1. First Meet

14.4K 1K 24
                                    


Aku minta maaf. Selama sepuluh tahun ini kamu udah setia sama aku, tapi berkali-kali aku mengkhianati kepercayaan kamu. Mel, kamu perempuan baik. Kamu pantas bersama orang yang lebih baik dari aku. Aku tau ini salahku, tapi aku nggak akan bisa berubah. Kalaupun kita menikah nanti kamu akan sakit hati terus dengan kebiasaan burukku yang suka selingkuh. Mel, sekali lagi maaf... sebaiknya kita putus.

Mela membuang napas kesal, dia tidak menyangka Zidan adalah laki-laki pengecut. Bagaimana bisa setelah sepeluh tahun mereka bersama, Zidan memutuskannya dengan sebuah pesan chat?

Mela meraih tas warna tosca itu. Dia harus menemui laki-laki itu secepatnya, mereka tidak bisa putus seperti ini. Bagi Mela, Zidan adalah masa depannya, bahkan dia sudah mengabaikan fakta kalau Zidan itu playboy dan tukang selingkuh. Dia bahkan sudah memantapkan hati, siap untuk menempuh hidup baru bersama tukang selingkuh itu. Lalu sekarang apa yang pengecut itu lakukan? Kalau pun mereka putus, maka Mela lah yang akan memberikan keputusan apakah hubungan mereka berlanjut atau tidak.

***

Mela akhirnya sampai di depan gedung itu, tempat dimana kekasihnya itu mencari nafkah. Hampir saja ia akan melangkahkan kakinya masuk ke dalam gedung itu, tapi matanya menangkap sosok yang dikenalnya.

"Permisi. Pak Andy?"

Laki-laki dengan setelan jas hitam itu menoleh, laki-laki itu ternyata juga mengenali sosok Mela, "Mela-nya, Zidan?"

Mela mengangguk, sebenarnya dia merasa kesal dipanggil seperti itu dalam kondisinya yang semerawut sekarang ini.

"Iya, Zidan ada di dalam?"

"Baru aja dia keluar."

"Pak Andy tau dia kemana?"

"Katanya mau ke Hotel, ada rapat bersama klien," jelas Andy.

Mela mengangguk. Mendengar kata klien, telingannya terasa panas. Kilen macam apa yang ditemui kekasihnya itu?

"Terima kasih atas informasinya, saya permisi dulu," pamitnya. Gegas dia menuju mobilnya, meski ada klien dia tetap harus bertemu dengan Zidan sekarang.

***

"Mau kemana?" Rendra memandang sahabatnya itu.

"Makan siang sama istri gue lah," Arga menunjukkan cengiran khas-nya.

Mendengar kata istri Rendra tersenyum getir, apakah suatu saat nanti dia juga bisa menyebut seorang wanita istrinya. Dia memang tidak terlalu memikirkan pernikahan, tapi Rendra juga merasa iri ketika melihat keharmonisan keluarga kecil milik sahabatnya itu. Hati kecilnya selalu berharap, semoga dia bisa bertemu dengan wanita baik-baik bukan para jalang yang selama ini sering dia kencani.

"Lo nggak makan?"

Rendra bangkit dari duduknya, "Makan lah. Kayaknya Seli udah nggak tertarik sama lo, hari ini dia ngajak gue makan bareng," bisik Rendra.

Arga tersenyum sangat lebar, "Serius? Alhamdulillah, akhirnya itu cewek bisa menjauh dari hidup gue."

"Alay lu, Ndan."

"Gue nggak alay. Tapi lagi bersyukur, kalau Seli sama lo Fara nggak akan cemburu lagi."

"Jadi lo takut sama istri, lo?"

"Bukan takut. Tapi ini masalah kepercayaan antara suami istri... Halah! Ngomong apa sih, gue. Bujang kayak lo mana ngerti masalah rumah tangga."

Rendra mencebikkan bibirnya kesal, "Sok banget, mentang-mentang udah nikah."

Police and Me 2: Casanova mencari cintaWhere stories live. Discover now