chapter 25 + Charanswer

2.2K 254 19
                                    

Setelah kedua tangan Jungkook terbuka, Sehun langsung melempar sepasang pakaian kepada Jungkook dan dengan cepat lelaki itu pakai pada tubuhnya yang penuh luka. "Bilang saja kalau sejak awal kau memang ingin membantuku," ejek Jungkook sembari memakai jubah khas penyihir yang tadi Sehun berikan.

"Hahaha bagaimana kau tahu?"

"Mana mungkin orang yang kebetulan lewat bisa seniat ini hingga membawa pakaian samaran untukku?"

Sehun tertawa kecil kemudian berhenti tertawa dalam serentak lalu mengacungkan jempol tangannya. "Wah tak diragukan lagi, kau memang seorang pangeran!" katanya.

"Mengapa kau menyelamatkanku?"

"Bisa kita bicarakan ini nanti saja? Kau tahu, tidak mudah untuk datang kesini dan menyelamatkanmu."

Jungkook langsung mengatupkan bibirnya. Sehun yang berada di dekat daun pintu sedang mengawasi bagaimana keadaan di luar, lalu Jungkook berkata, "Yah pokoknya, terima kasih."

"Ya kau boleh berterima kasih jika sudah memberiku apa yang kumau. Ayo ikuti aku!"

Mau tak mau, Jungkook harus mengikuti Sehun. Ya walaupun tidak tahu, apakah Sehun bisa ia percayai atau tidak.

***

Tok Tok Tok

"Karen, buka pintumu. Kau belum makan seharian," pekik Ken yang mengetuk pintu berwarna biru muda warna kesukaan kakaknya itu. Sudah sejak saat Jimin memberi tahu perihal Jungkook waktu itu, Karen mengunci diri di kamar hingga tak menyentuh makanan yang ditaruh Ken di depan kamarnya.

"Eonni ... keluarlah. Ayo cerita padaku. Kau akan sakit jika mengurung dirimu seperti ini," ujar Yeri yang juga mencemaskan keadaan—calon—kakak iparnya tersebut. Ken mematuk kepalanya ke daun pintu dengan prustasi. Seumur hidup, baru kali ini kakaknya mengurung diri dan tertutup seperti ini. Saat putus dari pacar pertamanya saja, ia malah bisa tertawa dan menggila di taman bermain keesokan harinya. Seterpukul itu Karen saat ini?

"Apa kakakmu masih mengurung diri hingga sekarang?" tanya Jimin yang baru saja keluar dari kamarnya dan mendatangi Ken juga Yeri.

"Kumohon, bantu kakakku, Hyeong," mohon Ken.

Jimin menghela napas. Sejak tadi ia juga merasa terpukul karena mendengar jerit tangis Karen di dalam hatinya. Bagaimana bisa ia menghadap wajah Jungkook setelah ini?

Aku tahu aku tak berarti

Bagaimana bisa aku jatuh cinta pada bajingan tak berhati sepertinya huh?

Ia anggap apa aku selama ini?

Apakah ia senang membuatku menjadi seperti orang tolol setiap hari? Mempermainkanku seperti memainkan boneka yang nantinya bisa ia buang kapan saja?

Bagaimana bisa aku mencintai bajingan seperti dia?

Parahnya,

mengapa meski dia memperlakukanku seperti ini, aku tetap mencintainya seperti orang bodoh?

"Karen bukalah pintunya, ayo kita bicara," kata Jimin ketika mendengar secercah harapan yang dapat membuat Karen 'mungkin' lebih tenang.

"Kar-"

"Menjauh dari kamarku!" ujar Karen pelan namun terdengar sangat menusuk.

Taehyung yang kebetulan baru naik ke atas langsung ikut berdiri di hadapan pintu kamar Karen. Ia lalu mengetuk pintunya pelan tapi tak berhenti tanpa bicara sedikitpun.

"Hyeong, apa yang kau lakukan?" ujar Ken tak habis pikir.

Ketokan di pintu kamar Karen justru terdengar lebih cepat dan kencang membuat Ken menjauh dari pintu karena takut kalau Taehyung mungkin sedang kesurupan arwah hantu yang berkeliaran saat ini.

Thumbelina [Pindah]Where stories live. Discover now