Part 9

2.9K 211 4
                                    

Fajar Pov

Keadaan ku masih sama seperti kemarin, sakit di kepala ku masih saja menyerang, aku juga tidak mengerti kenapa aku masih bisa hidup sampai saat ini, takdir dari Alloh memang tidak dapat di tebak, karena Alloh adalah sebaik-baik nya perencanaan.

Aku kembali teringat akan janjiku dengan Senja kemarin, jujur aku pun sangat menantikan untuk jalan berdua bersama Senja, tapi sakit ku ini kembali menyerang, hingga membuatku tak sadarkan diri selepas dia pulang ke kostannya.

Abi bilang kepadaku kalau Senja kemarin kerumah untuk mencariku, sungguh aku merasa bersalah terhadapnya, lagi-lagi aku meninggalkan dia, walaupun Senja masih belum dapat mengingatku, tapi kurasa itu lebih baik karena bila dia mengingatku kembali aku akan memberikan rasa sakit itu kembali kepadanya, karena aku tidak dapat bersama-sama dengannya untuk selamanya.

"Assalamualaikum sayang" salam umi saat masuk ke kamar inap ku

"Waalaikumsalam umi" jawabku lalu umi mengecup keningku.

"Umi kenapa?" Tanyaku karena raut wajah umi sulit diartikan.

"Senja"

"Senja kenapa mi?" Tanyaku khawatir

"Senja sudah ingat semuanya, tapi umi bingung, umi bingung harus bahagia atau bagaimana mendengar kabar ini" ucap umi

Aku mengerti akan perasaan umi, tentang keadaanku ini mungkin hanya akan membuat luka dalam hati Senja, semenjak kecelakaan itu aku ada pendarahan di otak yang menyebabkan aku koma selama tiga tahun, oleh karena itu umi dan Abi tidak memberitahu kepada Senja kalau dia sudah menikah, sebab dokter berkata sudah tidak ada harapan lagi.

Tapi rahasia Alloh siapa yang tau, setelah tiga tahun aku bangkit dari tidur panjangku, umi dan Abi sangat bahagia akan kesadaranku ini tapi ternyata pendarahan di otakku masih belum pulih, sakit ini masih sangat menyiksa malahan semakin hari semakin menyiksa, oleh karena itu aku meminta kepada umi dan Abi agar tidak memberitahu Senja Kalau aku adalah suaminya, karena aku takut kalau akhirnya aku hanya akan memberikan kebahagiaan semu lalu akhirnya pun pergi meninggalkannya, tapi ternyata takdir berkehendak lain, karena masalah Rafli akhirnya aku memberitahu Senja hal yang sebenarnya kalau aku adalah suaminya.

"Fajar mau bertemu dengan Senja mi" ucapku kepada umi

"Tapi sayang, kesehatan kamu masih belum pulih, bahkan Senja juga masih sakit tadi umi meminta dokter untuk datang ke rumah dan memeriksanya"

"Terus bagaimana keadaanya mi?" Tanyaku khawatir

"Dia baik-baik saja, menurut dokter mungkin karena ingatan yang muncul terus-menerus menyebabkan dia sulit menerimanya dan dia juga kekurangan nutrisi" jelas umi

"Alhamdulillah.. umi.. ijinkan Fajar untuk bertemu dengan Senja, Fajar takut tidak akan memiliki kesempatan untuk membahagiakan Senja" ucapku sembari menggenggam tangan umi, kulihat air mata umi mulai jatuh, ya Alloh aku pun tak ingin membuat wanita nomer satu dalam hidup ku ini menangis.

"Umi jangan menangis, karena Fajar gak bisa kalau harus melihat umi menangis" ucapku lalu memeluk umi

Ya Alloh hanya satu yang aku pinta, berilah kebahagiaan untuk semua orang yang aku sayangi setelah kepergian ku.

"Silahkan pergi nak" ucap Abi yang tiba-tiba saja masuk ke dalam kamar inap ku

"Abi yakin kamu tau apa yang terbaik untuk kalian, Abi dan umi hanya bisa berdoa agar kalian mendapatkan yang terbaik" ucap Abi sembari menepuk bahuku memberikan aku semangat.

"Tapi bi...,-"

"Umi..." Ucap Abi memotong ucapan umi sembari menggelengkan kepalanya tanda sudah cukup.

Senja tak SendiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang