RO STORY Chapter 4 : The Last Day in Prontera (Part 1)

557 10 5
                                    

Mmm....berhubung sudah laaamaaaaa sekaliiii saya membiarkan akun wattpad saya yang hampir membusuk ini, maka saya putuskan untuk mengupload chapter 4 ini seadanya... Saya membuatnya menjadi 2 part karena part 2 nya diterjang "Tsunami Virus Kejam" dan yang selamat cuma part 1 nya, dan untuk mengetik ulang part 2 nya itu terlalu susah soalnya cukup panjang (menurut saya sih) dan saya rada lupa juga kalimat-kalimatnya, hehehe. Lagi pula saya makin gila karena tugas, PR, MID-Test yang nggak terjadwal, Hapalan, Praktek sudah jadi satu dan sukses mengubek-ubek kepala saya yang sebenernya hampir gak kuat lagi nampung semua itu... T~T #meranatingkatdewa 

Jadi saya ucapkan maaf seebsarr - besarrnya kepada Para Pembaca yang pasti saat ini mengira akun saya sudah tidak aktif karena ceritanya gak pernah di update lagi..... hwaahh maafkan sayaaa....... >.<  Ah ya sudahlah yang jelas terima kasih banyak pada para pembaca yang sudi membaca cerita ini, nge-vote, ngasi saran atau cabe, atau bahkan sekedar nengok doang... Terima Kasih banyakk   ^_^   Happy Reading!

_____________________________________________________________________________

“DASAR ANAK TAK TAHU DIRI!! BERANINYA KAU MELAKUKAN SEMUA ITU?! ujar seorang pria dengan suara menggelegar pada seorang gadis yang tengah berlutut di hadapannya, bahu gadis itu bergetar hebat menahan tangisnya yang tertutup rambutnya yang panjang di depan wajahnya.

“MULAI SAAT INI, KAU BUKAN  BAGIAN DARI KELUARGA INI SAMPAI KAPAN  PUN! DAN JANGAN PERNAH  MENGINJAKKAN KAKIMU LAGI DI SINI!!” lanjut pria itu sambil melempar  satu tas besar yang ada di dekatnya keluar pintu rumahnya, lalu ia menarik dengan kasar gadis di hadapannya dengan kasar ke luar rumahnya, tepat di samping tas yang tadi ia lempar. Gadis itu tersungkur cukup keras hingga ia meringis kesakitan.

“Kau, bukanlah darah dagingku lagi..... Takkan pernah sampai kapan pun....” kata pria itu dengan suara yang dalam penuh amarah, kemudian  ia membanting pintu rumahnya keras-keras hingga tinggallah gadis itu terduduk sendirian di depan rumah yang telah menjadi saksi bisu peristiwa malam itu.

 Ia tak sanggup berdiri, ia tak sanggup meninggalkan rumah itu, ia tak sanggup meninggalkan kota itu, meninggalkan semua hal yang telah melengkapi sisa hidupnya ini, teman, sahabat, dan terutama keluarganya. Perlahan ia menghapus air matanya walaupun hal itu percuma karena entah mengapa air mata itu terus mengalir walaupun  ia sudah mencoba untuk menahannya. Malam itu sangat dingin, angin bertiup cukup kencang dan langit mendung sehingga tak ada bintang, gadis itu bangkit berdiri dan menarik napas dalam – dalam, ia tahu tak mungkin pintu rumahnya terbuka lebar dan pria tadi menyambutnya kembali dan memaafkan segala yang ia perbuat, tidak, tentu saja tidak semudah itu. Kini hanya satu yang ia tuju sekaligus menjadi harapan terakhirnya,  dengan langkah gontai ia menuju gerbang utara kota itu, menembus angin yang bertiup semakin kencang. Gadis itu berhenti di sebuah pos kecil dengan plang besar di atasnya bertuliskan : KAFRA CORP. TELEPORT SERVICE, seorang wanita petugas Kafra menghampirinya, memperhatikan gadis itu dari atas ke bawah, terdapat beberapa luka lecet di kakinya,  lalu ia menatap gadis itu penuh tanda tanya namun gadis itu tersenyum lemah dan menggeleng pelan, "Aku tak apa apa". Petugas Kafra teersebut mengangguk mengerti walaupun di dalam hatinya masih ada sedikit rasa ragu apakah benar gadis di hadapannya itu baik - baik saja, tapi ia menepis perasaan itu, mungkin gadis itu memiliki masalah pribadi yang tak ingin diketahui orang lain kemudian wanita petugas kafra itu menanyakan tujuan Teleportnya, sang gadis berpikir sejenak ia sebenarnya tak tahu kemana ia harus pergi. Ia tak memiliki tujuan, memikirkannya pun tidak, namun pada akhirnya ia membuka mulutnya, “Prontera....” gumamnya perlahan.

oOo

Jun terbangun dari tidurnya, lagi-lagi ia memimpikan peristiwa itu. Dilihatnya langit masih gelap dari balik tirai jendelanya yang sedikit terbuka, ia pun mengalihkan pandangannya pada jam dinding yang terpasang tepat di samping kiri tempat tidurnya yang menempel pada dinding. Jam itu menunjukkan pukul 3 tepat. Ya masih dini hari. Jun mengeluh pelan jika ia terbangun dari tidurnya terutama jika ia terbangun karena mimpi buruk ia akan sulit untuk tidur lagi. Ia menarik selimutnya yang ternyata telah jatuh dilantai dan membungkus dirinya dengan selimut itu, angin rupanya bertiup cukup kencang di luar karena Jun dapat merasakan dinginnya yang masuk dalam kamarnya lewat celah pintu maupun jendela. Ia merapatkan dirinya di dinding termenung dan teringat lagi akan mimpinya tadi. Malam itu cukup sunyi, hanya ada suara tiupan angin kencang di luar dan di dalam kamarnya ada suara jam dindingnya yang berdetik teratur serta....isakan pelan dari Jun yang sedikit teredam oleh selimut yang membungkus dirinya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 22, 2012 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Ragnarok Online (R.O) StoryWhere stories live. Discover now