Yoona menaruh wadah nasi. "Kalian duduklah di kursi. Eomma akan memanggil Appa."

"Nee." 

Yeoja itu berjalan menuju kamar utama, sebelumnya yeoja itu mengetuk pintu kamar terlebih dahulu. "Oppa." Panggilnya pelan kemudian menekan pedal pintu. "Oppa waktunya..."

Namja itu mengangkat tangannya sambil sibuk menelpon. "Waeyo?" tanyanya setelah memutuskan sambungan.

Yoona tersenyum. "Waktunya makan malam. Jeno dan Soojung sudah menunggumu di meja makan."

"Nee." Sahut namja itu berjalan keluar dan Yoona mengikutinya dari belakang. "Woah banyak sekali." Serunya kemudian duduk dibangku.

Yoona ikut duduk. Dengan setia yeoja itu menyendokkan nasi kedalam mangkuk suaminya kemudian ke mangkuk adiknya terakhir mangkuk putranya.

"Ada perayaan apa hari ini? Tumben sekali memasak sebanyak ini."

"Hari ini... Hari perayaan kematian Appa yang keenam." Ujar Yoona pelan dan berhasil membuat namja itu serta Soojung terdiam. "Tahun kemarin aku tidak bisa merayakannya, jadi tahun ini aku ingin merayakannya bersama keluarga."

Namja itu mengangguk. "Keurae, kita harus membuat perayaan."

"Pantas saja eonni membuat hidangan ini. Semua masakan ini adalah makanan kesukaan appa."

Yoona mengangguk. "Ayo makan, setelah itu kita berdoa."

"Nee."


"Kau benar-benar tidak ingin makan Cho Kyuhyun."

"Tidak." Sahut Kyuhyun dengan santai.

Yeoja itu menyantap pizzanya. Sejujurnya yeoja itu tidak begitu menyukai makanan yang banyak lemaknya itu tapi mau bagaimana lagi, lebih baik pizza daripada Jjangmyeon.

"Besok apa kegiatanmu?"

"Aku akan mulai bekerja dirumah sakit Universitas."

"Keurae. Memang seharusnya begitu, kau bekerja dan aku menunggu rumah."

Kyuhyun menoleh. "Menunggu rumah? Lebih tepatnya membersihkan rumah."

"Cih tidak akan. Aku akan menyewa housekeeping untuk membersihkan seluruh bagian rumah ini."

"Terserah kau saja. Tapi yang pasti aku tidak akan pernah membantumu membayar mereka."

Yeoja itu mendengus. "Uangku masih ada. Bahkan lebih banyak darimu, jadi kau tidak perlu khawatir soal uang."

"Baguslah. Aku tidak akan di repotkan oleh anak manja sepertimu Seohyun-ssi."

"Keurae. Aku tidak akan pernah merepotkanmu."


"Terimakasih kau sudah datang."

Soojung tersenyum pada kakaknya. "Eonni jangan terlalu kelelahan, sekali-sekali eonni harus perawatan. Nanti aku akan mengirimkan krim dan peralatan wajah untukmu."

"Gwencana, eonni baik-baik saja. Kau urus saja pekerjaanmu dirumah sakit."

Soojung menggeleng. "Eonniku lebih penting dari segalanya." Ujarnya. "Besok sore aku akan datang untuk membawa peralatan itu. Besok kita harus perawatan bersama."

Yoona tersenyum kemudian yeoja itu meloncat saat merasakan tubuh putranya menurun.

"Aish berhentilah menggendong Jeno, dia sudah tujuh tahun. Eonni mau di umur yang masih muda."

BEIGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang