Kisah Elang & Rajawali

566 58 7
                                    

Fay kian membuat Gio kelimpungan. Aksi gilanya sontak mengagetkan Gio.

"Ha-ngghh... Fay--arngh... cu-curang... hnghh..." Nafas Gio terasa tersengal ketika batang miliknya terus dikuasai mulut Fay yang tak mau jeda.

Gara-gara ucapan Gio, Fay tergelitik bertanya karena ingin tau. "Curang gimana, Gio?"

Tatapan penuh hasrat dari manik Fay makin membuat Gio berdebar. Dirinya pun mengakui dalam hati kalau ia juga telah tersengat aliran berahi dari Fay.

Tatapan seduktif Fay dibalas tatapan sendu merayu Gio. "K-kau... curang karena masih... umhh... berpakaian..."

Fay terbelalak. Antara tak percaya dan bahagia atas ucapan tersirat dari Gio, meski diucapkan malu-malu, namun esensinya jelas.

Fay langsung bangkit dan menatap Gio yang masih rebah di ranjang. "Aku ingin kau yang lucuti pakaianku, Gio. Ayo."

Gio menelan ludah. Haruskah dia menyesali perkataannya tadi? Tapi dia hanya menyuarakan kejujuran hatinya saja. Memang terasa tidak adil jika hanya dirinya yang telanjang dan malu, sedangkan Fay masih gagah dengan pakaiannya.

Ohh Gio, percayalah... Fay jauh lebih gagah jika telanjang bulat. Kau akan buktikan sendiri setelah misi dari Fay kau kerjakan.

Tangan Fay terulur ke Gio. Sebuah ajakan untuk melakukan sesuatu. Dan rasanya Gio tak mungkin menolak.

Gio bangkit dari rebahnya. Muka merona malu karena dirinya telanjang bulat. Sementara ia merasa tubuhnya sangat jauh dari kata indah. Kurus, cungkring, putih pucat seperti wanita Korea, dan mungil.

"Buka semua bajuku, Gio. Lekaslah. Aku tak mau berlama-lama untuk ini." Sebuah titah tegas yang harus Gio patuhi.

Maka, tangan kurus itu pun maju ke manik-manik kemeja Fay, kemudian satu persatu diurai lepas, hingga dada keras berisi otot itu terpampang di depan Gio. Lagi-lagi pria kecil itu menelan ludah.

"Sentuh aku, goda tubuhku, Gio. Aku ingin tau seberapa besar kau menginginkan aku." Kembali sebuah titah dikeluarkan. Namun Gio tidak memprotesnya, karena titah kali ini membahagiakan dirinya.

Melirik sekejap onix Fay, kemudian Gio pun membebaskan hasrat terpendamnya. Jemarinya lembut mengusap dada telanjang Fay. Sesekali puting keras Fay ia usap dengan maksud menggoda. Memang itu yang diinginkan Fay, kan? Dan juga diinginkan Gio sejak lama.

"Ermghh... terus, Gio. Aku suka."

Gio melirik lagi wajah berahi Fay. Ini bagai mimpi. Sebuah impian yang tertahan 10 tahun silam, terkabul hari ini.

Kemeja Fay dilepas dan dionggokkan entah di mana, keduanya tak peduli. Lalu, dengan rasa nekat dan antusias 10 tahun silam, Gio memajukan wajahnya hingga akhirnya lidah mungi itu telah melata di puting dada Fay.

"Arrghh! Gio, Gio, Gio! Ermghh..." Fay tak menyangka efek godaan lidah Gio begitu sensasional. Walaupun masih terasa amatir, tapi rasanya luar biasa. "Iya, Gio. Begitu. Orrghh... shit! Enak sekali... Ermhh..." Fay mulai meracau akibat perbuatan Gio.

Satu tangan Fay meremas rambut Gio dan menekankannya ke dada liatnya, menandakan ia ingin Gio memberikan lebih dan lebih rasa nikmat di sana.

Dengan tangan yang lain, Fay pun turut mengelus dan menggoda puncak dada Gio, mengakibatkan terdengarnya suara-suara lenguhan dari Gio.

"Henghh... Eemllhh... Fa-mmllrphh..." Gio tak malu-malu lagi menyuarakan hatinya atas apa yang dia rasa.

Fay justru kian agresif memainkan puncak dada Gio, membuat pria kecil itu merintih ketika putingnya dipilin dan dicubit nakal.

Masih Engkau #WattPrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang