan aku tidak pernah bermaksud sedikit pun untuk menjadikannya pelarian. Tidak, itu semua tidak benar. Tolong jangan ragukan cinta yang kumiliki untuknya, hyung" jelas Jungkook yakin.

Jimin memandang Jungkook dengan pendangan meneliti, "Aku tidak akan lari lagi, hyung. Sekarang aku bukan remaja 17 tahun lagi. Aku sudah dewasa, dan aku akan menyelesaikan semua hal yang nampak membingungkan ini. Aku berjanji padamu, hyung"

KookV Family (END)Where stories live. Discover now