15

3 0 0
                                    

Kepalanya menunduk dalam, tarian jemarinya begitu cepat, tulisan yang dihasilkan sedikiy sulit untuk dibaca jika bukan ahlinya seolah kecepatan otaknya tidak sepadan dengan kecepatan jemarinya. Wajah sang pemilik jemari itu begitu serius, keningnya berkerut sampai alisnya seperti menyatu. Untungnya bibir gadis itu tak mengerucut begitu banyak. Di sela keseriusan mendalam yang tengah Alissa lakukan, sebuah bungkusan es jeruk ditempelkan di pipinya. Hal itu mengejutkan tentu saja dan membuyarkan konsentrasi.

"Yasmin!" geram Alissa menatap sosok cantik yang tengah tertawa di hadapannya.

Bibir gadis itu mengerucut, kesal karena konsentrasinya hancur sudah. Ia tak lagi menulis, hanya memainkan pulpen di tangannya sembari membaca beberapa paragraf yang tertulis di buku kucelnya. Ingin rasanya menyemburkan tawa karena tulisannya makin kacau, jelek, dan sulit dibaca. Ia mencoret beberapa bagian, menuliskan kata baru sedikit, menyisipkan beberapa, menambah 'keajaiban' goresan penanya.

"Jangan dikekep melulu dong, Al. Minjem."

Alissa memandangi Yasmin yang sudah tenggelam dalam tulisannya sembari menyeruput es jeruk miliknya. Ia tertegun dengan kecepatan buku yang terlihat mengenaskan itu berpindah tangan. Ia menghela napas lumayan keras sambil memijit kening. Sedih rasanya melihat hasil karyanya abadi dalam buku kumal macam itu. Namun, ia bersyukur masih dapat menumpahkan banyak rasa. Penat memikirkan tulisan dalam buku kucelnya, ia beranjak untuk membeli es jeruk, mencoba mendinginkan kepala dan hatinya yang mulai memanas. Selalu seperti itu, efek menulis seperti membakar emosi, entah emosi baik ataupun buruk. Merasa butuh asupan perut juga, Alissa membeli batagor untuk mendiamkan cacing-cacing di perutnya yang mulai berisik.

"Kok nanggung sih?" teriak Yasmin sembari menyeruput sisa es jeruknya dan menghabiskannya sekaligus.

Alissa memandang Yasmin dengan wajah tanpa dosa, matanya membulat dan tanpa rasa di sana. Bahkan mulutnya masih sibuk menghancurkan batagor yang tersisa separuh fi piring. Dengan entengnya Alissa menyeruput es jeruk miliknya sebelum mulai berbicara.

"Yang ngerebut bukunya siapa? Lagi asyik nulis juga. Dasar!" Lagi-lagi dengan entengnya Alissa kembali sibuk dengan batagornya.

"Ah, Alissa. Jahat banget sih. Lanjutin dong lanjutin, jangan kelamaan!" rengek Yasmin sembari menggenggam dan meremas jemari Alissa yang bebas dari batagor.

"Aku mau buat buku, Yas. Bukan dari karya-karya lamaku, ini benar-benar baru," jelasnya bersemangat.

Yasmin tertegun, membulatkan matanya tanpa berkedip dalam waktu yang cukup lama. Beberapa detik kemudian bibirnya membuka tanpa sanggup berkata-kata.

"Aku nulis bareng Rav, temen di web yang sering ngobrol sama aku. Aku udah sering cerita, Yas," lanjut Alissa menjelaskan.

"Hebat!" teriak Yasmin sembari menepuk tangannya sendiri.

Alissa sempat terkejut sesaat kemudian mengulum senyum. Rasanya berada di hadapan Yasmin, diberikan semangat tak terlihat membuatnya begitu bahagia. Sekalipun tulisannya masih lebih banyak dibaca oleh Yasmin, tapi ia masih ingin berharap lebih dan lebih lagi. Semoga kepercayaannya tak dikhianati, semoga semangatnya tak dinodai, ia belum pernah mengenal sosok sebaik Rav selain Yasmin, maka itu ia percaya begitu saja. Ia harap semua bukan semu semata.

***

#30DWC #30DWCJilid7 #Squad6 #BiasakanMenulis #DreamingToBeWriter #Day29

PS: Semoga selepas DWC, tulisan ini tetap berlanjut setiap hari.

Dreaming to be WriterWhere stories live. Discover now