Prologue

20.6K 1K 30
                                    

WAKE UP LAZY GIRL!!!!!”

Oh my God.

Teriakan menyesatkan itu mengganggu mimpi indahku yang hampir dicium Robert Pattinson.

Setelah mengerjapkan mata berkali-kali, aku mendapati seorang lelaki bermanik mata coklat dengan rambut berjambul berwarna coklat tua. Jordan Ed Leeydenson, pria yang harus kuakui cukup tampan, berumur 24 tahun. Dia kakakku yang menyebalkan, tapi dia harta yang paling berharga bagiku sekarang.

What do you want?” Kataku yang masih berusaha mengumpulkan nyawa. Sementara Jordan menggerutu tidak jelas.

“Aku mau kau cepat bangun, lalu mandi agar mukamu yang sedikit suram itu segar kembali. Kemudian turun untuk sarapan dan aku akan mengantar kau ketempat kerjamu.” Ucapnya panjang kali lebar.

Aku hanya diam pura-pura mendengarkan ucapannya, dan menuju kamar mandi sebelum sebuah tangan menahanku.

“Apa lagi, kakakku tercinta?” Aku menyunggingkan fake smile.

For your info, aku sudah harus berada dikantor 35 menit lagi. Jadi waktumu bersiap-siap 8 menit dari sekarang. Jika lebih, terpaksa kutinggal.” Tambahnya.

WHAAAAAT?!

What?!You said 8 minutes?! Hell no, big bro! Kau itu lupa atau pura-pura lupa bahwa adikmu ini seorang perempuan? Mana cukup 8 menit untukku bersiap-siap?” Omelku sambil menggeleng-gelengkan kepala.

“Waktumu 7 menit 24 detik lagi.” Ucapnya datar. Sigh.

“Argh. Okay, fine-fine.” Akupun berlalu dan memasukki kamar mandi.

Setelah merasakan sensasi segar ditubuhku, aku keluar dari kamar mandi dan mendapati kemeja putih dan rok berwarna tosca selutut yang digantung rapih. Pasti Jordan yang menyiapkan. Dia memang kakak yang baik, namun sikap itu tertutup oleh sikap menyebalkannya.

Aku berlalu ke meja riasku untuk memoleskan sedikit bedak dan lips gloss di wajah dan bibirku, setelah memakai baju pilihan Jordan tadi. Kurasa seleranya lumayan juga. Aku mengambil tasku dan segera turun kelantai bawah.

Sesampainya dilantai bawah, aku disambut oleh wangi pancake yang sangat menggoda. Sudah aku katakan belum bahwa aku sangat mencintai pancake? Jika belum, aku baru saja mengatakannya.

Morning, sweet Zee.” Ucap Jordan lalu mengecup puncak kepalaku.

Wait, what’s wrong with him? Beberapa menit yang lalu ia memerintahku seenak jidatnya yang cukup lebar, sekarang dia berakting seakan tidak ada apa-apa.

Morning.” Balasku lalu melahap pancake.

“Kalau sudah selesai, cepat susul aku keluar ya. Aku akan memanaskan mobil.” Jordan berlalu keluar rumah.

Setelah menelan suapan terakhirku, aku segera memakai flat shoes hitamku dan menyusul Jordan yang sudah membunyikan klaksonnya beberapa kali. Dasar tidak sabaran.

“Lama sekali sih.” Semprot Jordan setelah aku sampai didalam mobil.

“Kau saja yang tidak sabaran, huh.” Ucapku memutar mata, dan Jordan pun menoyor kepalaku.

Oh ya, let me introduce myself.

Namaku Zeenadey Lake Leeydenson. You can call me Zee, Zeenadey, or whatever you want except Lake. Because I don’t like my middle name. Kau pasti bingung kan kenapa ada kata Lake( Baca: Danau) didalam namaku? Itu karena mendiang orangtuaku menyatukan cintanya di danau. Ya, mereka selalu berusaha mengenang memori-memori indahnya tidak perduli betapa anehnya nama anak mereka ini.

Kedua orangtuaku telah meninggal, dan sekarang aku hanya memiliki Jordan. Dia yang selalu menyediakan pelukannya ketika aku sedang merasa tertekan, dia yang menghiburku dengan leluconnya yang tidak sama sekali lucu, dia yang menjagaku, dia yang menyayangiku dengan sabar, dia, dia melakukan semuanya agar aku merasa lengkap dan bahagia. That’s why I love him so much. Kedua orangtuaku meninggal dalam kecelakaan pesawat pada perjalanan pulang dari liburan mereka berdua. Manisnya, mereka ditemukan tidak bernyawa dalam keadaan ya v saling bergandengan tangan.

Aku sanggup menceritakan semua kisah tragisku ini tanpa menjatuhkan setetespun air mata. Karena apa? Karena aku tidak bisa menangis. Aneh bukan? Ya, memang. Terakhir aku menangis, ketika kedua orangtuaku meninggal. Mungkin faktor lain yang membuatku tidak bisa menangis lagi karena Ibuku selalu berkata bahwa jangan pernah awali apapun dengan tangis kesedihan, karena itu membuat akhir dari hal yang kita lalukan buruk dan tidak sesuai dengan keinginan kita. Ugh, maaf. Aku tidak pandai merangkai kata-kata.

Kalian tahu? Tidak selamanya menjadi orang yang tidak bisa meneteskan air mata itu enak. Aku tetap dapat merasakan kesedihan dan kepedihan. Keuntungannya adalah aku tidak perlu membuang-buang tissue untuk mengelap air mataku jika sedang menonton drama korea. Malah terkadang aku mengutuk diriku sendiri karena tidak bisa menangis, karena untukku, menangis adalah cara untuk  melampiaskan perasaan yang sedang kita rasakan secara alami.

Yeah, I’m The Girl Who Can’t Cry.

HAAII.

This is my first ff, mungkin dari prologuenya kalian sudah bisa ngira-ngira ya gimana kesananya? Mungkin menurut kalian bakal bagus? atau jelek? atau absurd? atau gimana?

Tapi aku bakal usahain semaksimal mungkin kok buat cerita in:)) Abis ini aku bakal post chapter 1 nya !

Tolong yang masih berminat jangan jadi silent readers ya:( Saran dan kritik diterima kooo.

Vomments nya aku tunggu! Thanks. (Please appreciate my work)

ddy, x.

The Girl Who Can't Cry [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang