Chapter 19 - I Love Him

16.2K 624 11
                                    

"Itu sungguh, Mike. Aku tidak mau pria lain. Aku hanya mau dirimu. Sudah jelas?" Mike memutar bola matanya. Percuma saja ia membantah perkataan Angela itu, tetap saja ia bersih keras akan mengatakan ia adalah milik wanita itu.


•••

Mike menggeleng tak percaya dengan wanita disamping nya kini. Keras kepala sekali. Bagaimana bisa ia mengecap kalau dirinya adalah milik wanita itu. Sungguh gila.

"Kenapa kau diam?" tanya Angela saat Mike tidak membuka suara, "Hanya ingin diam saja." ucap Mike malas.

Sepertinya salah besar jika ia meminta Angela untuk menemani dirinya minum. Haruskah mereka putar balik dan kembali ke pesta Stella?

Itu tidak mungkin. Ia sendiri sangat jengah disana. Ya, sudah. Mungkin ini jalan yang baik untuk dirinya pergi dari pesta itu.

"Menurutmu, apa aku harus ikut keacara makan malam nanti?"

"Makan malam? Dengan siapa?" tanya Mike bingung tiba-tiba Angela bertanya seperti itu.

"Dengan keluarga yang akan dijodohkan denganku."

Mike hanya menatap wanita itu dengan diam, "Terserah kau saja. Kau yang menjalani nya bukan aku."

Angela memukul lengan Mike pelan karena kesal, "Aku bertanya padamu. Kenapa kau melempar kembali padaku?" Angela menatap keluar jendela.

Mike hanya tersenyum melihat tingkah laku wanita disampingnya ini, "Ya, menurutku kau lebih baik jalankan saja dulu. Ikuti kemauan orang tuamu. Kalau kau sudah bertemu dengan pria yang akan di jodohkan, kemudian keputusan akan ditanganmu. Apa kau terima atau tidak." saran Mike. Angela menghela nafas nya panjang, "Sepertinya aku akan tetap terjerat akan ikatan perjodohan ini, Mike. Walaupun aku menolaknya." ucap Angela pelan.

Mike hanya diam tak tau harus berkata apa lagi. Itu adalah nasib Angela dan ia tidak bisa ikut campur didalamnya.

Tak berselang lama, akhirnya mereka tiba di club milik Angela. Mereka berlenggang turun dengan Angela berjalan memimpin.

Ben tersenyum lebar saat melihat kehadiran Angela dari pintu tadi, "Hay, beautiful. Apa kabarmu?" tanya Ben. Angela duduk di kursi bar nya, "Ah, baik. Kau sendiri?"

Ben mengangguk pelan, "Aku juga baik. Kau mau minum apa?" Angela tampak berfikir, "Berikan aku cocktail terlezat buatan mu, Ben." ucap Angela. Mike hanya berdehem menyadarkan mereka berdua kalau ada dirinya disini.

"Oh, kau Mike!" seru Ben dengan cengirannya. Mike menatap datar pada Ben, "Berikan aku bir." ucap Mike.

Ben langsung menyiapkan dua pesanan istimewa nya ini. Angela mengucapkan terimakasih dengan mengedipkan sebelah matanya menggoda Ben.

Mike hanya mendengus pelan, "Benar-benar wanita liar." batin Mike.

Mike hanya memperhatikan kedua manusia ini berbincang ria melupakan dirinya. Lalu sebuah deringan ponsel nya menyadarkan ketiga orang ini.

"Hallo?" seru Mike sedikit keras agar orang yang menelfon nya mendengar suara nya yang terhalang oleh kebisingan musik.

"Mike, kau dimana?"

Mike melihat sebentar siapa yang menelfon nya, "Aku, aku sedang keluar sebentar. Ada apa? Apa kau ingin pulang?" tanya Mike.

"Kenapa disana berisik sekali? Kau sedang berada di club, ya?"

Tebakan Chelsea tepat sasaran. Mike menggaruk tengkuk nya, "Um, iya. Apa kau sudah akan pulang? Aku akan menjemputmu kalau gitu."

"Ah ti-" tiba-tiba saja Angela merebut ponsel yang ada digenggaman Mike dan menatap pria itu tajam, "Kau yang mengajakku kesini, dan sekarang kau sudah akan pulang? Yang benar saja, Mike." ucap Angela kesal.

"Apa yang kau lakukan?" Mike kesal karena ponselnya direbut secara paksa, "Tentu saja mematikan telfon mu."

Mike menghela nafas gusar, "Kembalikan padaku." Angela menggelang, "Na na! Disaat kau bersamaku. Kau harus fokus menghabiskan waktumu denganku. Tidak ada wanita lain."

"Argh, yang benar saja, Angela." gerutu Mike kesal.

Angela tersenyum kemenangan dan memasukkan ponsel Mike kedalam tas nya, jaga-jaga agar Mike tidak sibuk dengan ponselnya lagi. Atau, jaga-jaga agar wanita jalang itu tidak mengganggu momen mereka berdua.

"Aku menyesal mengajakmu." gumam Mike pelan namun masih bisa kedengaran oleh Angela, "Aw, aku dengar itu, Mikey."

Mata Mike membulat, "Mikey? Seriously? Terdengar buruk ditelingaku."

"Mungkin ditelingamu, tapi tidak ditelingaku. Iya kan, Ben?"

Ben mengangguk-ngangguk sembari memberikan dua jempolnya pada Angela. Angela tertawa lepas karena tingkah nya ini.

Mike menatap raut wajah Angela. Terlihat jelas bahwa ia sangat bahagia malam ini. Tidak ada beban yang terpancar diwajah wanita ini. Sepertinya, membuat nya melupakan beban hidupnya untuk malam ini, bukan masalah untuknya.

***

"Kau sudah menelfon nya?" tanya Joshua. Chelsea mengangguk pelan, "Sudah. Tapi kurasa dia sedang sibuk."

Joshua menaikkan sebelah alisnya, "Kemana anak itu. Pergi seenaknya. Tidak mikir kita berdua akan pulang dengan apa! Jerk." ucap Joshua kesal melihat teman dekatnya itu.

Chelsea menatap wajah Joshua dengan seksama kemudian terkekeh pelan, "Tidak perlu marah sampai seperti itu, Jo. Biarkan saja, kita bisa naik taxi. Lagipula, acaranya kan belum selesai."

Joshua menghela nafas panjang, "Baiklah. Berdoa saja anak itu segera kembali kesini untuk menjemput kita." Chelsea mengangguk.

Dalam hatinya ia bingung kenapa Mike malah pergi ke club? Dengan siapa ia pergi? Apa itu seorang wanita?

"Dimana Mike?" tanya Stella menghampiri mereka berdua. Joshua hanya mendengus kesal, "Dia pergi." jawab Chelsea singkat.

"Pergi? Kemana? Ah, laki-laki itu." geram Stella, "Sudahlah, ayo kita have fun lagi, sayang." ucap Joshua sembari mengecup pipi Stella dengan lembut. Chelsea yang melihat itu hanya menunduk saja.

Mereka akhirnya kembali ke acara. Stella dengan asik membakar barbeque di grill yang berukuran cukup besar.

Chelsea memandang iri pada pasangan tunangan yang sedang bersenang-senang itu. Stella dan Joshua. Bukan iri lebih tepatnya, ia sakit hati.

Sakit hati? Kalian pikir kenapa dirinya membawa makan siang saat dikantor Mike saat itu? Tentu saja untuk Joshua. Mike hanya sebagai alasan dirinya datang kesana dan membawa makan siang itu.

Jahat? Tidak. Bahkan mereka berdua tidak saling cinta. Atau mungkin, Mike saja yang memiliki perasaan padanya. Dirinya? Tidak sama sekali setelah ia bertemu dengan Joshua beberapa tahun lalu.

Perasaan nya terhadap Joshua sudah ia pendam sejak lama. Sejak dimana Joshua menyelamatkan dirinya yang hampir saja tertabrak mobil.

TBC

MAAF MAAF BGT KLO CHAP INI PENDEK DAN YAA AGAK GAJE😥 AKU KEHABISAN IDE HARI INI. DAN SEMALAM AKU CUMA BISA DOUBLE UPDATE DOANG😞 HARI INI AKU USAHAIN DEH BUAT UPDATE. BIASANYA TENGAH MALAM AKU BAKAL ADA IDE😂

So stay patient😘

The Perfect Target [END] #Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang