Chapter 5 : Duscan

1.2K 109 8
                                    

A Little Boy and His Mother


Wanita itu melarang putranya untuk pergi. Sang pangeran muda terlihat sangat marah. Ia bertanya kepada wanita itu, Ratu Agatha

"Apa maksud semua ini, bu? Apa yang kau sembunyikan dariku selama bertahun-tahun?!"

Sang ratu menghela napas. "Seperti yang kau lihat, gadis itu hampir membunuh Kurt. Lycan itu berbahaya, sudah berapa kali kukatakan hal ini padamu? Maka kau jangan pergi! Di luar sana berbahaya! Lycan itu makhluk tidak beradab!"

William mengelak "Talia tidak berbahaya! Ia menyerang Kurt karena kau melarangnya untuk pergi! Talia adalah gadis terbaik yang pernah kutemui! Ia adalah temanku!"

Mata sang ratu menatap mata putranya "Lalu menurutmu mengapa ia kabur dari sini bila ia temanmu? Kau akan jadi seorang raja, putraku! Kau harus tahu peraturannya dan kau haurs mematuhinya. Semua lycan harus dibasmi dan tidak boleh berada di area istana, bukannya malah membawanya kemari!"

Sang ratu menyentuh bahu putranya.

William menyingkirkan tangan ibunya dari bahunya dengan kasar. Wajahnya semakin marah, ia menatap tajam mata ibunya "Aku tidak ingin jadi raja bila harus melakukan itu! Kau tidak bisa memaksaku!"

Ia menyeringai "Kau tahu nyonya Ivander? Aku akan mengungkit semua yang kau tutupi dariku selama ini dan menegakkan keadilan di negara ini! Kalung zamrud legendaris itu telah memilih temanku itu!"

"Dasar kau..."

Sang pangeran meninggalkan ibunya sebelum ibunya dapat mengatakan apa-apa. Meninggalkan ibunya yang berteriak dengan nada tegas memanggil-manggil namanya.

Namun ia tidak peduli. Ia berjalan memunggungi ibunya melintasi karpet lobi istana yang mahal dan mewah. Menuruni tangga marmer istana menuju halaman istana dan mengambil motornya. Memakai helm dan pergi mencari kebenaran yang ia dambakan.


***


Thomas berteriak kepadaku "Larilah tuan putri! Cepat!"

Para Baracus sudah menangkapnya. Aku tidak akan meninggalkannya.

"Tidak, aku tidak bisa meninggalkanmu disini!" Teriakku.

Tetapi Elinor mengejutkanku "Tidak tuan putri! Larilah! Cepat! Ia bisa mengatasinya!"

Elinor sudah kugendong di punggungku.

Aku berlari secepat mungkin tetapi sial, Elinor tiba-tiba tak sadarkan diri. Kepalanya bersandar di pundakku. Kuputuskan terus berlari hingga jauh dari jangkauan para Baracus. Melompat-lompat seperti biasa. Matahari masih terlihat sedikit dan berwarna merah. Hari masih sangat pagi.

Setelah merasa cukup jauh. Aku menurunkan Elinor di sebuah atap. Kemudian kulihat punggungnya. Sebuah benda kecil menancap di punggungnya menembus jubah tipisnya. Kucabut benda itu. Sebuah benda berbentuk tabung dengan jarum di ujungnya. Ia telah ditembak dengan peluru bius.

Kusimpan benda itu di kantongku karena kurasa benda itu akan ada gunanya.

Udara pagi hari ternyata sangatlah menakjubkan. Aroma segar yang tak pernah kuperhatikan sebelumnya, ditambah dengan aroma tanah basah bekas hujan yang membuatku merasa bebas. Hujan sudah berhenti.

Aku duduk di atap kayu sebuah bangunan sambil memandang keindahan langit pagi hari. Biasanya pada pagi hari seperti ini aku tertidur atau memakan jatah makananku. Jatah yang diberikan tuan Clepp kepadaku jika berhasil mencuri benda yang ia inginkan.

The Lycan QueenWhere stories live. Discover now