1.Perubahan Ayah

1.4K 53 0
                                    

Pria paruh baya itu terdiam, ia mematung diatas kursi santainya. Kejadian tadi siang membuatnya khawatir.

Bagaimana tidak? Ia barusaja melepas jabatan sebagai Jendral agar bisa fokus menjaga putri tercintanya, namun sebentar saja ia lengah orang-orang itu berhasil meneror kehidupan putrinya.

Tadi siang, Rudi Sasongko menerima telfon dari putrinya sesaat setelah upacara pelepasan jabatan, ia bergegas pulang karena suara Kiya yang amat sangat ketakutan.

Siti dan Dadang pun ditemukan pingsan di dapur rumahnya, sementara Kiya dengan tubuh bergetar ketakutan menangis sejadinya saat melihatnya pulang.

"Aku harus melakukan sesuatu untuk menjaga putriku dari orang-orang suruhan bandit kejam itu."

Rudi mengambil ponselnya, menghubungi sahabat lamanya.
Malam ini ia akan memperketat penjagaan dirumahnya.

***

"Selamat pagi yah ..." Kiya tersenyum kearah ayahnya yang sedang mengoleskan selai di atas roti.

Tak seperti biasanya ayahnya begitu dingin seperti ini.

"Pagi...." jawab Rudi datar. Ia menggigit ujung rotinya. mengunyahnya perlahan.

Kiya mengeryit heran melihat sosok perempuan sebaya Siti menyodorkan segelas susu coklat panas padanya.

"Ini susu coklat nya, non Kiya." Perempuan itu tersenyum ramah.

"Bi siti kemana yah?"
Kiya menyeruput susu coklat nya.

Rudi berhenti mengunyah, meletakkan kembali roti selanya, mengelap ujung mulutnya dengan sapu tangan. Masih dengan tatapan dingin yang menusuk Kiya.

"Mereka sudah ayah pecat. Tidak ada gunanya memperkerjakan orang-orang lemah seperti mereka."

Kiya tertegun, ia tak menyangka ayahnya akan berkata demikian. Selama ini hanya kata-kata lembut yang Kiya dengar.

"Kenapa yah? Mereka sudah lama kan bekerja dengan ayah. Lagi pula Kiya nyaman bersama mereka."

"Diam!!!!!!!" Rudi hampir saja menggebrak meja makan.

"Mulai hari ini, kamu harus turuti semua kata ayah, jangan pernah sekalipun membantah!"

Rudi menghentikan sarapan paginya.

"Jalal...." Rudi memanggil sopir pribadi Kiya.

"Iya tuan.." Jalal membungkuk tidak berani menatap tuannya.

"Antarkan Kiya, tunggui dia sampai sekolahnya usai. Jangan lengah! Aku akan menyertakan beberapa orang untuk mengawasi nya disekolah. Segera hubungi aku kalau sekolahnya sudah usai."

"Baik tuan." Jalal mengangguk mantap. Ia tidak akan lengah sedikitpun, ia tak ingin bernasib sama dengan kedua rekan kerjanya. Siti dan Dadang yang barusaja dipecat karena lengah menjaga rumah.

Rudi pergi menuju mobilnya. Lalu memacunya dengan kecepatan tinggi.

Sementara Kiya masih tak percaya dengan sikap ayahnya yang berubah 180 derajat. Tak pernah sekalipun ia dibentak ayahnya seperti tadi. Ini membuat hatinya teramat sakit, kedua matanya memanas tak sanggup menampung air yang sekarang mengucur deras menyisakan basah dipipi kemerahannya.

Belum sembuh trauma yang ia hadapi kemarin. Hari ini ia sudah menerima trauma bentakan dari ayah tercintanya, ayah terhebatnya, kebanggaannya.

"Pak jalal, ayo berangkat."
Kiya menghapus basah dipipinya. Menyambar ranselnya lalu bergegas keluar diikuti Jalal.

Unbreakable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang