Raditya dapat melihat binar bahagia di mata Aira. " Ah, seriusan? Aku tadi pengen banget makan steak tapi gak kesampean, syukurlah," Kata Aira senang.

" Itu namanya kita sehati, bip." Kata Raditya sambil mencolek hidung istrinya dengan saos barbeque membuat Aira cemberut. " Ya udah sana kamu duduk, aku siapin dulu makanannya" Usir Raditya sambil mengibaskan tangan kirinya.

" Gak mau aku bantuin?" Tanya Aira.

" Gak usah, Bip. Sana duduk di ruang tengah, " Kata Raditya sambil tersenyum dan mendorong bahu istrinya agar menjauh.

------------------

Raditya berjalan perlahan menuju dapur. Jam dinding sudah menunjukkan pukul satu dini hari, tapi ia masih harus menyelesaikan pekerjaannya. Secangkir teh hangat mungkin mampu menghilangkan rasa letihnya. Ia lalu berdiri di teras apartemennya sambil memegang cangkir teh hangatnya.

Angin dingin yang membawa beberapa butir air hujan membuat Raditya menguap dan merasa mengantuk.

" Kamu belum tidur juga?" tanya Aira pelan.

" Belum" hanya jawaban singkat itu yang keluar dari mulut suaminya. Lalu Raditya masuk kembali ke dalam membuat Aira bingung.

Aira menarik nafas panjang. Ia berusaha memaklumi kalau akhir-akhir ini suaminya memang sangat sibuk. Pradipta memang sedang mengambil cuti karena ingin menghabiskan waktu mengurus keluarga kecilnya jadi otomatis semua beban pekerjaan jatuh ke pundak Raditya.

Aira menutup pintu lalu menguncinya. Perempuan itu tiba-tiba merasa mual dan merasa perlu membuat secangkir mint tea untuk menghilangkan rasa mualnya. Aira mengambil cangkir lalu mengambil air panas ke dispenser. Tanpa ia sadari air panas mengenai tangannya membuat ia spontan menjerit dan menjatuhkan cangkir dari tangannya.

" Aduh," Cangkir berwarna coklat itu jatuh berkeping-keping di lantai. Aira meringis menahan sakit akibat air panas yang mengenai tangannya.

" Ada apaan sih?" Terdengar suara Raditya berteriak dari ruang kerja.

" Enggak, gak papa." Jawab Aira cepat. Ia tidak mau Raditya marah dan khawatir. Perempuan itu bergegas ke wastafel untuk mengucurkan air dingin ke tangannya.

" Ada apa, Ra?" Teriak Raditya lagi.

" Cangkirnya jatuh," Kata Aira sedih lalu tiba-tiba menangis seperti anak kecil yang kehilangan mainannya. Perempuan itu berusaha menahan tangisnya agar tidak keluar dan terdengar suaminya.

" Kamu kenapa?" Raditya bergegas menghampiri Aira. " Ra, kenapa?" Raditya menatap Aira khawatir.

Aira menoleh ke arah Raditya dan menggelengkan kepalanya. " Maaf, cangkirnya jatuh...maaf," Isak Aira.

Raditya terdiam tapi lalu menarik Aira ke dalam pelukannya. Mengecup kening istrinya, menciumi wajahnya agar perempuan itu merasa lebih baik. " Udah gak apa-apa kok, tangan kamu gak apa-apa kan? Mau dikasih salep ya?" Bujuk Raditya. Dengan sabar dan telaten laki-laki itu menghapus air mata istrinya. " Kamu duluan ke kamar, biar aku yang beresin,"

" Tapi, Dit..." Aira menatap Raditya dengan mata merah karena tangisnya.

Raditya tersenyum dan tangannya perlahan menepuk pipi chubby Aira. " Udah, aku aja yang beresin ya, kamu ganti daster lagi deh, kan basah," Bujuk Raditya.

Aira mengangguk pelan lalu berjalan menuju kamar.

Raditya menarik nafas panjang lalu menggulung lengan piyamanya. Laki-laki itu berjongkok untuk membereskan pecahan-pecahan cangkir. Ia tahu hormon Aira sedang tidak stabil karena hamil, perempuan itu lebih sensitif dan tertutup.

15 menit kemudian Raditya masuk ke dalam kamar dan menemukan Aira sudah di atas tempat tidur dan menatap ke arah tv besar layar datar.

" Ini aku buatin mint tea, kamu masih mual?" Tanya Raditya khawatir.

Aira menggelengkan kepalanya.

Raditya naik ke atas tempat tidur lalu menarik Aira agar bersender ke dadanya. " Kamu istirahat ya, " Kata Raditya lembut sambil mengelus-elus rambut istrinya.

" Tapi,"

Raditya meraih cangkir berisi mint tea dan memberikannya kepada Aira. " Diminum dulu tehnya, kamu mau aku balur punggung dan dada kamu pake minyak kayu putih?"

Wajah Aira bersemu merah membuat Raditya gemas ingin mencubit pipi istrinya yang semakin membulat itu.

Raditya mengambil cangkir dari tangan istrinya lalu meletakannya di atas nakas. Tangannya lalu meraih minyak kayu putih lalu menyingkap daster istrinya. Ia membalurkan kayu putih di tangannya lalu mengusap dada Aira dengan minyak kayu putih. Sentuhan itu penuh kasih sayang dan tanpa nafsu. Raditya mengusapnya ke atas dan ke bawah lalu beralih ke punggung. Tangan kirinya menyingkap daster Aira, sementara tangan kanannya mengusap-usap punggung istrinya perlahan.

" Lagi nonton apa sih? Kok tumben korea?" Raditya bingung karena tak biasanya Aira menyaksikan drama serial korea.

" The Heirs, Aku suka banget Lee Min Ho, apalagi Kim Woo Bin-nya. Ya ampun cakep-cakep," Kata Aira dengan mata berbinar-binar.

" Sejak kapan sih kamu suka drama korea begini, bip?" Kata Raditya sambil menatap ke layar tv.

" Sejak kamu sibuk," Jawab Aira lirih. " Ceritanya sih biasalah...tentang cinta di masa sekolah, anak orang kaya yang punya kasta tertinggi mengganggu teman-temannya, semacam itulah.. tapi seru dan Kim Tan yang diperanin Min Ho itu cakep bangeeet," Cerocos Aira.

Raditya dengan serius menyimak apa yang disampaikan Aira walau dalam hati ia merasa bersalah karena akhir-akhir ini ia terlalu sibuk sehingga waktunya bersama Aira berkurang.

" Kim Tan itu yang rambutnya pirang ya? Wo bin yang nyuci piring itu?" Tanya Raditya sambil mengelus-elus punggung istrinya dari luar dasternya.

Aira mengangguk dengan bersemangat. " Iya, bener... Cakep kan?"

" Hmm..."

" Karakter Kim Tan miriplah sama Jun Pyo di Boys Before Flower,dia kaya, arogan, dan hanya berfikir tentang dirinya sendiri... egois banget, dia juga pewaris Grup Empire gitu deh... Tapi, Kim Tan selalu berada di bawah bayang-bayang kakak tirinya.. Kasian banget..."

" Hmm ..."

" Lee Min Ho-nya cakep banget deh..." Kata Aira dengan semangat.

" Cakepan juga aku, banyak yang bilang aku kayak pemain The Vampier Diaries" Kata Raditya tidak mau kalah.

Aira tertawa lalu mengalihkan pandangannya dari TV ke arah suaminya. Perempuan itu merebahkan kepalanya ke dada suaminya lalu mengusap dada Raditya perlahan. " Siapa yang bilang? Salah kali tuh, kamu kan gak mirip sama Damon Salvatore," Goda Aira.

" Kamu jahat deh, punya suami secakep aku gak ngakuin," Rajuk Raditya manja. " Masak kamu lebih suka mandangin layar TV, ngeliatin si Min Ho itu daripada ngeliatin aku?" Raditya manyun lalu mendorong tubuh istrinya perlahan seolah-olah ia kesal. Ia lalu membaringkan tubuhnya dan membelakangi istrinya.

Aira berusaha menahan tawanya. Perempuan itu tanpa rasa bersalah malah tetap menonton drama korea yang menjadi hobi barunya itu.

10 menit kemudian, Aira menyadari kalau Raditya masih membelakangi dirinya. Aira tersenyum, lalu menarik selimut untuk menutupi tubuh suaminya. Perlahan tangannya mengusap rambut suaminya dan mengecup pipinya. Ah, taktiknya malam ini berhasil agar suaminya kembali cerewet dan segera kembali ke tempat tidur. Tangan Aira meraih remote lalu mematikan TV dan DVD. Ia lalu menarik selimut dan memeluk Raditya yang sudah tidur dengan lelap.

The Mahesa'sWhere stories live. Discover now