A.N : YANG INI AGAK NGGA BAKU BAHASANYA YA. BAHASA DAILY LAH, TAPI GA KASAR, MASIH BATAS WAJAR. YANG GASUKA, sorry this update isn't yours, so, Bye! See you in other formal chapter~
A.N2: Kemaren udah creepas, sekarang unyu unyu aja ya~
~
Taeyong sangat takut hujan badai. Apalagi petirnya. Lebih tepatnya suara guruhnya. Bahkan ia rela menyumbat telinganya dengan earphone bervolume full saat hujan badai. Menyebabkan telinganya terpaksa masuk rumah sakit.
Ia benar-benar membenci hujan badai. Ia akan melakukan apapun saat hujan badai. Tidak peduli jika itu menyakiti dirinya.
Nahasnya, ramalan cuaca mengatakan hari ini akan terjadi hujan badai. Taeyong berpikir ia akan bermalam di kantor saja dengan temannya atau staff kantor. Daripada ia sendiri di rumah yang bisa saja menyebabkan telinganya kembali ke rumah sakit.
Namun, tiba-tiba seorang pegawai baru menawarinya untuk berkunjung ke rumah barunya. Setelah mengenyam pelajaran di Amerika selama 4 tahun, pegawainya itu pindah kerja ke Korea.
Jung Jaehyun
2 tahun lebih muda darinya, namun tingginya 10 cm di atasnya. Dimples di setiap sisi pipinya juga memiliki daya tarik tersendiri yang mampu membuat Taeyong tersenyum kecil saat melihatnya.
Cukup perkenalannya. Taeyong tidak bisa menolak, mengingat ia juga tidak akan melakukan apapun di kantor, di rumah sendirian saat hujan badai juga bukan ide yang bagus.
Jadi, Taeyong langsung menyetujui undangan pemuda Amerika itu. Berharap, hujan badai nanti tidak akan terlalu mengerikan hingga menyebabkan ia berakhir di pelukan pemuda itu atau hal lain yang bisa jadi lebih buruk.
Taeyong menatap pantulan tubuhnya di cermin. Hanya untuk menginap di rumah Jaehyun, tidak perlu berdandan atau tersenyum malu di depan cermin, kan? Apakah dia baik-baik saja?
Taeyong keluar dari ruangannya dan pergi ke lobby untuk menemui Jung Jaehyun-nya itu. Tidak, Jaehyun bukan miliknya, atau... belum.
"Ada siapa aja di rumah?" tanyanya memecah keheningan.
Yang ditanya hanya terkekeh. "Masih pada di Amerika. Aku sendirian hehe," kekehnya sambil fokus mengendarai mobilnya.
"Ohh, terus kenapa cuma aku yang diajak? Anak lain ngga?" tanyanya lagi.
Jaehyun sempat berdeham lalu terdiam sebentar. "Karena Mr. Lee atasanku," jawabnya. Tapi, itu terdengar seperti pertanyaan. Maksudnya, ia tendengar seperti tidak yakin dengan jawabannya.
Taeyong tidak peduli hal itu, ia hanya mengangguk paham. Sambil menatap terus dimples yang menghiasi pipi Jaehyun itu.
"Boleh pegang ngga?" ucapnya refleks. "A-ah, typo! Aku mau bilang--
"Ini?" tanya Jaehyun sambil menyentuh pipinya. "Pegang aja, hehe," kekehnya lagi. Entah keberapa kalinya. Jaehyun sangat suka tertawa kecil, sepertinya.
Taeyong sedikit tercekat. Tapi ia mengurungkan niatnya untuk menyentuh dimples itu. Ia hanya tersenyum malu sambil ikut terkekeh.
Tiba-tiba Jaehyun menggenggam tangan Taeyong. Menyebabkan yang tua sedikit terkejut(maklum dah tua, mudah kaget). Jaehyun menarik tangan itu hingga jarinya menyentuh dimplesnya.
Taeyong tersenyum simpul. "Suka?" tanya Jaehyun. Menginterupsi lamunan Taeyong. "Eh, a-kenapa?"
Untuk ke sekian kalinya, Jaehyun terkekeh lagi. Hingga akhirnya, mobilnya masuk garasi lalu Taeyong dan Jaehyun keluar dari mobil.
YOU ARE READING
JaeYong Collection~
FanfictionKumpulan oneshot si Ya baca ajalah, ehe Yaoi ya guys... Ga yaoi amat sih, tapi bl gitula Kalo homophobic stay away aja Masi ngamuk di komen, Boleh si sok aja, ehe~ Ada yang formal ada yang non-formal Gamesti oneshot, ada yang twoshoot[kalo perlu] Ja...
