Bab 2 - Waxing Cresent

23.6K 2.2K 166
                                    

Bab 2 - Waxing Cresent

Grant merenggangkan otot-otot tubuhnya yang lelah setelah bertarung satu lawan tiga dengan kawanannya. Sama seperti biasa, pria itu dapat dengan mudah mengalahkan lawan tandingnya.

Melangkah menuju pintu keluar dinding pelindung, dia berteriak kepada Blair. "Aku akan pergi berenang di danau! Jaga tempat ini hingga sore hari!"

Blair tertawa lalu melambaikan tangan ke arah Laird-nya. Keempat kawanannya mengetahui alasan Grant yang sesungguhnya adalah melarikan diri dari para wanita yang terus menerus mencoba peruntungan mereka bahwa merekalah mate dari pria itu.

Grant berjalan santai melewati batang-batang pepohonan dan menghirup udara pagi. Aroma kayu dan rumput yang basah oleh embun merupakan wangi ternikmat bagi penciumannya.

Terus melangkah, pria itu akhirnya sampai pada hamparan rumput yang membentang luas dengan sebuah danau yang memiliki air jernih berada di tengah-tengah padang.

Kedua mata pria itu melebar, melihat ada seorang gadis yang memiliki bentuk wajah oval, berkulit putih gading, tengah berlutut mencuci kedua tangan.

Bersembunyi pada salah satu batang pohon, Grant mengamati tingkah laku aneh gadis itu yang berulang kali melihat sekeliling dengan manik hitamnya.

Tidak berapa lama, gadis itu bangkit lalu melepaskan pakaian sebelum melangkah masuk ke dalam danau. Jantung Grant berdenyut kencang. Tubuh yang dipertontonkan oleh wanita asing itu amat indah. Tidak ingin menakuti, Grant terus bersembunyi dan mengamati.

Angin bertiup ke arah Grant, membawa aroma tubuh gadis manusia itu. Wangi yang mengingatkan dirinya akan bunga Lilac, kembang mungil berwarna ungu yang tercium manis juga lembut.

Grant menelan ludah. Debaran jantung pria itu tidak juga melambat. Gadis yang tidak menyadari bahwa dirinya tengah diperhatikan, menyelesaikan mandinya lalu keluar dari sungai dan mengeringkan tubuh sebelum kembali berpakaian.

Duduk di atas rumput, dia pun mulai menyisir rambut hitamnya yang sepanjang pinggang dengan jari-jari, meluruhkan air yang menempel.

Menghitung dalam hati hingga mencapai angka dua puluh, Grant berjalan dari tempat persembunyian, seakan baru saja tiba.

Gadis itu terbelalak terkejut melihat seorang pria yang tinggi besar yang hanya menggunakan kilt dan kain untuk menutupi tubuh keluar dari pinggir hutan. Terkesiap, dia bangkit berdiri dan mundur perlahan, dengan kaki gemetar.

Grant menghentikan langkah, dia tidak ingin membuat gadis itu semakin ketakutan. Mata Grant mengamati gaun biru tua yang membalut tubuh perempuan di depannya. Sebersit rasa kecewa dia rasakan. Gadis manis yang tengah menatapnya jauh lebih cantik tanpa mengenakan selembar benang pun.

"K-kau siapa?" Kedua manik gadis itu menatap takut pria yang jauh lebih besar darinya. Tinggi mereka berbeda cukup jauh, pucuk kepala wanita itu hanya mencapai bibir Grant.

Aroma Lilac yang memabukkan membuat kepala Grant terasa berkabut, pikiran jernihnya tidak berfungsi dengan baik.

Bibir gadis itu sedikit terbuka, seakan mengundang Grant untuk mencicipinya. Bernapas cepat, antara takut dan gugup, dia menengok ke sekeliling, mencari jalan untuk melarikan diri.

Grant menahan napas. Dia telah menemukan Luna-nya. Seorang gadis manusia mungil yang saat ini terlihat seperti seekor tikus yang terperangkap.

"Siapa namamu?" tanya Grant dengan suara serak, hanya beberapa langkah lebar, dia dapat meraih gadis itu ke dalam pelukan.

Gadis itu mendongak. Menelan ludah dan mengepalkan kedua tangan, dia berkata, "A-aku yang ber-bertanya terlebih dahulu, si-siapakah kau?"

Grant menyeringai, dia menyukai Luna-nya. "Kau ketakutan, tetapi berani membantahku?" tanya pria itu geli.

Grant's Mate : Belahan Jiwa Manusia SerigalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang