Sister

4.1K 293 5
                                    

October 2015
I hug her for the first time and it felt like i hug my own little sister

-----------------------------------------------------------

ERICA POV

Kuketuk-ketukkan jari telunjukku di atas paha. Bosan. Kumainkan mataku ke sembarang arah, tapi sosok yang kutunggu belum juga muncul. Lobby Fakuktas Ekonomi dan Bisnis penuh mahasiswa dengan gaya khas kota besar. Tak jarang beberapa mata tertuju padaku. Apa yang mereka lihat sebenarnya, menggelikan.
Mataku tiba-tiba mengarah ke salah satu sudut kiri lobby, kulihat perempuan berambut panjang dikuncir dengan kemeja kotak-kotak, celana jeans, tas selempang sedikit buluk, dan ehmm...sandal jepit nya, masih terseok-seok melangkahkan kakinya. Penampilannya tak semenarik perempuan-perempuan kebanyakan yang modis sok kaya di kampus ini. Kuhampiri teman baruku itu.

"Sorry, lama ya. Dosennya ngambek ih" katanya tak enak padaku.

"Yaelah bentar doang. Yaudah yuk jadi ngajak aku ke pasar kan?" Tanyaku antusias.

"Mama pasti seneng kamu ke sana, Er"

Aku tersenyum. Kami berjalan ke parkiran sedikit lambat. Aku berusaha menyamakan langkah kakiku dengannya. Banyak mata menatap kami dengan pandangan mengintimidasi.

"Gak malu?"

"Kenapa emangnya?"

"Mereka ngeliatin kamu tuh. Heran mungkin tiba-tiba ngeliat kamu jalan sama aku"

"Aduh bodo amat lah. Apaan sih"

Kulihat segerombolan geng cewek populer berjalan ke arah kami. Kudengar celotehan-celotehan mereka. Langsung kukeletakkan tangan kananku di atas bahu kanan Filly. Pamer keakraban. Mereka melewati kami dengan pandangan "jijik". Filly merasa tak nyaman.

"Tuh, gengnya Vanya. Pernah ngajakin aku gabung sama mereka. Aku tolak mentah-mentah. Kamu harusnya bangga bisa jalan sama aku" kataku menggoda Filly berusaha mencairkan keminderannya. Dia tersenyum.
-----------------------------------------------------------

"Er, gini caranya" kata mama Filly yang baru kuketahui namanya, Tante Lia, menunjukkanku cara membungkus es buah dagangannya.

"Eh iya, tan" kucoba mengikat plastik es buah ini dengan susah payah. Kulihat Filly menertawaiku.

"Apanya yang lucu?" Tanyaku tak terima.

"Sini sini, gini aja gak bisa" Filly menggantikanku membungkus pesanan es buah yang cukup banyak.

Entah kenapa hari ini terasa menyenangkan. Aku sampai lupa kapan terakhir ke pasar. Kapan terakhir berdesak-desakan dan berteman dengan kotor dan bau seperti ini. Tapi aku merasa menikmatinya. Bersama Filly dan Tante Lia, aku merasa kembali hidup. Melihat dunia yang tak pernah kulihat dan merasakan kehangatan keluarga yang sudah lama menghilang.

Matahari mulai tenggelam. Cuaca mulai mendingin. Kami bertiga membereskan dagangan Tante Lia. Kutawarkan mengantar mereka pulang dan mereka menerima dengan senang hati.

-----------------------------------------------------------

FILLY POV

Kuletakkan gelas berisi air putih di atas meja belajarku. Kulihat Erica memandangi foto-foto keluarga kami di kamarku.

"Kamu mirip papamu banget" katanya sambil geleng-geleng tak percaya.

"Kamu juga" kataku jujur.

Dia terdiam. Aku mendekatinya.

"Er, sering-sering ngobrol ya sama papamu. Kasian dia pasti kesepian. Pulang kerja, pijitin, buatin teh, siapin makanan, ajak ngobrol. Selagi dia dekat, selagi kamu punya waktu. Banyak orang memimpikan posisimu. Termasuk aku"

Ada jeda diantara kami. Diam. Kulihat ada kekecewaan di matanya. Entah apa yang membuat dia membenci papanya.

" I miss him soooo much"

Kuberikan penekanan pada kata "so". Kulihat foto papa ketika masih muda sambil menahan tangisku. Tapi gagal. Aku menangis untuk pertama kalinya di depan sesorang yang bahkan belum sampai 2 minggu kukenal.

Erica mendekatiku. Memelukku. Tangisku semakin menjadi. Pelukannya semakin erat, sesekali dia mengelus rambutku. Aku berani bersumpah seberat apa pun, aku tak pernah menangis sekeras ini di depan teman manapun. Tak pernah berbagi dengan teman manapun. Apakah ini berarti dia istimewa? Hati kecilku berkata kelak kita akan jadi lebih dari sekedar teman baik.

"Terimakasih, Er. Mungkin Tuhan kirim kamu buat ganti sosok Kak Friska. Terimakasih juga sudah membuat mama banyak tersenyum hari ini"

Kataku tulus. Dia mengangguk pelan.

"Dan mungkin Tuhan kirim kamu buat jadi adik yang ga pernah aku punya"

"Terimakasih sudah membuat aku merasa benar-benar punya teman"

Suasana menjadi begitu mellow. Mata kami bertemu. Perasaan apa ini? Apa aku mulai menyayanginya? Yes, i feel like i've found my bestfriend. A true friend.

"Eh bentar, barusan kamu ngomong apa?" Tanyaku berusaha mencairkan kemellow-an.

"Ngomong banyaakkkkk" katanya bercanda.

"Udah berani bawa-bawa Tuhan ya sekarang. Oke fix, besok-besok kamu harus temeni aku ke gereja" kataku memutuskan seenaknya.

"Oh, shit!"

The First Girl I Love (Complete)Where stories live. Discover now