"I promise that one day I'll be around
I'll keep you safe
I'll keep you sound..."

Keya terdiam. Ia mendengarkan suara Jiver yang tidak begitu merdu, tetapi tidak fals juga. Diam-diam, Keya mengambil ponselnya dan merekam suara suaminya itu. Ia akan memutarnya saat rindu pada Jiver.

"Hey I know there are some things we need to talk about
And I can't stay
Just let me hold you for a little longer now."

"Take a piece of my heart
And make it all your own
So when we are apart
You'll never be alone."

"You'll never be alone
When you miss me close your eyes
I may be far but never gone."

Keya meresapi suara itu. Jujur saja, ia sudah ingin menangis sedari tadi. Jiver membuatnya tak keruan, ada rindu yang tak mampu ia sampaikan lewat kata.

"When you fall asleep tonight just remember that we lay under the same stars."

Jiver mengakhiri lagu dari Shawn Mendes yang berjudul Never Be Alone itu bersamaan dengan air mata Keya yang jatuh.

"Kee..."
"Siapa yang bakal ngusap air mataku kalau aku nangis kayak gini, Mas?" Kata Keya pada akhirnya, mau berbicara pada Jiver.
"Maafin aku ya, Ke."
"Kemarin bunda masuk rumah sakit," ucap Keya, ia ingat, Jiver belum tahu tentang keadaan bundanya.
"Apa?"
"Jantungnya kambuh."

Di sana, Keya melihat wajah gusar milik Jiver. Dan yang baru disadarinya, laki-laki itu tampak kurang tidur, kantung matanya menghitam, wajahnya lebih tirus dari terakhir kali Keya melihatnya.

"Mas kam--"

Bunyi ponsel Jiver menghentikan ucapan Keya, secepat kilat laki-laki itu meraih ponselnya, dan mendapati nama seseorang di sana.

"Ke, aku ada urusan. Besok kuhubungi lagi, jaga dirimu, dan kabarkan tentang kesehatan bunda."

Sambungan video call dari Jiver terputus begitu saja, meninggalkan Keya yang tampak heran sekaligus penarasan. Sebenarnya, telepon dari siapa yang membuat Jiver tampak buru-buru seperti tadi?

***

Esok paginya, hari minggu. Keya sibuk berkutat di dapur dengan Ira, wanita itu ngotot ingin mengajarinya memasak, padahal Keya tahu, Ira belum sembuh benar. Ira tetap bersikukuh untuk mengajarinya memasak. Kali ini, menu makananan kesukaan Jiver. Asam-asam daging ayam.

Keya tampak serius memotong ayam, seperti yang sudah diajarkan oleh Ira. Ini waktunya untuk belajar menjadi istri yang baik buat Jiver.

"Arion dulu kena leukimia, Ke. Karena itu Jiver diasuh oleh adik papanya. Itu yang membuat Jiver menjadi seperti ini," kata Ira tiba-tiba. Soal itu, sebelum berangkat Keya memang sudah tahu.

"Kanker tidak bisa disembuhkan seratus persen. Semua pengobatan hanya untuk menghambat pertumbuhannya, kanker Arion berpotensi tumbuh lagi suatu saat nanti, hanya tinggal menunggu waktu. Dan..."

Ira menghentikan ucapannya, jemarinya mendadak bergetar.

"Papanya Jiver sadar akan hal itu, karenanya beliau memaksakan kehendaknya pada Jiver untuk belajar bisnis. Mas Dito takut penyakit Arion tiba-tiba kambuh lagi, dan jika saat itu tiba, Jiverlah yang kelak harus menjalankan tanggung jawab untuk meneruskan bisnis keluarga."

"Bun..." Suara Keya tersekat.
"Mas Dito mempersiapkan Jiver untuk itu, karena papa mertuamu itu tahu...jika Arion pergi, Jiverlah satu-satunya harapannya."

"Tapi, Bun. Apa tidak ada cara lain untuk menyembuhkan Mas Arion?"

Ira menghela napasnya, matanya berkaca-kaca. Tidak ada seorang ibu pun di dunia ini yang akan tetap biasa saja saat melihat anaknya sedang susah.

"Ketika kanker itu tumbuh lagi, dia akan lebih ganas dari sebelumnya. Ya, begitu yang disampaikan dokter Arion dulu. Bunda hanya bisa berharap Arion bisa bertahan lebih lama."

Keya tak dapat mengatakan apa-apa. Mengapa kehidupan keluarga suaminya begitu rumit?

"Saat-saat seperti itu, bunda mau kamu mendampingi Jiver, Ke."
"Pasti, Bun."

***
Mata Keya menekuri lantai sedari tadi. Latihan musik sudah bubar sejak lima belas menit yang lalu. Namun, ia belum juga beranjak. Sebenarnya ia sendiri pun bingung, apa yang sedang ada dalam pikirannya, tentang Jiver yang jarang memberinya kabar ataukah tentang tugas esai dari dosen akuntansinya yang belum ia kumpulkan?

"Lo belum pulang?"

Keya melihat Geno sudah duduk di sampingnya, laki-laki berambut gondrong itu tampak sibuk mengamatinya.

"Belum Kak."
"Mau gue anter?"
"Gue bawa motor."
"Oh. Ngomong-ngomong, gimana hubungan lo sama pacar lo?"

Keya menghadapkan pandangannya pada Geno. Ia hampir lupa, kalau yang Geno tahu ia sedang berpacaran dan menjalin hubungan jarak jauh dengan Jiver.

"Baik, kok. Emang kenapa?"
"Siapa tahu udah nggak betah ha-ha," ucap Geno membuat Keya kesal.
"KaGen ngedoaian gue cepet putus ya?"
"Ya...kutunggu jomblomu ha-ha."
"Sialan!"

Keya bangkit dari duduknya, hendak meninggalkan Geno yang membuat mood-nya tambah kacau. Geno mendoakannya jomblo? Berarti Geno mendoakannya jadi janda dong?

"Keee...gue becanda kali."
"Nggak lucu!"

Teriak Keya kesal sebelum meninggalkan ruangan itu. Namun, tiba di parkiran sepeda ia merasa ponselnya bergetar, Keya buru-buru membuka pesan yang ternyata dari Jiver.

Pesan itu berisi gambar screen shoot dari kolom komentar di instagram-nya pada sebuah gambar bertuliskan I miss ya yang ia pos semalam.

@keyanamarleni
benar kata Dilan, rindu itu berat.
10 hours ago.

Coment
@GenoGinanjar
Kapan jomblo atuh, Neng?
5 hours ago

Keya menelan ludahnya susah payah. Jiver hanya mengirim gambar itu, tidak mengatakan apa-apa. Apa laki-laki itu marah? Atau sedang kesal? Sambil menepuk keningnya, Keya mencoba menghubungi Jiver lewat LINE.

Lima belas detik menunggu Jiver mengangkat panggilannya, seperti menunggu IPK-nya keluar.

"Halo, Mas? Ak--"
"Kamu masih punya suami."
"Iya aku tahu. Maaf, tapi aku nggak tahu kalau KaGen komen kayak gitu."
"Aku cuma mau ngingetin kalau kamu sudah menikah."

Layarnya ponselnya berubah. Jiver memutuskan sambungan teleponnya. Jiver tidak pernah semarah ini jika dirinya digoda oleh laki-laki lain. Tapi, saat menjalani LDR mengapa laki-laki itu jadi pecemburu? Keya menghela napasnya. It's called long distance relationshit, right?
LDR memang penguji kepercayaan yang paling berat.

Sampai akhirnya chat dari Jiver masuk, menampilkan sederat kalimat yang membuat Keya diam.

Jiver Erlangga: jangan baper sama laki-laki lain.

Tbc

Ciee siapa yang kangen Jiver? Berhubung aku lagi gabut, jadi kuputuskan buat nulis simas ha-ha.

Btw,
Apakah di sini ada anak organisasi?

So I Married A SeniorWhere stories live. Discover now