Sang Rajawali Sakti Perkasa

533 58 18
                                    

Keduanya sudah sama-sama terlepas dari armor kainnya, dan Fay sedang persiapkan lubang Gio agar bisa menampung miliknya yang cukup besar melebihi rata-rata ukuran lelaki negeri ini. Entah Gio harus mensyukurinya atau ini sebuah penderitaan. 

"Haaanghh... Faayyhh... cukup... haarrhh..." Tubuh telanjang nan ramping Gio meliuk ke sana kemari dikarenakan stimulasi yang diberikan Fay membuatnya bagai ada di hamparan lautan bunga berbagai warna. Semoga tak ada bunga bangkai. 

Fay sorotkan mata elangnya ke utara, mengamati Gio yang menggeliat sensual. Ia lepas sejenak kejantanan Gio untuk bersuara. "Gio, apa ini kau sedang sengaja menggodaku dengan bergerak begitu?" 

"Hah?" Gio bagai orang linglung, menatap bingung ke Fay. "Apa? Aku... menggodamu? Bagaima--ARRNGHH...!" Kalimatnya terhenti ketika ujung jari Fay menyentuh sebuah titik di dinding rektumnya. Wajahnya jadi berubah aneh. Antara mengiba dan memohon. Oh, itu sama. 

"Ada apa, Gio? Terasa enak?" Fay duduk santai sambil terus sodokkan jarinya di titik tadi, di mana Gio menampilkan muka luar biasa seksi. Pandangannya pun sayu mendamba pada Fay. 

"Faayyhh... please..."

"Please apa, Gio?" 

"Oh, demi nenek sihir! Bukankah kau sudah pah--ARNGHH! FAYYH!" pekiknya frustasi. Rupanya ini memang disengaja oleh Fay. Terbukti dengan seringai jahil sang dominan sembari terus tohok spot itu berulang-ulang membuat Gio serasa gila. "Faayyhh... berhenti... ernnghh... menggodaku..."

"Apa aku sedang menggodamu, Gio? Darimana kau yakin itu?" 

"Fayhhmhh... aku hafallhh muka isengmuuhh... haanghh... kumohon..."

"Aku ini sedang mempersiapkan lobangmu, Gio. Bagaimana bisa sambil menggoda, humm?" Please, Fay... dari wajah senyum miringmu dan tatapan jahilmu saja sudah bisa dipastikan kau tidak hanya sekedar mempersiapkan lobang syurga itu. 

Gio kian frustasi. Rasa ingin lekas dipenuhi terus menjalar, berdenyut kencang di sekujur tubuh, mendamba milik Fay. Ia terus mengerang, melenguh mengisyaratkan perasaannya--apa yang dirasakan. 

"Faayynghh... kumohonhhh... lekas... mmgghh..."

"Lekas apa, Gio? Bicaralah yang jelas dan lengkap." 

"Haangh! Anggrhh! Susahhh! Aangghh!" Tohokan jari Fay makin beringas. Gio tak tahan. "Penismu...hhaahh... akuhh mauuhh... penismuugghh Faayyyhhh... cepaattt..."

Fay terkekeh sejenak. "Hei... hei... kenapa kau jadi semesum ini, humm?" 

"Faayhh... aku sudah tak tahan... kumohon... hhnghh..." Gio pun menatap penuh syahdu ke Fay. Perpaduan tatapan sayu, muka merona manis, dan suara mendayu... rupanya cukup membuat Fay goyah. 

"Tapi aku ingin kau keluar dulu dari hasil jariku ini, Gio." Fay bersikukuh. Padahal dia sendiri mati-matian menahan gejolak berahi yang sudah meluap-luap menggila hanya dari melihat wajah sensual Gio yang merengek manja padanya. 

Gio menggeleng. "Sudaahhh... tak tahaannhh... Faayyhhh... haaghh... akuukkhh... ingin penis besarrrhh Faayyhhh penuhi... ermmghh... lobangku yang berdenyuutthh ingin kaauuhh... ermmghh..." Susah payah Gio merayu Fay ditengah deraan siksaan seksual Fay pada titik manisnya di selatan belakang sana. 

"Arrghh, goddammit, Gio!" maki Fay yang kemudian ia pun cabut jari pada liang hangat Gio. Ia pun memposisikan dirinya di depan selangkangan Gio. Ia urut beberapa kali penisnya yang sudah membengkak sempurna, siap melaksanakan tugasnya. 

"Hnnghh..." Gio masih sempat-sempatnya melenguh manja sembari tersenyum. Dia senang akhirnya bisa meluluhkan Fay kali ini. Tapi diam saja, atau Fay akan kembali menyiksanya dengan jari lagi. 

Masih Engkau #WattPrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang