Part 3

2.9K 314 6
                                    

Segala peralatan medis terpasang di tubuh Jimin. Tapi lelaki itu tetap tak sadarkan diri. Sedangkan kedua orang yang menunggu di ruang inap terlihat sangat khawatir dengan keadaan-nya.

Jungkook tak henti-hentinya berjalan bolak-balik seperti setrikaan di dekat ranjang tempat Jimin berbaring. Sedangkan Taehyung hanya duduk di sebuah kursi sambil memegangi tangan Jimin, seraya berdo’a agar lelaki itu cepat sadar.

“Sebetulnya dia ini sakit apa?” gumam Jungkook agak keras. Ia sangat takut terjadi apa-apa pada lelaki itu.

“Ssst… ini di rumah sakit. Pelankan suaramu. Dan berhentilah mondar-mandir. Itu sangat mengganggu.” Ucapan Taehyung membuat Jungkook berhenti berjalan dan menatap ke arahnya.

“Kenapa dia tidak bangun juga? Aku tidak bisa hanya diam dan melihatnya dalam keadaan seperti itu.” Kini suaranya merendah.

Taehyung tidak dapat menjawab semua pertanyaan Jungkook karena ia sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Jimin. Taehyung hanya bisa mengangguk-anggukan kepalanya menanggapi perkataan Jungkook.

Dari awal ia melihat Jimin, Taehyung memang merasakan ada sesuatu yang aneh dengan lelaki itu. Wajahnya yang selalu terlihat pucat tidak bisa menyembunyikan fakta bahwa lelaki itu sedang sakit. Taehyung sangat menyesal baru menyadarinya sekarang.

.
.
.
.
.

“Kenapa kau membiarkannya keluar rumah?! Kau kan tahu tubuhnya itu lemah!” Terdengar suara ayah Jimin yang sedang marah dari telepon yang digenggam Hoseok. Mendengarnya saja Hoseok sampai mengeluarkan keringat dingin. Apalagi kalau sampai berhadapan langsung dengan Tuan Park. Saat ini Jantung Hoseok berdegup kencang, wajahnya pun terlihat tegang.

“I-itu… karena permintaan Tuan Muda sendiri. Saya tidak bisa mencegahnya.” Suara Hoseok terdengar bergetar, namun ia tetap mencoba untuk tenang.

“Dia sudah jadi tanggung jawabmu, kau harusnya tahu apa yang terbaik baginya. Kau tahukan sekarang akibatnya, karena kau tidak becus menjaga putraku?!”

“Maafkan saya Tuan,” ucap Hoseok dengan nada penuh penyesalan.

“Kau kira kata maaf bisa menghapus kesalahanmu? Kelalaianmu itu bisa menghilangkan nyawa putraku! Memangnya kau mau bertanggung jawab, Eoh?! Sekarang kuberi kau kesempatan untuk menjaga Jimin. Tapi, setelah aku pulang nanti…”

Hoseok menunggu Tuan Park menyelesaikan kalimatnya. Pria itu terdengar menghela nafasnya dengan kasar dari ujung telepon.

“Pergilah dari rumah kami. Masih ada orang yang lebih baik darimu untuk menjaga Jimin.”

“Maksud Anda… saya dipecat?” tanya Hoseok dengan hati-hati.

“Iya.” Jawaban singkat itu mengakhiri percakapan mereka.
Hoseok langsung terkulai lemas di atas kursi. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika ia keluar dari rumah yang sudah lama ditinggalinya, terlebih lagi kenyataan bahwa ia harus berpisah dengan Jimin yang sudah sangat dekat dengannya.

Hoseok memijat kepalanya yang berdenyut. Ia terlalu pusing memikirkan ucapan Tuan Park. Pria itu memang benar, sudah tugas Hoseok untuk menjaga Jimin. Seharusnya Hoseok bisa lebih tegas pada Jimin sehingga peristiwa ini tidak terjadi.

Sreek...

Hoseok  mendengar suara pintu yang terbuka, namun ia masih sibuk dengan lamunannya sendiri. Kepala Hoseok masih tertunduk pasrah saat seseorang duduk di sebelahnya.

“Kau ini… Hyung-nya Jimin, kan?” tanya Taehyung.

Hoseok memberanikan diri menatap Taehyung di saat perasaannya sedang kacau. Namun tatapan lembut orang itu membuat Hoseok sedikit tenang.

The Waves of Freedom [BTS Fan Fiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang