Birthday

190 8 0
                                    

Siapa yang kira kalo sekarang gue ngefans sama kak Abimant?

Gue nggak bercanda. Gue menanggap dia ganteng. Entah kenapa bisa gitu. Sebenernya, dia nggak ganteng-ganteng banget. Kulitnya coklat, bener-bener coklat. Gue suka cowok yang nggak terlalu putih. Gue nganggepnya, cowok putih berarti nggak pernah main di luar rumah. Kecuali kalo emang bawaan sukunya ya.

Kulit coklat. Rambut Mohawk dengan garis-garis aneh di kanan kiri dan quiff-quiff kecil lucu disana—yang bisa ngeliat cuma yang merhatiin. Dia nggak terlalu tinggi, bahkan mungkin dia bisa dibilang agak pendek. Kurus sekali, nggak tau beratnya berapa. Muka lucu yang menarik. Senyum manis, ketawanya nggak aib.

Anak futsal. Dan mungkin nggak cuma main bola, bakatnya. Biasanya, bakat main sepak bola dan bakat main basket bisa ada dalam satu orang. Dan gue suka cowok kayak gitu.

AH STOP. BISA GILA GUE MIKIRIN DIA TERUS.

Kayaknya sih, dia juga udah kenal gue. Dari si Reza, tentu aja. Siapa lagi kalo bukan dia.

"Gue ngefans sama kak Abimant. Fix."

Begitu temen-temen gue ngedenger kalimat itu meluncur dari mulut gue, nggak cuma satu yang melotot atau mangap. Lalu tampangnya tampang geli semua.

"Hah? Dia item begitu, Bel." komentar Clarice.

Pengalaman, cowok yang gue suka nggak ada yang putih. Pas temen-temen gue tau, mereka ngatain orang yang gue suka gitu. Akhir-akhirnya mereka suka juga sama orang yang gue suka. Damn.

"Tapi ganteng woy." Gue berusaha membela.

Maurin mengangguk. "Iya tau ganteng dikit." Maurin menimpali.

Gela, Vana dan Felly tertawa-tawa mendengar cerita gue. Ah please deh, Abimant nggak sejelek yang kalian kira. Liat aja nanti, kalo sampe satu diantara kalian yang berani ikutan gue ngefans sama kak Abimant.

-----------------

Hari ini ulang tahun Maurin!!

Gue dateng ke sekolah dan katanya pada mau ngacangin Maurin gitu. Gue nggak mau menghancurkan rencana mereka, jadi gue tanya-tanya dulu.

"Udah boleh ngucapin ke Maurin?"

"Ucapin aja." jawab Garcie cuek.

Gue berjalan ke arah Maurin. "Woy, happy birthday ya..." Gue menyalami dia.

"Thank you ya, Bel... Besok lo ikut nggak?"

"Lah, kan ada rekoleksi. Gimana sih lo..?" Gue menaruh tas gue.

"Iya pulang abis rekoleksinya. Kan paling jam 1-an. Trus gue rapat OSIS bentar sampe jam 2. Barulah kita berangkat." jelas Maurin.

Iya, besok hari Sabtu, dan kita masuk sekolah. Ada rekoleksi. Iya gue males bangun pagi, dan mungkin kebanyakan orang juga gitu. Iya gue nggak masuk OSIS, bukan karena gue nggak mau loh. Gue sangat-sangat mau, tapi mungkin nggak kesampean ya. Waktu disuruh bikin tulisan tentang alasan kenapa pengen ikut OSIS, gue nulis semua yang jadi kenyataan pas SD. Gue lebih-lebihin, sampe kesannya gue sangat memohon untuk masuk OSIS.

Kalo di kehidupan nyata, mungkin gue akan memasang tampang memelas ke Pak Frans, lalu "Pak, please Pak. Saya pengen banget masuk OSIS, Pak. Ayo dong Pak. Please, Pak......". Begitulah. Ih, pasti menjijikkan deh.

"Gue nggak ikut." tandas gue.

"Kenapa, Bel?"

"Males." jawab gue menyebalkan.

"Ihh........."

Besoknya, nggak seperti yang gue pikirin. Hari ini pasti bakal jadi menyenangkan banget. Gue tanya Maurin dulu deh.

Fall for YouWhere stories live. Discover now