[[Bloody Love]]

39 12 0
                                    

Di sebuah bangunan tinggi yang mengait pendidikan masyarakat yang mendaftarkan diri selama dua tahun yang lalu. Ya, SMA SOPA tepatnya kelas 12Kimia1 tak memperdulikan musim panas yang membakar kulit mereka. Seluruh siswa dan siswi remaja itu asyik berenang tanpa memperdulikan kulit mereka yang menghitam.

Tunggu sebentar, maksudnya tidak seluruhnya. Marsyah Cikaori yang akrab dipanggil Aca itu duduk di tepi kolam renang sambil memperhatikan seorang cowok tampan namun tak hilang dari sikapnya yang pecicilan di sekolah ini, Ryan Indrawan.

Rahel Sri Amelia, sahabat Marsyah Cikaori sejak menginjakkan kaki di sekolah ini. Sahabat yang akrab disapa Ael itu memang juga menyukai Ryan. Namun selama ini, mereka hanya memendam perasaan itu jadilah tidak ada rasa sakit hati di antara mereka.

"Boo!!" Ael mengejutkan Aca dari belakang dna duduk di samping Aca. "Liatin Ryan, ya?"

Aca hanya tersenyum kaku sambil menunduk lalu menatap Ael. "Gue ingin tanya sama lo jika salah satu dari kita nantinya dapetin Ryan, apa kita akan tetap jadi sahabat?"

"Lo kok jadi lebay? Semua berjalan sesuai waktu dan masa depan nggak ada yang tau, kan?" ujar Ael dengan senyum tulusnya dan dibalas senyum yang sama oleh Aca.

***

Keesokan harinya sedang free class. Tak aneh bila keadaan sama seperti pasar besar layaknya ibu-ibu memperebutkan barang obralan dan diskon di atas lima puluh persen.

"Woy!! Main TOD yuk!!" Suara menggelegar Ryan dan sahabatnya Chiko Hinata disambut ceria oleh seluruh teman sekelasnya yang memang selalu kompak.

Mereka langsung menggeser meja dan kursi ke tepian, apalagi Ryan dan Chiko yang menendang asal meja dan kursi itu membuat keributan semakin beredar.

Setelah tempat lapang di kelas mereka tercipta, segera mereka menciptakan lingkaran besar. Tentu saja besar karena seluruh murid di kelas 12Kimia1 itu ikut serta dalam permainan mainstream ini dengan syarat satu orang akan mendapat satu truth or dare saja. Kalau semuanya minta, bakal abad depan selesainya.

Botol minuman yang berada di tengah untuk pertama kali diputar oleh Chiko sambil menambah ketakutan kepada teman-temannya barang siapa yang ditunjuk botol tersebut. Hingga setelah menunggu, botol itu berhenti pada Ael.

"Hayo, Ael lo milih truth or dare?!" seru Ryan dengan tawa cengingisannya.

"Ini pasti salah!! Masa gue yang pertama, sih?!" kesal Ael hendak memutar botol itu kembali tapi tangannya langsung ditahan oleh Ryan. Ael sempat tersentak karena kelakuan Ryan yang langka.

"Lo nggak boleh curang dong!!" kecam Ryan.

"Ya udah gue pilih dare aja deh!!" Akhirnya Ael menjawab walau penuh kekesalan.

"Wokeeyy!!" Kali ini Chiko yang beraksi. "Gue tantang lo buat ngapal despacito! Berani kagak lo?!"

"What?!!" Tentu saja Ael terkejut. "Ya kali ngapai despacito. Bahkan udah puluhan kali gue denger tuh lagu, yang gue hapal cuma waktu bilang despacitonya doang," jelas Ael mengerucutkan bibirnya.

"Kalo lo nggak terima, berarti lo pengecut!!" timpal Ryan menunjuk-nunjuk Ael.

Bayangkan betapa nyeseknya ketika orang yang lo suka bilang sekasar itu sama lo. Sakit, kan?

Tidak mungkin Ael menolak tantangan itu. Itu sama aja menurunkan imagenya di depan Ryan.

"Oke!! Bakal gue tunjukkin kalau gue bukan pengecut. Gue akan nerima tantangan itu," seru Ael dengan nada kepastian walau dalam hatinya terdapat rasa takut.

"Baiklah. Waktu lo tiga hari."

"What?!!"

"Liat tuh, Ael ternyata takut!" Ryan mengejek Ael hingga teman-temannya yang lain ikut tertawa.

"Kalian ini!! Harusnya mikir dong, lagu itu susah. Nggak usah maksain Ael yang enggak-enggak! Kalau kalian merasa bukan pengecut, gue juga nantang kalian buat hapal tuh lagu." Kali ini Aca yang bertindak dan berhasil membuat semuanya diam.

"Ya udah kita ganti aja! Kita lupa ada sahabat Ael disini." Ryan berucap dengan nada ketusnya. Sejujurnya, Ryan tidak menyukai Aca saat membela Ael.

Ryan menatap Aca tajam. Ael yang melihat Aca dan Ryan tak tinggal diam. Secara garis besar, dia tidak suka sahabatnya ditatap seperti itu tapi di sisi lain hatinya juga ingin berpihak pada Ryan.

"Yaelah!!" Ael memelas sambil memutar bola matanya. "Walau bagaimanapun gue yang dapet dare ini jadi gue bakalan nerima tantangan itu. Akan gue buktikan kalau gue bukan pengecut!!" Ucap Ael dengan penekanan saat mengucap kata pengecut.

"Sekarang, gue yang muter ya!" Ael memutar botol itu dan berhenti pada Ryan. Semua bersorak karena pastilah semua mengira Ael akan balas dendam.

"Siap-siap, sob. Nih anak pasti bakal balas dendam sama lo." Chiko menakut-nakuti.

"Sekarang lo pilih truth atau dare?!!" Ael berucap dengan penekanan di setiap kalimat.

"Gue pilih dare, deh!" jawab Ryan dengan pasti.

Ael mengangkat kedua alisnya dengan senyum yang disunggingkan.

"Pilih yang bagus, Ael!!" seru Aca di sambut dengan teman yang lain yang semakin mengangkat rasa bahagianya Ael.

"Gue minta lo..." Ael menggantungkan ucapannya. "Buat nembak cewek yang lo suka!" Ael menghentikkan jarinya dengan berakhir menunjuk Ryan.

Ryan menyunggingkan bibirnya. "Itu sih kecil."

"Ya udah, ungkapin sekarang."

Ryan seketika berubah menjadi serius. Aca maupun Ael menatap Ryan yang saat ini menundukkan wajahnya sambil berdehem.

"Gue suka sama..." Ryan menatap ke arah Ael dan Aca secara bergantian karena dia tau dua orang ini menyukainya. "Ael, lo mau nggak jadi pacar gue?"

Deg

Jadi Rahel Sri Amelia yang disukai Ryan? Tentu itu sangat membuat Marsyah Cikaori drop. Walau tampak terkejutnya wajah Ael saat Ryan mengatakan ia suka pada sahabat Aca sendiri. Aca pasti tau kalau dalam hati Ael dia sangat bahagia.

Siapa yang tidak bahagia bila ditembak orang yang disuka? Walau ada orang yang tersakiti pasti sebagian besar orang memilih kebahagiaannya sendiri.

GTWWWhere stories live. Discover now