#13 Moment

1.2K 56 1
                                    

Mauryn berjalan sambil menghentak hentakkan kakinya di lantai koridor. Kurang ajar. Ia sudah dibodohi oleh Aldio. Aldio bilang, Natha ada di bawah, sedang jajan. Tapi apa kenyataannya?! Dia malah melihat Natha yang baru kembali dari ruang tata usaha dan akan pulang. Pria itu benar benar membuat Mauryn darah tinggi!

Mauryn juga tidak mengerti, ia tak begitu suka tipe seorang Natha yang terkenal tak terlalu banyak bicara seperti Nadine. Mungkin jika dibandingkan antara Nadine dan Natha, mereka sama sama 11 12. Sama sama menyebalkan tapi pengertian.

Mauryn menghela nafasnya pasrah, mungkin ia tak cocok jika dibandingkan dengan Natha yang PINTAR dan sangat tampan.

Mauryn menyadari sepenuhnya bahwa ia hanya menyukai seorang pria yang berperawakan tinggi, kulit sawo matang, dan mata yang sedikit bulat. agak berbeda dengan Natha yang mempunyai mata yang agak sipit, dan kulit putih. Entah kenapa, rasa suka itu malah datang pada seorang pria seperti Natha yang bukan tipenya. Tipe tipenya itu kan sedikit bad boy, tidak pintar seperti Natha. Tapi jangan salah menjabarkan, bad boy yang dimaksud Mauryn bukan bad boy sekolahnya, yang tak lain Aldio. Aldio sungguh jauh dari tipenya. Ia bahkan benci pada Aldio yang terlalu SOK COOL. jadi jika dibandingkan sama seperti bumi dan matahari.

"Heh lo!"

Refleks Mauryn menghentikan langkahnya yang hendak pergi menuju UKS untuk memeriksa keadaan Nadine. Ia membalikkan badannya ke samping, dimana seorang pria yang tadi ada di pikirannya ada di depannya.

Mauryn menjauhkan langkahnya sedikit dari Natha yang entah kenapa membuatnya merinding.

'Kalo ini si Natha, yang tadi gue liat siapa?!'

"Eng... lo datang darimana?" Tanya Mauryn sadar tak sadar.

Natha mengerutkan keningnya, merasa bingung dengan ucapan Mauryn barusan. "Gue?" Tanyanya sambil menunjuk dirinya sendiri.

Mauryn yang tersadar pun, lantas mengejapkan matanya. "Eung.. ga apa. Kenapa?" Mauryn pun berusaha tersenyum, walau dalam hati, ia merasa takut setengah mati akan kejadian tadi.

Natha mengendikkan bahunya, ia pun mengeluarkan sesuatu dari ranselnya, menampilkan sebuah kaos berwarna putih dengan garis garis hijau di ujung ujung bajunya.

"Apa ini?" Tanya Mauryn saat Natha menyodorkan kaos itu ke hadapannya.

"Lo Mauryn kan? Saudaranya Nadine?"

Mauryn memutar bola matanya malas. "Hm" balasnya acuh.

"Kasihin ini ke Nadine, boleh ga?" Pinta Natha sambil menyodorkan kaos tadi.

Mauryn langsung mengalihkan tatapannya dari aspal, lantas menatap Natha dengan tatapan mengintimidasi. "Apa lo bilang?"

"Lo bisa anterin baju ini ke Nadine ga? Ini baju buat peserta olimpiade. Bu Lia kasih ini buat dia sama gue."

"Gue juga peserta olimpiade. Yang gue mana?" Tagih Mauryn sambil menengadahkan tangannya.

Natha sempat tersentak. Ia pun menggaruk tengkuknya bingung. "Eung.. ini buat gue sama Nadine doang. Gue juga ga tau kenapa anggota peserta lain ga dikasih. Tapi kan, ini juga dikasihnya sama Bu Lia. Masa gue harus kesana dan minta lagi buat yang lain?"

Mauryn nampak bersidekap. Terdiam sebentar, lantas tersenyum miring membuat Natha agak takut takut melihatnya.

"Boleh aja." Natha tersenyum mendengar jawaban Mauryn. Rupanya Mauryn memang pengertian. "Tapi ga gratis!" Lanjutnya ketus.

"Hah?"

Mauryn mendengus. "Gue harus pergi ke atas situ! Jauh. Cape. Butuh pengorbanan juga. Jadi gue juga butuh bayaran. Semuanya ga gratis."

Cold Girl VS Bad Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang