10. Ayu kembali

368 6 2
                                    

Hari ini Kiya memutuskan untuk berangkat ke sekolah, sudah lima hari ia bolos. Ia tidak mau memperburuk keadaan dengan tenggelam dalam kesedihan yang berlarut-larut. Lagi pula ia juga harus mempersiapka diri untuk ujian yang jatuh tepat dua minggu terhitung sejak hari ini. Juga ia ingin sekali bertemu Ayu, Kiya ingin mendengar sendiri pengakuan dari sahabatnya itu bukan dari mulut orang lain termasuk Bimo yang tempo hari sempat menceritakan pengakuan Ayu padanya.

"Ki ... Ayah ingin bicara padamu." Bimo menghentikan langkah Kiya yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Soal apa Bim?"
Bimo menggeleng " Entahlah Ki, kamu harus menemuinya sendiri di ruang tamu."

Kiya mengangguk, memasukkan seluruh buku pelajarannya ke ransel lalu bergegas menuju ruang tamu dimana Danu telah duduk menunggunya.

"Duduk lah Kiya, ada hal yang ingin Om bicarakan dengan mu." Rudi menghentikan kegiatan mbaca korannya. Ia menyeruput secangkir teh hangat sebelum memulai percakapannya dengan Kiya.

"Gunawan memberitahuku bahwa ia beserta keluarganya akan pindah ke Semarang untuk menemanimu Ki.
Apa kamu sudah menyetujuinya?"

"Sesuai pesan Ayah, kalau pada akhirnya Kiya harus tinggal bersama Om Gunawan, Kiya setuju Om. Lagi pula nggak selamanya juga kan Kiya disini."

Danu menghela nafas. Dahinya berkerut, ia tidak menginginkan jawaban demikian keluar dari mulut Kiya.

"Om akan lebih senang kalau Kiya tetap disini dan mempertimbangkan lagi untuk tetap menjadi menantu om."
Danu menatap Kiya lekat, mencari tahu jawaban dari ekspresinya yang telihat kaget.

"Kalau untuk itu ... Kiya masih harus tahu apa Mas Dean setuju dan bersedia untuk em .. menikahi Kiya om."

"Dean setuju yah..." Suara yang terdengar tegas dan amat serius itu keluar dari mulut Dean.

"Ki .. aku mau menikah denganmu setelah kamu lulus nanti." Dean berdiri diantara ayahnya dan Kiya. Menatap dua orang itu bergantian.

Sebelum Kiya sempat menjawab Dean menambahkan kalimatnya.
"Aku akan menjemputmu sepulang sekolah Ki. Kita akan bicara masalah ini."

Dean tampak tergesa-gesa karena sebenarnya ia harus menghadiri peluncuran produk baru dari perushaan tempat nya bekerja.

"Yah Dean berangkat dulu." Pria jakung itu segera melesar menuju kantornya.

"Kalau begitu om akan menunggu keputusan kamu setelah kamu bicara dengan Dean. Om sangat berharap kamu bisa menikah dengan Dean. Anak itu berubah menjadi lebih hangat semenjak kamu disini Kiya."

"Kiiiiii buruan. Nanti telat." Bimo berteriak memanggil Kiya dari luar.

"Hmm .. om Kiya berangkat dulu ya. Apapun keputusannya nanti, Kiya harap itu yang terbaik.
Danu mengangguk lalu mengusap kepala Kiya saat gadis itu mendekat untuk mencium tangannya.

Wajah Kiya merona ketika mendekati Bimo yang sudah siap diatas motornya. Ia teringat perkataan Dean bahwa ia mau menikahi Kiya meskipun sampai saat ini Dean belum mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya terhadap Kiya.

"Ngapain semnyum-semyum?" Bimo mencoba terlihat tenang meskipun sebenarnya hatinya panas mendengar pembicaraan Kiya dan ayahnya tadi.

"Enggak. Yuk berangkat." Ekspresi Kiya seketika berubah serius.

"Oke kita cabut."
Kiya meremas seragamnya, dadanya tiba-tiba sesak mebayangkan bahwa ia akan menikah tanpa kehadiran kedua orangtuanya.

***

Begitu tiba di sekolahnya Kiya mendapat banyak ucapan bela sungkawa dari teman-temannya namun dari sekian banyak itu ia tidak mendapati Ayu. Kiya mencoba mencarinya ke kantin dan benar saja Ayu sedang duduk sambil mengaduk-ngaduk minumannya.
Kiya dengan mantap berjalan mendekati Ayu.

"Hai ...." Ayu yang kaget karena tiba-tiba Kiya menyapanya sepontan berdiri dan hendak pergi menjauh.

"Tunggu yu . Aku mau bicara sama kamu."
Ayu berhenti dengan sangat hati-hati ia kembali duduk berhadapa dengan Kiya.

"Yu .. kamu kenapa? Kemana aja kamu selama ini? Ayu yang bawel, Ayu yang selalu kasih perhatian sama aku kemana dia yu?"

"Maaf Ki ... aku .. waktu itu aku bener-bener khilaf. Aku dibutakan oeleh rasa cemburu."

Kening Kiya berkerut. Namun ia tetap mendengarkan dan mencoba menyerna penjelsan Ayu.

Ayu mulai menangis. Sejatinya ia merasa malu dan sangat menyesal. Ia pernah berfikir bahwa Kiya akan membencinya setelah ia membantu Herman untuk menculik sahabat baiknya.

" Kamu ... kamu terlalu baik Ki. Maafin aku .. seandainya otakku bisa melogika bahwa orang seperti kamu memang pantas dicinatai Bimo, mungkin aku nggak akan nglakui tindakan bodoh yang hampir menyelakakan kamu Ki."

Kiya menghela nafas. Ia mendekati Ayu yang masih terisak. Gadis itu tersenyum, ia faham bahawa perasaan Ayu kepada Bimo itu tidaklah main-main.
"Yu ... berapa kalipun kamu mau ngelakuin kesalahan itu nggak masalah selama kamu masih mau mengakuinya dan berjanji untuk tidak mengulangnya.
Bimo dan aku hanya teman kecil rasa saudara, nggak lebih".

"Thanks Ki, untuk maaf kamu."

"Lagi pula beberapa hari ini aku baru menyadari bahwa hatiku condong ke Mas Dean. Aku mulai merasa nyaman dan sedikit merindukannya Yu."

Ayu terkesiap. Apa yang ia pikirkan selama ini ternyata meleset. Itu artinya cinta Bimo kepada Kiya bertepuk sebelah tangan, karna hanya dengan melihat sinar mata Bimo, Ayu tahu pujaan hatinya itu begitu tulus mencintai Kiya.

"Tapi apa kamu belum sadar Ki, kalau sebenarnya Bimo suka sama kamu dari dulu?"

Pertanyaan Ayu sedikit menohok ulu hati Kiya. Pasalnya Kiya belum meyakini kebenaran itu walaupun sikap Bimo yang super manis kepadanya begitu kentara.

Kiya tersenyum. Ia merangkul bahu Ayu dan mengajaknya berjalan masuk ke kelas.
"Bimo ... dia laki-laki baik dan bertanggung jawab Yu. Tapi aku berpasrah dan menyerah pada hatiku untuk tetap memilih Mas Dean."
Kiya memantapkan hatinya, ia yakin bahwa suatu saat nanti akan ada perempuan yang baik untuk Bimo.

***

"Sudah lama menunggu ?" Dean tiba-tiba muncul saat Kiya sedang menyeruput gelas es kelapa mudanya. Ia hampir tersedak karena tidak menyadari kehadiran Dean.

Entah kenapa senyum langka yang mengembang di bibir pemuda itu membuat jantung Kiya seakan hendak keluar dari rongga dadanya.

"Baru sepuluh menit. Bahkan sama sekali nggak masalah kalau lebih lama dari itu."

Ada atmosfer yang sangat berbeda diantara mereka. Suasana ini begitu mendebarkan, tidak biasa.

"Oh iya Mas Dean mau bicara apa ?"

Dean membetulkan posisi duduknya. "Soal kita ... hmm memang aku nggak pernah bilang cinta ke kamu Ki, tapi lewat caraku memperlakukan kamu tentunya kamu sudah tau bahwa aku menaruh hati pada Deskiya Sasongko".
Kiya masih menunggu Dean melanjutkan kalimatnya.
"Dan ... saat ini juga aku tanya sama kamu Ki, maukah kamu jadi istriku?, kekasih halal ku Ki".
Dean mengeluarkan kotak cincin kristal tang didalamnya bertengger cincin emas putih bertahtakan berlian.
Kiya yang saat itu merasa sangat bahagia tak mampur berkata apapun selain mengangguk lalu tersenyum lega.

"Apapun yang akan terjadi nanti, percayalah Ki kalau aku hanya akan menikah denganmu."

Hari itu Kiya dan Dean sangat bahagia. Mereka berpikir bahwa semua telah selesai dan akan berakhir bahagia.
Namun takdir berkata lain.
Sore itu ketika Kiya mengemasi barang-barangnya untuk pindah dan tinggal bersama Gunawan dirumahnya, kejadian yang membuat hatinya goyah terjadi.....

***


Hi Readers .... sorry banget lama nggak update. Selama ini banyak hal yang terjadi sehingga saya belum bisa melanjutkan kisahnya Deskiya ini ya. Di part sebelas ( 11 ) ini sebetulnya belum akan saya akhiri namun, kelanjutan cerita akan saya post di Part selanjutnya yaaaa.....

Mohon Vote nya yaaaaaaaaaa 

Unbreakable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang