Final Exam

227 5 0
                                    

Nggak tau kenapa, hari ini badan gue sangat-sangat gatel. Emang sih biasanya gue emang selalu kegatelan gini, tapi bentaran kok. Gue kan agak-agak jorok gimana gitu. Eh, lah kalo gue agak jorok, Ashila apa dong? Jorok banget kali ya.

"Duh, Ma, badan Bella kok gatel-gatel gini sih." keluh gue saat di perjalanan ke sekolah sambil menggaruk punggung gue. Iya, Bella itu panggilan Mama Papa ke gue.

Gue cuma berhenti beberapa menit lalu menggaruk lagi. Gue bingungnya nggak ada yang bentol.

Mama memandang gue geli. "Hiii, jorok sih jadi anak perempuan."

"Jorokan Kakak." sindir gue.

"Hati-hati demam berdarah loh." ujar Mama menakuti gue. Gue berdecak.

"Nggak ada yang bentol..!" elak gue.

Sampe di sekolah, gantian tangan gue yang gatel. Gue nggak bercanda ya, tapi ini makin lama kok makin merah sih.

"Ma'am, badan saya gatel-gatel Ma'am. Merah-merah semua Ma'am."

Gue menoleh ke sekeliling kelas, gue kira itu suara diri gue sendiri. Ternyata...--siapa tuh?

Oh, Felly. Kenapa dia? Gatel-gatel? Merah-merah? Kayak gue dong.

"Kenapa Fel?" tanya Ma'am Ika sambil melihat tangan Felly. Kenapa sih dia?

"Bel, kan lo juga gatel-gatel Bel." Tiba-tiba Maurin muncul dari sebelah gue.

Gue mengangkat bahu. "Ya terus gue harus apa?"

"Sana ikutan bilang." Maurin mendorong gue ke meja Ma'am Ika.

Gue menguping pembicaraan Ma'am Ika dan Felly. Ma'am Ika meminta Felly pulang.

"Kenapa pulang Ma'am?" tanya gue kepingin tau.

"Ya takutnya ini campak atau demam berdarah."

"Lah, campak kan buat anak kecil Ma'am." ujar gue.

"Enggak dong, bisa semua umur."

Tiba-tiba Maurin datang dan Felly pergi, kayaknya mau minta jemput.

"Ma'am, Abel kan juga gatel-gatel Ma'am."

Gue memelototi Maurin sementara Ma'am Ika memandang gue curiga. "Udah lah, berdoa aja biar nggak sakit, Senin udah ulum loh."

Gue memasang muka bete lalu kembali duduk. Ma'am Ika mulai memberi penjelasan tentang Ulum hari Senin sampai Senin lagi. Gue nggak begitu mendengarkan karena sibuk  menggaruk badan gue.

"Abel, lo kenapa sih?"

Pertanyaan itu terlontar dari orang di sebelah gue, maka gue langsung menoleh ke kiri dan mendapati tampang songong dari Frie.

"Gatel banget badan gue dari tadi pagi." ucap gue sambil menggaruk lengan kanan gue.

"Coba gue liat."

Frie dan gue melihat lengan gue, dan kita terkejut. Bukan hanya dia, karena gue juga baru liat. Lengan gue jadi berbintik-bintik merah. Hmmm, campak?

"Ya ampun Bel!" teriak Frie. "Ini mah udah sakit, ih jauh-jauh deh. Ntar gue ketularan, lagi."

Gue panik. "Duh...."

Frie menarik gue ke Ma'am Ika. "Ma'am ini lengannya Abel bintik-bintik merah Ma'am! Penuh!"

Padahal nggak penuh. Tapi emang pada merah sih.

"Loh, kenapa sih ini? Kok pada sakit gini?"

"Saya juga nggak tau Ma'am."

Fall for YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang