[2] Werewolves and Their Origins

7.5K 714 101
                                    

“BAGAIMANA kelasmu hari ini dengan Lilith, Lea?”

Kedua siku Lea yang setengah terangkat—hendak menyantap makan malamnya spontan bergerak turun ketika suara bariton sang ayah menyapu indra pendengarnya. Mengambil satu tarikan napas, dia meletakkan alat makan yang semula digenggamnya sebelum memakukan pandang ke arah Leon Aleczander. Sosoknya duduk berseberangan dengan Lea, diikuti sang ibu—Alexa Hawkins—yang berada tepat di sisi Leon. Dalam posisi berdampingan seperti itu, keduanya memancarkan aura demikian mengintimidasi, seakan memanifestasikan keperkasaan dan pengaruh hebat mereka sebagai pemimpin Bluemoon Pack.

Lea sudah mendengar lebih dari sekali terkait sepak terjang kedua orangtuanya sebelum ia dilahirkan ke dunia. Alexa dulunya merupakan keturunan Manusia Serigala biasa yang memicu perubahan besar-besaran dalam tatanan pack-nya. Kemunculannya menjadi penyebab utama kegagalan perjodohan Leon dengan seorang wanita bernama Vanessa, putri dari Moon Stone Pack. Berbeda dengan respons anggota keluarganya yang lain, Eros Archer—kakak Vanessa, tidak bisa menerima kenyataan itu. Dia terang-terangan menyatakan permusuhan dengan Bluemoon Pack segera setelah kedua belah pihak membatalkan kesepakatan.

Dikompori rasa dendam dan kebencian, permusuhan dengan cepat merembet ke pertempuran antar-pack. Singkat cerita, pasukan Bluemoon Pack berhasl memukul mundur pasukan Moon Stone Pack. Eros sendiri dibiarkan Alexa kembali hidup-hidup—mempertimbangkan kondisi Vanessa kala itu. Lea tidak mengerti apa yang melanda Vanessa—tidak ada yang menceritakan bagian itu kepadanya—tapi jelas tidak berkonteks positif. (Yah, Lea harap Moon Stone Pack cukup tahu diri untuk tidak memancing masalah lagi).

Intinya, rangkuman hidup orangtuanya semasa memimpin Bluemoon Pack sungguh mengagumkan. Menginspirasi. Ayah dan ibunya saling bahu-membahu mempertahankan pack dan melindungi segenap warga yang tinggal di wilayah teritorial mereka. Lea bertanya-tanya akankah dia dan Nathan mampu memimpin pack ini seperti mereka—paling penting, memertahankan kelangsungan setiap nyawa yang menumpukan harapan besar pada pemimpin selanjutnya.

Lea menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia tidak boleh meragukan diri sendiri, pula meragukan Nathan. Dia dan Nathan dilahirkan—ditempa—untuk menerima takhta. Keraguan tidak membawa dampak selain kegagalan. Ia harus maju terus; fokus terhadap hal-hal yang terjadi di masa kini. Terlebih, upacara pengangkatan Lea berlangsung sebentar lagi. Ia seharusnya sibuk memikirkan cara meningkatkan kualitas diri alih-alih bersikap emosional.

“Attalea,” panggil Leon sekali lagi.

Di sampingnya, Seth menyenggol lengan siku Lea—membuyarkan lamunan gadis itu.

“Oh, ya, tentu saja.” Lea menatap Leon sambil tersenyum sekenanya. “Pelajarannya lancar.”

“Apa yang diajarkan Lilith hari ini?” tanya Alexa, lembut.

“Mengucap sumpah dan pelajaran politik pack,” kata Lea, mendadak rileks. Alexa selalu punya sisi lembut dan kemampuan memecah ketegangan—terlepas dari posisinya yang membuat orang lain mesti berpikir ulang saat berurusan dengannya. “Dan tugas esai untuk kesekian kali.”

Seth terkikik pelan. “Untungnya Madre tidak mencekokiku pelajaran-pelajaran itu.”

“Tenang saja, Seth,” Leon menimpali. “Ayah memastikan kau mendapatkannya.”

Seth terkesiap. “Demi Dewi Bulan.” Pemuda itu seketika memandang Alexa dengan tatapan memelas—meminta bantuan. “Ibu?”

“Maaf, Anakku,” kata Alexa. “Lagi pula, ini demi kebaikanmu.”

“Ya ampun,” keluh Seth. “Yang benar saja, Ayah!”

Mengangkat bahu, Leon meneruskan kegiatan makan malamnya setenang biasanya. Seth menipiskan bibir seraya menghela napas keras-keras. Menyaksikannya, seringaian kecil terlukis di bibir ranum Lea. Sedikit menjahili adiknya tentu bukan perkara besar.

Shattered Reign Onde histórias criam vida. Descubra agora