Amber 8

2.4K 96 17
                                    

Sepasang mata dengan jeli membersihkan setiap lekuk dari gelas kristal yang ada ditangannya, sesekali ia mengarahkan gelas itu ke langit-langit untuk menemukan cela yang bernoda, namun gelas itu terlihat terlalu cantik bahkan untuk dihinggapi sebutir debu pun. Pria bermanik coklat terang itu terus menggosok gelas itu perlahan kemudian menyimpannya di rak dan mengambil gelas lainnya yang perlu ia bersihkan.

Asap rokok mengepul keluar dari mulut seorang pria di pojok bar yang tengah sibuk dengan ponselnya, Mina memperhatikan keadaan Bar nya dari lantai atas. Masih terlalu sore untuk mendapatkan pelanggan di meja Bar. Seorang wanita menyebrangi ruangan café dengan menyeret sebuah koper, ia menyapa Bartender lalu berjalan masuk ke dalam ruangan dibalik pintu berwarna coklat tua. Mina kemudian mendorong kursi rodanya dan menghampiri pintu untuk menyambut seseorang.

Sebuah ketukan terdengar beberapa kali dan pintu itupun terbuka setelah sebelumnya Mina memencet tombol untuk pintu otomatisnya. Dante berdiri diambang pintu sambil memegang kopor kecil, ia memandangi Mina dengan dagu yang naik. Mina yang dipandang seperti itu merasa terintimidasi apalagi pemilik mata tajam itu sangat tampan.

"Mencari siapa?" Tanya Mina dengan senyum ramah

Dante yang ditanya Mina hanya diam saja dan beranjak masuk kedalam tanpa dipersilahkan oleh si Tuan Rumah. Mina menaikkan sebelah alisnya pada sikap tamu yang tak diundang ini. Dante meletakkan kopor kecilnya di dekat sofa lalu tubuh tinggi menjulang itu diam di depan jendela besar, menatap jalanan kota yang beranjak sore sambil bersidekap. Tak ada kata-kata yang keluar dari bibirnya. Mina merasakan jantungnya berdebar karena mendapat kunjungan yang mendadak seperti ini, terlebih lagi oleh seorang pria tampan. Selagi pria itu tak melihat padanya, ia memperbaiki penampilannya dari pantulan cermin di sudut ruangan yang memantulkan sosoknya. Mina mengayuh roda kursinya mendekati sosok jangkung yang diam tak bergeming.

Sebuah langkah kaki berjalan dengan terburu-buru menimbulkan suara gemeruduk yang kencang karena pijakan di lantai yang dingin. Diambang pintu kini tengah berdiri Amber dengan wajah yang memerah menahan amarah. Ia berjalan tergesa masuk ke ruangan itu dan berhenti dibelakang Dante.

"Kau!!!" Nafas Amber memburu, dadanya naik turun.

"Tak bisakah sehari saja kau tak mengganggu hidupku?" Amber meledak, tak menghiraukan Mina yang tadi bersusaha untuk mendekati Dante. Mina kebingungan melihat hal itu, ia ingin bertanya namun emosi Amber tengah meledak dan ia tak dapat memotong omelan Amber pada Pria tampan yang masih bersidekap dada sambil memandang Ambar langsung menuju matanya. Datar, tanpa emosi.

Dante melirik pada Mina, gadis itu menjadi kikuk karena tatapannya, ia membuang wajahnya, tak berani bertatapan langsung lagi. Amber masih meluap-luap, ia terlihat sangat marah pada Dante. Suaranya terdengar hingga ke lantai bawah, Dante bergerak menutup mulut Amber dengan tangan besarnya. Gadis itu menampik tangan Dante kemudian mulai bersungut-sungut lagi, Dante mengernyitkan dahinya, kemudian ia berjalan keluar dan menutup pintu.

"Hei! Mau kemana kau?! Aku belum selesai! Dasar keparat!" Teriak Amber sambil menunjuk pintu dengan jarinya. Mina menarik lengan Amber yang satunya lagi, meminta agar dirinya tenang. Tapi Amber sangat terlihat kesal pada Dante.

Sebuah ketukan terdengar dari luar pintu, Mina memijit tombol otomatis untuk membukanya dan mendapati petugas keamanannya tengah berdiri disana, terdiri atas dua pria tinggi tegap. Yang satu berbadan sangat besar dan satunya lagi terlihat proporsional dengan tinggi badannya.  Amber yang tengah marah sejenak menghentikan ocehannya dan mengalihkan perhatiannya pada dua petugas keamanan milik Mina yang tampan. Pandangan dua petugas itu langsung tertuju pada Amber yang penampilannya terlihat kacau. Ia menatap tajam pada kedua pria tersebut, lalu kedua pria itu paham betul apa yang harus mereka lakukan. Mereka merangsek masuk dan menarik tangan Amber, bersiap membawanya keluar jika saja Mina tak mencegahnya.

Amber StoneWhere stories live. Discover now