Let's Play

40 8 0
                                    

i'm in RUSH!!! I KNOW HEHEHE...

THE MEDIA IS 3X02 PROMO.. I HIGHLY RECOMMEND YOU GUYS TO WATCH THE SHOW.. IT'S ON ABC BUT I WATCH IT IN STARWORLD :D

For those who read my other story, "Say It, then Stay", please be patient. I'm trying to post at least 5 part of Lost Raven in this week. My personal goal hehe..

On with part 5!

****

Aku hendak menampar mulut tidak tahu malu milik Peter. Tapi seluruh tubuhku diam membeku. Tak bisa kugerakkan, bahkan aku tak bisa membuka mulut, seolah lidahku melengket pada langit-langit mulut. Aku yakin, Peter ada di balik semua ini.

"Sekarang, mari kita bermain." Peter berjalan ke arahku, meraih bahuku dan mengarahkan badanku ke arah Felix yang memasang tampang masam.

Felix membuang muka terhadapku. "Kau curang saat berhadapan dengannya tadi, bukan? Jadi permainannya sangat mudah. Kau hanya perlu bertarung dengannya. Aturannya hanya satu," Peter menatapku dalam. "Tidak menggunakan kekuatan. Hanya kemampuan bertarung."

Hutan yang sebelumnya sepi tanpa kebisingan, kini dipenuhi sorakan para Lost Boys. Semakin menyemangati kami untuk bertarung. Meski aku tidak terlalu handal dalam urusan pertarungan jarak dekat. Berbanding terbalik dengan urusan mencuri.

"Aku tahu kau terlalu penakut untuk melakukannya." Felix memasang senyum merendahkannya padaku. Aku mendengus sebal.

"Tentu saja tidak, Pirang." Balasku, memincingkan mata. Tanpa kusadari, aku kembali memiliki kontrol penuh terhadap tubuhku. Suasana sekitar mulai memanas, suara sorakan para Lost Boys semakin menjadi-jadi. Aku melirik Peter, yang hanya melipat tangannya dan mengangguk ke arah kami. Seakan memberi persetujuan untuk pertarungan dadakan ini.

Felix melangkah mendekatiku, sementara  aku mengepalkan tanganku. Meski aku tidak terlalu handal dalam pertarungan jarak dekat, aku berusaha agar dapat menangani setiap serangannya. Setidaknya aku mempunyai kekuatan yang berguna.

"Satu lawan satu, Raven. Hanya menggunakan kemampuan, bukan kemampuan." Peter kembali mengingatkanku. Aku mendengus lagi. Kesal dengan peraturan konyol yang mau tak mau harus kupatuhi.

Bertarung saja tidak bisa, apalagi tanpa kekuatan? Bodoh memang, tapi aku sudah sampai pada titik ini. Tidak ada jalan mundur. Keinginanku untuk menghancurkan wajah menyebalkan milik Felix lebih besar dari keinginanku untuk kabur.

"Apa kau takut dengan kekuatanku, Pirang?" Tanyaku menantangnya.

Ia menyeringai, dan menggeleng. "Bahkan jika kau membunuhku, aku tidak akan takut dengan kekuatanmu. Atau dirimu."

Bagai disengat listrik, aku tertegun mendengar perkataan Felix.

Sialan.

***

Boston, 1982
7 tahun yang lalu...

Suasana di sekitar rumahku sangat damai dan tentram. Para tetangga saling menyapa hangat, menikmati mentari pagi yang bersinar cerah. Tidak mungkin ada hal buruk yang dapat terjadi di pagi seindah ini.

Namun itu bisa saja terjadi, jika kau tinggal di rumah nomor 4. Tempatku menetap sekarang. Orangtuaku (yang kedua) sedang bertengkar hebat terkait masalah ekonomi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 01, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Lost RavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang