1.1

16 2 0
                                    

Alissa melemparkan tasnya di bangku dan menyandarkan kepalanya di meja begitu saja. Yasmin yang duduk di seberangnya melotot kaget. Sementara itu Alissa menutup matanya seperti melepas lelahnya sekejab. Yasmin mengintip dan dia bisa memahami bagaimana gadis berambut sebahu itu lelah. Jadi, ia memilih diam dan menyeruput kembali es teh di gelasnya sambil memperhatikan sekitar. Tiba-tiba saja Alissa bangun dan mendesah keras-keras, tidak seperti biasanya.

“Kenapa sih?” tanya Yasmin tak sabar.

“Capek, Yas.”

“Kayak habis lari maraton aja, Al. Tugas lagi?” Kali ini Yasmin mulai santai, ia bahkan menopang dagu dengan tangan.

“Yah begitulah. Buat laporan keuangan ini. Analisa laporan keuangan ini itu. Blah blah blah, bosen. Belum lagi di klub teater nambah-nambahi sibuk aja. Pusing!!!” teriak Alissa tertahan, mengeluarkan rasa frustrasinya.

“Sabar dong. Pasti berlalu kok!” jawab Yasmin sambil mengedipkan mata ke Alissa.

Alissa berjengit kaget sampai memundurkan badan. Ia menatap Yasmin dengan pandangan tak menduga. Kemudian ia menggeleng-gelengkan kepala sementara Yasmin tertawa terbahak-bahak.

“Ada tulisan baru nggak nih, Al?” tanya Yasmin masih di sela-sela tawanya.

Alissa meraih tas yang ada di sampingnya, ia merogoh-rogoh isinya. Di dalam ta situ berisi satu map besar yang terisi sebagian besar fotokopian materi kuliah beserta tugas-tugas dan jawabannya yang begitu tebal. Yasmin sampai mendelik melihat betapa tebalnya isi tas punggung Alissa. Belum reda keterkejutannya, Alissa mengeluarkan satu buku tulis yang sudah lecek sampulnya di sana sini. Gadis berkulit kecokelatan itu meletakkan buku tersebut di atas meja. Yasmin meraih buku itu dengan cepat. Tangan putihnya membalik-balik halaman dengan cepat, matanya juga bergerak ke atas ke bawah ke samping, ke atas ke bawah lagi dengan kecepatan yang membuat Alissa takjub.

“Yaaaah!!! Kok udah habis sih, Al? Penasaraaaan!!!” erang Yasmin meletakkan buku kumal itu di atas meja lagi.

“Banyak tugas, Yasmin. Terus sengaja biar kau penasaran.” Alissa terkekeh setelahnya.

Yasmin mengerucutkan bibir mendengar alasan Alissa, apalagi gadis bermata bulat itu terkekeh dengan suara tawa renyahnya. Matanya membulat ketika mendapati Alissa terdiam, mengunci bibirnya rapat, dan matanya memancarkan ketakutan yang tak dia suka. Yasmin menoleh dan mendapati seseorang yang sudah sangat ia hafal berdiri di belakang kursi yang didudukinya.

“Al, minjem tugas buat besok dong!” ucap gadis berlipstik merah tebal dan berpemerah pipi pink cerah tanpa beban.

Yasmin menatap Alissa, berusaha menyalurkan pikirannya lewat pelototan karena gelengan kepala pasti akan terlalu kentara. Namun, harapannya musnah begitu saja ketika pemandangan di depannya berubah dengan cepat. Alissa merogoh tasnya, mengeluarkan map super tebal berwarna biru, mencari-cari sesuatu, mengeluarkan beberapa lembar yang sudah terbendel rapi, dan memberikan benda itu ke gadis bersuara gemulai di belakang Yasmin.

“Nih, Nata. Besok balikin, ya,” cicit Alissa yang dibalas senyuman sinis dari gadis yang dipanggil Nata itu.

“Oke deh, cantik. Minjem, ya. Makasih, lho,” balas Nata kemudian membalikkan badan dan berjalan menjauh dengan bunyi hak tinggi dari sepatunya yang menyakitkan telinga.

Binar ketakutan itu berganti gelisah, tetapi ada kelegaan luar biasa yang terpancar di sela-selanya. Bahkan bibir yang membeku tadi terlihat lebih santai, ada sedikit senyum. Yasmin ingin memarahi gadis berwajah polos di hadapannya. Namun, melihat betapa tersiksanya gadis itu, ia tak tega.

“Kebiasaan!” cibir Yasmin sebagai ganti betapa ia ingin meneriaki gadis di hadapannya.

***


#30DWC #30DWCJilid7 #Squad6 #BiasakanMenulis #DreamingToBeWriter #Day2

Dreaming to be WriterKde žijí příběhy. Začni objevovat