Chapter 1

5.3K 445 91
                                    

Matahari terbit dengan sempurna, sehingga sinarnya menyelinap masuk melalui lubang lubang pada jendela rumah yang tidak sengaja terbentuk.

Sinar itu memaksa Taehyung -yang sedang memejamkan mata dengan nyenyak- untuk membuka matanya malas. Rasa kantuk masih ia rasakan, pasalnya tadi ia baru tertidur 4 jam yang lalu.

Pria bersurai kecoklatan itu mengusap matanya perlahan, berusaha mengurangi mata lelahnya, Taehyung memandang ke setiap sudut ruangan kecil itu. Sampai pandangannya terhenti pada sebuah lemari berukuran sedang tepat di depan ranjangnya.

Tiba tiba hatinya terasa ngilu. Pria itu memejamkan matanya sejenak, tak lama butiran bening timbul di salah satu sudut matanya. Ia mulai mengatur nafasnya mencoba setenang mungkin.

Mungkin sudah sekitar 10 menit Taehyung tidak beranjak dari ranjang kecilnya, posisinya dari tadi hanya duduk sambil mengurut keningnya. Sampai kaki panjang Taehyung mulai menginjak lantai kamarnya. Ia menghela nafas dan mengambil sebuah botol kaca kecil di atas nakas.

Taehyung menggoyangkan botol tersebut membuat 2 butir kapsul menggelinding bebas di telapak tangannya. Ia menghela nafas lagi sebelum akhirnya menelan kedua kapsul tersebut tanpa bantuan air mineral, seperti menjadi hal biasa untuk Taehyung saat kapsul kuning itu melewati tenggorokannya.

Merasa sudah lebih tenang, Taehyung berdiri dan berjalan gontai menuju pintu kamarnya yang tidak bisa tertutup sempurna, Pintu dengan cat yang sudah mulai pudar dan lubang lubang yang dibuat oleh rayap memakan beberapa sisi pintu itu.

Taehyung memegang daun pintu itu dan menariknya perlahan membuat matanya sedikit menyipit karena sinar matahari yang sedikit menyolok .

“Jimin!” panggilnya dengan suara lirih.

Tak ada jawaban, Taehyung kembali memanggil nama itu dengan suara yang lebih keras.

“Kim Jimin!”

Namun yang empunya nama belum memberikan respon apapun.

Taehyung tidak perlu susah mencari keberadaan Jimin dalam rumahnya, toh rumah kecilnya memberitahu bahwa Jimin tidak ada di dalam rumah ini.

“Apa dia sudah berangkat ke sekolah?” Taehyung mengusap belakang lehernya dan kembali berjalan ke arah dapur yang terletak tidak jauh dari pintu kamarnya. “huh, sekolah ya..” Taehyung mendengus pelan sambil tersenyum mengangkat salah satu ujung bibirnya.

Taehyung memutar keran air pada wastafel, ia berkumur dan menyegarkan wajahnya, Taehyung memandang pantulan wajahnya pada potongan kaca kecil yang menempel pada tembok rumahnya. Taehyung menggunakan kaca itu sebagai cermin.  Disentuhnya dua goresan panjang yang terukir di pipinya, masih kemerahan.

Kini pandangan Taehyung beralih ke beberapa goresan dan lebam di dahi dan lehernya. Sedikit ringisan kecil ia keluarkan saat menyentuh goresan itu. Hingga ia tersenyum melihat pantulannya di cermin.

“Kapan kau pulang, Jimin-ah

……

Taehyung duduk didepan pintu rumahnya, cuaca pagi ini memang cerah, tapi tidak menghalangi angin yang dengan asiknya memainkan surai coklat milik Taehyung. Ia terlihat menikmati semilir angin itu. Tidak banyak hal yang dapat dilakukan Taehyung dipagi hari, ia hanya pekerja paruh waktu café bar yang buka saat menjelang malam.

Dia tidak sekolah melihat ia lebih mementingkan pendidikan adiknya ketimbang pendidikannya sendiri.

Ia beruntung adiknya, Kim Jimin adalah murid yang cukup pintar, setidaknya dapat membantu Taehyung meringankan biaya pendidikan Jimin yang sudah menginjak kelas 2 SMA. Ia sungguh bahagia memiliki adik yang sangat mengerti keadaan ekonomi mereka.

Come Back Home [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang