"Kamu serius dengannya?"

"Pa, dia bukan pacarku." Aku menyesap kopiku lagi. "Aku pernah berpikir untuk serius dengannya tapi dulu dia sepertinya nggak suka dengan ide itu."

"Kalau sekarang dia ternyata serius, terus?"

Aku tertawa kecil sambil menggeleng.

"Rasa itu udah nggak ada, Pa."

"Kamu sudah 33, Rick. Jangan lagi terlalu banyak main di luar sana." Entah apa maksud perkataan Papa tapi aku tidak bisa membantah kalau Papa sedikit banyak tahu dengan sepak terjangku di luar. Tapi seiring waktu berjalan aku sudah mengurangi apa yang dimaksud Papa 'main di luar sana'. Buktinya satu-satunya perempuan yang dekat denganku selama dua tahun terakhir ini hanya Michelle. Dan setelah Michelle pun keluar dari hidupku beberapa waktu lalu, aku belum pernah bersama seorang perempuan lagi hingga detik ini. Bahkan Vena, salah satu awak kabinku yang jelas-jelas menunjukan rasa suka padaku sejak setahun lalu, tidak mampu meruntuhkan imanku. Tentang masalah ini aku sendiri tidak mengerti alasannya. Apakah aku merasa sudah terlalu tua untuk bermain-main? Entahlah.

"Kalau maksud Papa menikah, tentu aku punya keinginan itu tapi bukan dengan Michelle." Kataku dengan begitu yakin. Entah kenapa rasaku pada Michelle tidak bersisa sedikitpun meskipun itu hanya nafsu. Aku tidak tahu kenapa gengsiku bisa sebesar ini hingga bisa mematikan segala jenis rasa pada perempuan cantik dan seksi sekelas Michelle. Ya, aku bicara tentang penolakannya dulu.

"Dia kelihatannya baik. Dia berani datang ke sini bertemu Papa dan Kak Iren. Membawakan buah, menanyakan keadaan Papa, dan juga bercerita tentang kebaikan-kebaikan kamu." Papa memandangku dengan sinar mata yang cukup senang saat membicarakan Michelle.

Aku berdesis tak percaya diiringi tawa sumbangku. Aku tidak percaya Michelle melakukan itu tapi aku salut dengan kemampuannya mengambil hati Papa hanya dengan sekali bertemu.

"Kalau Papa sangat menginginkan menantu, aku akan bawakan menantu yang juga baik dan perhatian. Papa tenang aja. Tapi bukan Michelle." Kataku tenang sambil memberikan cengiranku dan membuat Papa sedikit menggeram. Setelah itu aku berusaha mengalihkan topik pembicaraaan kami. Membiarkan Papa bercerita tentang perkembangan perusahaan dan situasinya saat dia sakit sekarang ini.

Setelah cukup lama mengobrol, aku membantu Papa kembali ke kamar untuk istirahat. Aku mengecek ponselku dan sama sekali tidak ada pesan dari Michelle. Aku mengerti sekarang, perempuan itu sedang memainkan strategi baru. Ia tidak langsung mengejarku dan menerorku dengan berbagai pesan dan telepon. Ia justru mendekati keluargaku tanpa memberitahuku. Ia pikir dengan bisa mengambil hati Papa, lalu aku akan mencoba berpikir ulang akan keputusanku?

Aku duduk di depan TV dengan tangan yang tak berhenti bergerak di atas remote control. Tidak ada sesuatu di sana yang menarik perhatianku. Dan tiba-tiba sesuatu muncul di benakku. Aku teringat dengan janji yang kubuat dengan Ava. Gadis itu mengatakan dia akan kembali ke Jakarta dalam minggu ini. Oke akan coba mengubunginya kalau memang dia sudah di Jakarta tidak ada salahnya aku bertemu dengannya hari ini dan mendapatkan kembali bukuku. Aku pun mengirimkan pesan untuknya. Namun hingga menjelang sore dua pesan yang kukirim masih belum terbalas.

Aku hanya menghabiskan waktu dengan tidur dan kembali menemani Papa jalan sore di sekitar kompleks bersama Chikko dan sekaligus minta ijin padanya untuk keluar sebentar bertemu teman-temanku malam ini.

***

Langit Jakarta mulai memerah saat aku memacu mobilku menuju area Thamrin. Aku pikir tidak ada salahnya refreshing sebentar bertemu teman-teman sebelum besok kembali terbang. Bram, Doddy dan Dion adalah sahabat-sahabatku waktu SMA. Kami hampir tidak pernah bertemu dalam formasi lengkap seperti ini. Kadang aku hanya bertemu dengan Bram atau Doddy atau keduanya tapi aku belum pernah bertemu lagi dengan Dion sejak kepulanganku dari Australia beberapa tahun lalu. Dan kebetulan sekali minggu ini Dion, yang sekarang menetap di Hongkong, sedang pulang kampung ke Jakarta.

SAUDADE (Fly Me High) -  BACA LENGKAP DI STORIAL.COWhere stories live. Discover now